1. 1. Kualifikasi Sumberdaya Manusia dan Infrastruktur Pembangunan 1. 1. 5. Kondisi Sosial Masyarakat Karo

172.862 orang lakik-laki dan 178.506 orang perempuan, dengan rasio jenis kelamin 96,84. 4. 1. 1. 4. Kualifikasi Sumberdaya Manusia dan Infrastruktur Pembangunan Sektor pendidikan memiliki peranan yang penting dalam peningkatan kualitas sumber daya manusia Kabupaten Karo. Berdasarkan data yang dihimpun dari Badan Statistik Kabupaten Karo, maka untuk keadaan tahun 2005 tercatat sebanyak 289 bangunan SD dengan 1.833 kelas yang menjadi tempat belajar 45.660 siswa dari 2.756 guru. Sementara itu, terdapat 59 SLTP dengan jumlah ruang belajar 556 kelas yang merupakan tempat bagi 1.532 guru dalam mendidik 17.073 siswa. Selanjutnya terdapat 32 SMTA yang menjadi tempat menimba ilmu sejumlah 11.782 siswa dari hasil didikan 1.149 orang tenaga guru. Dalam bidang kesehatan, maka penduduk yang bermukim di Kabupaten Karo hingga tahun 2005 telah dapat dilayani oleh 5 unit Rumah Sakit yang berada di Kaban Jahe, 15 unit Puskesmas dan 166 unit Pustu, serta 80 buah balai pengobatan umum dan 369 unit Posyandu. Dalam memberikan layanan kesehatan masyarakat, tenaga medis yang melakukannya terdiri dari 64 Dokter Umum, 15 Dokter spesialis, 32 orang Dokter PTT, 9 orang Dokter Gigi, yang bertugas di hampir semua Kecamatan. Universitas Sumatera Utara

4. 1. 1. 5. Kondisi Sosial Masyarakat Karo

Secara umum, masyarakat Karo pada dewasa ini telah mengalami perubahan pandangan menyangkut kerjasama dalam masyarakat. Kerjasama tolong-menolong resiprositas memang masih terdapat dalam keluarga batih seperti ningkih pinjam- meminjam beraspadi namun dibandingkan dengan situasi pada masa lalu frekuensinya telah jauh menurun. Di tingkat keluarga luas juga masih ditemukan ripe sejumlah keluarga secara bersama-sama mengumpulkan uang untuk membantu keluarga lain dalam ikatan kekerabatan yang sama. Menurut para tokoh masyarakat, penurunan ini terjadi sebagai akibat lokasi pemukiman anggota kerabat yang kian menyebar sehingga frekuensi komunikasi menjadi menurun, dan juga karena ketergantungan terhadap kerabat kian menurun akibat institusi perkreditan yang kian berkembang dalam masyarakat dan pergaulan yaang semakin meluas. Namun, dalam hal menyelenggarakan pesta adat tingkat ketergantungan terhadap sesama kerabat masih cukup tinggi. Hal ini berkaitan dengan pandangan bahwa eksistensi keluarga dalam peradatan masih ditentukan oleh kekompakan anggota kerabat. Etos kerja yang menonjol dalam masyarakat Karo antara lain: 1. Erkemalun atau meteh mela budaya malu, 2. Metenget Teliti, 3. Inget pagin, Kai pe la gelgel ingat hari esok. Pola pembagian yang dikenal dalam masyarakat Karo dilakukan berdasarkan: Umur, Jenis kelamin dan kelompok kerabat Tutur. Pola Kerjasama dalam masyarakat Karo bisa dibagi dalam 3 kategori, yaitu kerja sama dalam Universitas Sumatera Utara keluarga, dalam kerabat dan antar-kerabat dalam masyarakat. Pola kerja sama dalam keluarga batih dikendalikan oleh anak laki-laki tertua dalam keluarga tersebut. Sedangkan pola kerja sama dalam kerabat dikendalikan oleh pihak kalimbubu serta pola kerjasama antar-kerabat dalam masyarakat dikendalikan oleh pihak anak beru masing-masing kerabat. Tradisi masyrakat Karo dikenal kegiatan menabung dalam pundi-pundi yang disebut dengan buni-buni. Namun tabungan semacam ini hanya berorientasi untuk menjaga kemungkinan keperluan biaya yang bersifat mendadak, bukan orientasi upaya akumulasi modal untuk meningkatkan skala produksi. Disamping itu, terdapat juga kecenderungan masyarakat Karo untuk menyimpan penghasilannya dalam bentuk simpanan emas atau tanah. Kebiasaan gotong-royong dalam keluarga batih, keluarga luas dan kerabat juga masih terasa bahkan hingga tetangga, pertemanan dan masyarakat khususnya dalam peristiwa kemalangan dan rumah terbakar kemesengen. Seluruh anggota kerabat hingga masyarakat yang mengetahui peristiwa yang menimpa warganya secara sukarela akan memberitakan nehken berita kemalangan atau musibah yang dimaksud untuk bersama-sama memberikan pertolongan nampati. Institusi sosial yang memegang peranan penting dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Karo adalah Merga silima, rakut sitelu”, tutur siwaluh. Merga silima yaitu kesatuan dari keseluruhan masyarakat Karo yang terdiri atas 5 marga, yaitu: Karo-karo, Sembiring, Tarigan, Perangin-angin dan Ginting. Rakut Sitelu yaitu Universitas Sumatera Utara menyangkut hubungan kekerabatan yang paling dasar antara tiga kelompok dalam kerabat yaitu: Sembuyak, Kalimbubu dan Anak Beru. Secara lebih rinci hubungan ini diwujudkan dengan tutur si waluh delapan relasi sosial yaitu menyangkut hubungan antara kekerabatan yang meliputi 8 macam hubungan, yaitu: Sembuyak, Senina, Senina Sepemeren, Senina Separibanen, Anak beru, Anak beru menteri, Kalimbubu dan Puang kalimbubu. Organisasi sosial masyarakat Karo ditandai dengan adanya 3 kelompok utama dalam kekerabatan yaitu: Sembuyak, Kalimbubu dan Anak beru. Masing-masing kelompok ini dalam suatu kekerabatan memiliki hak, kewajiban serta fungsinya masing-masing dalam rangka menopang eksistensi kerabatnya. Dalam kehidupan orang Karo, ada pola hubungan yang tetap antara ketiga kelompok ini. Masyarakat Karo dapat dikategorikan sebagai masyarakat terbukamudah menerima unsur asing atau masyarakat asing. Para tokoh masyarakat percaya bahwa masyarakat Karo merupakan kumpulan dari masyarakat pendatang yang waktu relatif lama telah bermukim di wilayah Taneh Karo. Kelompok-kelompok pendatang yang dipercaya telah lebur baur menjadi masyarakat Karo adalah kelompok pendatang dari masyarakat Toba dan India. Dalam jumlah yang tidak terlalu menyolok juga kelompok pendatang dari suku-suku lainnya seperti: Simalungun, Pakpak, Jawa dan Cina yang semuanya telah lebur dalam kekerabatan dan adat Karo. Khusus untuk pendatang etnis Jawa, terdapat catatan khusus tentang sejumlah prajurit Majapahit yang tertawan dalam peperangan dan kemudian Universitas Sumatera Utara membentuk sebuah komunitas di sebuah kuta desa serta lebur dalam adat dan kekerabatan Karo.

4. 1. 1. 6. Perkembangan Ekonomi