Prospek Perikanan Di Indonesia

13

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Prospek Perikanan Di Indonesia

Sektor perikanan di Indonesia masih dipandang memiliki prospek yang cerah untuk terus dikembangkan karena potensi yang dimiliki tidak hanya dari luasan lahan, melainkan dari produk perikanan yang cukup beragam serta dapat memberikan nilai tambah bagi negara maupun pembudidayanya. Salah satu dari tiga komoditas program revitalisasi perikanan yang dilakukan pemerintah adalah udang windu. Udang windu merupakan komoditas asli Indonesia yang mengalami kelangkaan pada waktu-waktu tertentu karena semakin maraknya penangkapan yang dilakukan di alam. Kelangkaan tersebut membuat semakin menipisnya pasokan udang di alam sehingga harga di pasaran melambung tinggi. Hal inilah yang mendasari untuk digalakkannya usaha budidaya udang dengan tujuan agar produksi udang windu tidak mengalami penurunan yang signifikan serta menjadi tumpuan dalam meningkatkan devisa ekspor. Panjang pantai Indonesia yang mencapai 81.000 km 2 pada tahun 2004 serta luas tambak yang mencapai 960.000 ha, memiliki tiap arti setiap satu km panjang pantai rata-rata memiliki luas tambak 11,9 persen. Mempertimbangkan bahwa, bumi tempat kita bernaung ini dianugrahi dengan 3 persen air tawar, maka secara kasar Indonesia dapat membuat tambak seluas 1.215.000 ha atau 15 ha setiap km panjang pantai. Indonesia dan negara-negara di Asia Tenggara, seperti Thailand dan Filipina masih mendominasi sebagai produsen di wilayah ini. Peningkatan volume produksi di Indonesia memberikan peluang yang besar bagi masyarakat petambak untuk dapat terus meningkatkan kualitas, kuantitas, maupun kontinuitasnya. Penelitian Zulkarnaini 2010 menjelaskan bahwa sebagian besar petambak udang windu khususnya di wilayah Kabupaten Karawang masih menggunakan sistem tradisional ekstensif yang dibangun pada lahan pasang surut dekat rawa hutan bakau atau mangrove. Kabupaten karawang sendiri dapat menyumbang sekitar 60 persen hasil perikanan, khususnya perikanan tambak. Selain itu, udang windu juga menjadi salah satu komoditas dengan permintaan yang tinggi untuk pemenuhan permintaan pada usaha horeka hotel, restoran dan kafe di wilayah Jabodetabek. Dalam peningkatan produksi juga dapat dilakukan dengan pemanfaatan lahan mangkrak idle yang ada di wilayah setempat. Pemanfaatan tersebut bertujuan 14 tidak hanya dapat meningkatkan produksi tetapi dapat memberikan peningkatan hasil perikanan, seperti ikan bandeng, mujair, bawal dan udang jenis lain. Penelitian yang sama juga dijelaskan oleh Panjaitan 2009 dan Zepriana 2010 yang memaparkan mengenai prospek perikanan di Indonesia yang dapat memberikan kontribusi yang cukup besar pada pembangunan nasional, khususnya pada perikanan budidaya. Panjaitan 2009 menganalisis komoditas ikan bandeng di Desa Muara Baru Kecamatan Cilamaya Wetan, Kabupaten Karawang. Penelitian ini lebih membahas mengenai analisis tataniaga ikan bandeng. Potensi ikan bandeng di daerah ini cukup besar karena Desa Muara Baru merupakan sentral ikan bandeng terbesar di Indonesia. Ikan bandeng dapat dibudidayakan di tambak maupun di keramba jaring apung. Selain mudah untuk dikembangkan atau dibudidayakan, ikan bandeng juga merupakan salah satu hasil perikanan tambak yang memiliki nilai ekonomis yang cukup tinggi. Ikan Bandeng dapat dipelihara tanpa pemberian pakan, yaitu dengan memanfaatkan klekap lumut yang tumbuh di dasar tambak sehingga dapat meningkatkan nilai tambah bagi para petambak. Ikan bandeng juga memiliki beberapa keunggulan, yaitu mengandung asam lemak omega-3, dimana asam lemak ini bermanfaat mencegah terjadinya penggumpalan keping-keping darah sehingga mengurangi risiko terkena arteriosklerosis dan mencegah jantung koroner. Asam lemak juga bersifat hipokolesteromik yang dapat menurunkan kadar kolesterol darah. Ikan bandeng juga dapat meningkatkan daya tahan tubuh serta berperan dalam pertumbuhan otak pada janin serta pendewasaan sistem saraf.

2.2 Produksi Serta Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Produksi Pada Komoditas Udang