1. 1. 7. Program Pembangunan Komunikasi Politik Dan Preperensi Partai Politik Dalam Pemilu Tahun 2004: Studi Di Kabupaten Karo

masyarakat Karo adalah pasar yang dilaksakan setiap hari pada sore hari karaben sepulang petani dari ladangnya, sehingga disebut tiga karaben pasar sore . Setiap kampung ada tiga karabennya. Namun karena kurang ramai dan barang-barang yang ditawarkan kurang lengkap dan pada sisi lain sarana dan prasarana transportasi sudah semakin mudah, tiga karaben hampir tidak ada lagi. Belakangan mulai dikenal sistem distribusi melalui pasar ”Tiga”, yang biasanya hanya sekali dalam seminggu. Hasil-hasil produksi dibawa ke pasar dan disana dijual kepada konsumen yang membutuhkannya. Proses bekerja pasar tradisional ini tidak berbeda dengan pasar-pasar tradisional sebagaimana dikenal pada masyarakat-masyarakat lain di Indonesia. Ciri-cirinya yang menonjol adalah transaksi dengan sistem tawar- menawar, sehingga harga berlaku dalam transaksi adalah harga kesepakatan, dan bukan harga faktur.

4. 1. 1. 7. Program Pembangunan

Secara umum kendala setiap program pembangunan yang menjadi perhatian masyarakat adalah menyangkut ketersediaan dana yang terbatas, sumber daya manusia yang tidak jujur serta keengganan masyarakat untuk ikut berpartisipasi kar ena kurangnya kepercayaan terhadap para pejabat pemerintah. Masyarakat hanya mencatat bahwa program pembangunan yang dianggap berhasil adalah pembangunan yang terlihat nyata hasilnya, seperti: pembangunan jalan, perbaikan jalan, pembangunan gedung, dan lain-lain. Namun, hal itu pun tidak Universitas Sumatera Utara luput dari kecurigaan mereka tentang kesesuaian antara biaya yang dianggarkan dengan biaya yang dikucurkan mendanai proyek pembangunan yang dimaksud. Ungkapan polos yang menarik dari para tokoh adalah pernyataan mereka bahwa yang paling diuntungkan oleh program pembangunan adalah pejabat dan pemborong. Sebagian besar pembangunan yang dilakukan pemerintah dianggap tidak berhasil, kecuali beberapa pembangunan fisik seperti penataan kota, pembangunan jalan dan pembangunan jembatan. Sementara itu pembangunan nonfisik dianggap tidak lebih sekedar formalisme belaka. Masalah-masalah yang berkaitan dengan upaya untuk memajukan pemasaran hasil-hasil pertanian sebagai hasil utama masyarakat dipandang tidak pernah dilakukan secara serius. Program yang sangat diharapkan oleh masyarakat adalah program pengembangan usaha pertanian seperti program bantuan untuk memasarkan hasil pertanian dengan tingkat harga yang stabil dan menguntungkan. Dalam diskusi dengan para tokoh, pemerintah diharapkan ikut ambil bagian dalam proses pemasaran sayur-mayur ke dalam pasar dalam maupun luar negeri. Pemerintah diharapkan aktif dalam pemasaran hasil-hasil pertanian dengan mendirikan badan usaha milik daerah BUMD yang terjun dalam bisnis eksport hasil-hasil pertanian. Dalam hal pengembangan pariwisata muncul harapan agar pemerintah melakukan program pembangunanpenataan lokasi wisata sumber air panas di Doulu. Penataan yang dimaksud berkenaan dengan penyediaan infrastruktur berupa fasilitas air bersih, telepon, jalan raya, dan taman rekreasi yang diharapkan akan Universitas Sumatera Utara meningkatkan tingkat kunjungan para pelancong domestik maupun pelancong mancanegara. Masyarakat umumnya diupyakan untuk terlibat dalam pembangunan. Namun pada ralitasnya, keterlibatan mereka termasuk para tokoh masyarakat terbatas pada keterlibatan yang bersifat formal seperti: namanya dicantumkan dalam proyek proposal, menghadiri upacara peresmian, dan lain-lain. Partisipasi masyarakat dalam pembangunan, mulai dari tahap perencanaan hingga evaluasi, masih sangat minim. Jika dilihat dari segi kultural, masyarakat Karo sebenarnya potensial dapat diharapkan partisipasinya dalam program-program pembangunan. Namun, karena corak proses pembangunan yang serba pemerintah telah menyebabkan masyarakat tidak memiliki sense of belonging terhadap kebanyakan program pembangunan. Selama ini, pola pemberdayaan masyarakat dalam program pembangunan tidak terasa pengaruhnya dalam menggugah partisipasi masyarakat. Sehingga, masyarakat cenderung menganggap tidak dapat menentukan jalannya pembangunan. Idealnya, pola pemberdayaan yang dianut menggunakan pendekatan kultural. Organisasi ginealogis dalam banyak hal dapat digerakkan untuk menggugah partisipasi karena pada dasarnya masyarakat tidak miskin partisipasi. Hal ini misalnya dapat dilihat dalam pembangunan rumah ibadah, penyelenggaraan pesta- pesta adat dan pembangunan tugu-tugu pahlawan. Universitas Sumatera Utara

4. 1. 2. Gambaran Ringkas Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe