sedangkan usia maksimal adalah 70 tahun. Pembatasan usia ini didasari alasan umum, bahwa usia lebih dari 70 tahun dipandang sudah menurun daya ingatnya, dan
mungkin serapan informasi politik yang ia peroleh juga semakin menurun. Lebih dari itu, rentang usia juga dianggap berperan dalam melihat peta politik Indonesia
mendatang, termasuk mungkin afiliasi Parpol yang dipilih.
3. 4. Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan teknik survai dengan cara wawancara berstruktur yaitu tanyajawab melalui tatap muka langsung antara enumerator
pewawancara dengan responden dengan menggunakan kuesioner tertutup atau terstruktur, yang substansinya adalah pertanyaan-pertanyaan yang diajukan untuk
mendapatkan data komunikasi politik dan preferensi partai politik pilihan, persepsi dan harapan responden terhadap legislatif hasil Pemilu tahun 2004 yang lalu. Selain
itu, akan dilakukan pula wawancara mendalam kepada beberapa informan kunci diantaranya pimpinan partai politik, politisi yang menduduki kursi DPRD Kabupaten
Karo, serta pengamat politik. Selanjutnya dilakukan kajian dokumen terpilih untuk mendapatkan data-data sekunder dan regulasi yang mengatur sistem pemilu tahun
2004 dan tatacaranya.
Universitas Sumatera Utara
3. 5. Teknik Analisa Data
Analisis data yang telah dikumpulkan dan ditabulasi, dianalisis dengan menggunakan dua pendekatan yaitu pendekatan kualitatif dan pendekatan kuantitatif.
Analisis data kuantitatif dilakukan terhadap data kuantitatif, dan analisis data kualitatif dilakukan terhadap data kualitatif dan data kuantitatif yang tidak dapat
dianalisis dengan pendekatan kuantitatif. Analisis deskriptif terhadap variabel-variabel penelitian dilakukan dengan
penggambaran fenomena melalui tabel-tabel frekuensi. Dalam hal ini, abstraksi temuan penelitian dikerangkakan dengan kecenderungan nilai statistik deskriptif
dengan uji mean, modus, dan median. Tujuan pengujian adalah untuk melihat kecenderungan persentase dan perbedaan-perbedaannya saja. Dengan demikian
interpretasi bermaksud untuk menggambarkan dasar perbedaan kategori-kategori yang ada. Analisa data kuantitatif bivariat disajikan dalam bentuk tabel silang. Luaran
data ini akan menunjukkan kecenderungan dan signifikansi hubungan antarvariabel. Selanjutnya hasil analisis ini menjadi dasar untuk menginterpretasi makna di balik
angka dari data kuantitatif yang ada untuk mengarahkan kelompok kesimpulan penelitian. Setelah itu dikomparasikan teori dan temuan penelitian serta hasil
penelitian yang sejenis, untuk mendapatkan kesimpulan penelitian dan kesimpulan teoritis.
Sedangkan analisis kualitatif atas yang dikumpulkan dengan teknik pengamatan langsung dan wawancara mendalam dilakukan dengan langkah
Universitas Sumatera Utara
memahami secara mendalam fenomena sosial yang membangun fakta-fakta sosial. Proses pengamatan dilakukan secara saling silang dan kait mengkait, guna
menemukan kesamaan dan perbedaan fenomena sosial dalam bentuk pola-pola perilaku dan norma-norma sosial yang berlaku dimasyarakat.
2
Akhirnya kesimpulan yang diperoleh dengan pendekatan kualitatif ini di- match-kan dengan kesimpulan analisis kuantitatif untuk menghasilkan kesimpulan
penelitian.
2
Untuk mengetahui lebih lanjut langkah-langkah dalam analisis kualitatif dalam penelitian lapangan field research, dapat ditelusuri pedoman yang dibakukan oleh Earl R Babbie, op. cit., hlm.
221-224.
Universitas Sumatera Utara
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN
4. 1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Pada bagian ini, akan digambarkan karakteristik daerah penelitian dari aspek demografi, pembangunan wilayah, dan kondisi sosial budaya dan ekonominya.
Paparan dimulai dengan menguraikan Kabupaten Karo, yang selanjutnya dilengkapi dengan ulasan ringkas Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe.
4. 1. 1 Sekilas Kabupaten Karo
Kabupaten Karo yang sering dinamai dengan ”Tanah Karo Simalem” merupakan salah satu daerah tujuan wisata utama Sumatera Utara dan yang paling
dekat dengan Kota Medan. Daya tarik wisata Kabupaten Karo yang sebagian besar wilayahnya terpapar dalam kawasan pegunungan Bukit Barisan, dapat dikategorikan
sebagai obyek ekowisata dengan view keindahan alam, udara yang sejuk, dan diwarnai dengan budaya dan adat istiadat etnis Batak Karo.
Disamping sebagai daerah tujuan wisata, Kabupaten Karo merupakan salah
satu daerah yang memiliki potensi perekonomian dari sektor Pertanian. Wilayah Kabupaten Karo terletak pada dataran tinggi Bukit Barisan yaitu 400-1600 meter
diatas permukaan laut. Dengan Kabanjahe sebagai ibukota dan Berastagi sebagai pusat aktivitas wisata memiliki jarak 75 Km dan 60 Km dari Kota Medan. Luas
Universitas Sumatera Utara
wilayahnya adalah 2.127,25 Km
2
yang berada pada posisi geografis 02 50’ – 03
19’ Lintang Utara dan 97
55’ – 98 Penduduk asli yang mendiami Kabupaten Karo adalah Suku Bangsa Karo,
yang mempunyai adat-istiadat yang terbangun dari tradisi 5 lima Marga yang disebut Merga Silima yaitu Karo-karo, Ginting, Sembiring, Tarigan dan Perangin-
angin. Berdasarkan kelima marga tersebut tersusunlah silsilah dan pola kekerabatan yang dilabelkan dengan konsep Rakut Sitelu, Tutur Siwaluh dan Parkade-kadean
Sepuluh Dua Tambah Sada. 38’ Bujur Timur.
Kuatnya pegangan adat-istiadat dan loyalitas pada leluhur dalam kehidupan masyarakat Karo, merupakan modal sosial dan filosofi hidup yang menjadi spirit
dalam pembangunan yang orientasinya pada ”sura-sura pusuh peraten” idaman dan harapan untuk pencapaian 3 tiga hal pokok, yaitu: Tuah, yag berarti menerima
berkat dari Tuhan Yang Maha Esa, mendapat keturunan, banyak kawan dan sahabat, cerdas, gigih, disiplin dan menajaga kelestarian sumber daya alam dan lingkungan
hidup untuk generasi mendatang; Sangap berarti mendapat rejeki, kemakmuran bagi pribadi, bagi anggota keluarga, bagi masyarakat, serta generasi yang akan datang;
Mejuah-juah, berarti sehat sejahtera, lahir batin, aman dan damai, bersemangat serta seimbang dan selaras antara manusia dengan manusia, antara manusia dengan
lingkungan, antara manusia dengan Tuhannya.
Universitas Sumatera Utara
4. 1. 1. 2. Topografi