1. 1. 6. Perkembangan Ekonomi Komunikasi Politik Dan Preperensi Partai Politik Dalam Pemilu Tahun 2004: Studi Di Kabupaten Karo

membentuk sebuah komunitas di sebuah kuta desa serta lebur dalam adat dan kekerabatan Karo.

4. 1. 1. 6. Perkembangan Ekonomi

Perkembangan ekonomi Kabupaten Karo dapat diterangkan dari data-data pertumbuhan PDRB-nya atas dasar harga belaku dan harga konstan, yang indikatornya berdasarkan jenis lapangan usaha diantaranya pertanian, pertambangan dan penggalian, industri, listrik, gas dan air bersih, bangunan, perdagangan, hotel dan restoran, pengangkutan dan komunikasi, keuangan, persewaan dan jasa perusahaan, serta sektor jasa-jasa lainnya. Tabel 3. PDRB Kabupaten Karo menurut Lapangan Usaha atas dasar Harga Berlaku, keadaan tahun 2000-2005 Jutaan Rupiah Lapangan Usaha 2000 2001 2002 2003 2004 2005 1. Pertanian 2. Pertambangan dan Penggalian 3. Industri 4. Listrik, Gas, dan Air Bersih 5. Banguan 6. Perdagangan, Hotel dan Restoran 7. Pengangkutan dan Komunikasi 8. Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 9. Jasa-jasa 1.393.107,08 5.246,35 16.979,24 6.349,37 65.455,62 241.036,18 154.466,31 34.888,61 186.645,27 1.606.114,21 6.690,76 21.007,74 7.852,01 75..253,64 291.429,51 199.878,14 40.385,35 218.691,58 1.722.479,32 7.692,88 21.930,09 10.250,51 88.620,23 312.826,26 257.249,82 51.326,42 237.910,21 1.857.921,06 8.652,74 25.973,10 12.556,80 103.555,45 353.876,66 302.429,97 53.909,52 277.550,14 1.999.807,24 9.318,34 28.677,04 14.495,94 120.319,20 384.301,79 314.405,49 61.504,81 337.474,62 2.230.136,59 10.573,09 29.629,13 15.328,05 134.834,42 443.743,80 338.063,97 61.118,28 419.603,30 Jumlah 2.104.374,02 2.467.302,98 2.710.285,02 2.996.488,44 3.270.304,50 3.683.020,64 Sumber: PDRB Kabupaten Karo, 2000-2005, BPS Kab. Karo Berdasarkan data tabel diatas yang diperoleh dari BPS Kabupaten Karo, untuk keadaan tahun 2005, maka sektor pertanian yang lebih dominan menjadi sumber mata Universitas Sumatera Utara pencaharian dari sebagian besar masyarakat Kabupaten Karo menyumbang PDRB 60-an persen ternyata telah mengalami pertumbuhan sebesar 2,13 persen dibandingkan pada tahun 2004. Pertumbuhan tertinggi adalah pada subsektor perdagangan, hotel dan restoran yang tumbuh sebesar 13,35 persen, serta pertambangan dan penggalian yang berkembang sebesar 10, 34 persen. Di sisi lainnya dibidang pengadaan tenaga kerja, masyarakat Karo ternyata telah mengalami perubahan yang cukup mendasar. Menurut tradisinya, pengadaan tenaga kerja untuk mengolah usaha tani dilandasi semangat gotong royong yang disebut aron dengan sistim kerja rotasi di masing-masing lahan tani peserta aron, untuk seluruh tahap pada proses usaha tani, mulai dari pengolahan lahan sampai panen. Peserta aron membentuk kelompoknya masing-masing berjumlah 2 hingga 10 orang. Aron muda-mudi terdiri atas pemuda dan pemudi desa yang bersangkutan. Terdapat pula aron untuk yang telah berkeluarga biasanya pada usia-usia produktif. Saat ini, meskipun masih sering menggunakan sebutan aron, namun sistim upah telah menggantikan sistem gotong royong, sistim kerja rotasi bahkan telah hilang sama sekali. Pada masa lalu sistem distribusi produksi pertanian yang dikenal tidak bersifat kompleks rumit karena orientasi produksi subsistens. Distribusi dilakukan hanya dalam kelompok dengan membagi hasil produksi kepada setiap anggota kelompok sesuai dengan peran yang dilakukan. Salah satu media distribusi tradisional pada Universitas Sumatera Utara masyarakat Karo adalah pasar yang dilaksakan setiap hari pada sore hari karaben sepulang petani dari ladangnya, sehingga disebut tiga karaben pasar sore . Setiap kampung ada tiga karabennya. Namun karena kurang ramai dan barang-barang yang ditawarkan kurang lengkap dan pada sisi lain sarana dan prasarana transportasi sudah semakin mudah, tiga karaben hampir tidak ada lagi. Belakangan mulai dikenal sistem distribusi melalui pasar ”Tiga”, yang biasanya hanya sekali dalam seminggu. Hasil-hasil produksi dibawa ke pasar dan disana dijual kepada konsumen yang membutuhkannya. Proses bekerja pasar tradisional ini tidak berbeda dengan pasar-pasar tradisional sebagaimana dikenal pada masyarakat-masyarakat lain di Indonesia. Ciri-cirinya yang menonjol adalah transaksi dengan sistem tawar- menawar, sehingga harga berlaku dalam transaksi adalah harga kesepakatan, dan bukan harga faktur.

4. 1. 1. 7. Program Pembangunan