1. 2. Gambaran Ringkas Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe

4. 1. 2. Gambaran Ringkas Kecamatan Berastagi dan Kabanjahe

Kecamatan Berastagi dengan wilayah seluas 3.050 Ha, merupakan Kecamatan terbesar kedua setelah Kabanjahe di Kabupaten Kabupaten Karo, dengan batas-batas wilayah kecamatan adalah sebagai berikut: Sebelah Utara berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kabanjahe, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Tigapanah, dan sebelah Barat berbatasan denganKecamatan Simpang Empat. Secara administratif Berastagi, terdiri dari 4 Kelurahan dan 5 Desa yang terletak pada ketinggian 1.375 m di atas permukaan laut. Wilayah ini beriklim sedang dengan hawa sejuk dan menjadikannya potensial sebagai wilayah yang dikunjungi sebagai tempat beristirahat dan berlibur. Karena itu, wilayah ini termasuk sebagai salah satu daerah tujuan wisata di Sumatera Utara. Suhu udara berkisar antara 16 derajat Celcius - 22 derajat Celcius dengan kelembaban udara rata-rata 82. Curah hujan rata-rata l.445 mm3tahun. Curah hujan yang cukup tinggi ini sangat mendukung potensi pertanian hortikultura dan menjadikannya sebagai salah satu sentra produksi hortikultura di wilayah Propinsi Sumatera Utara. Dari segi bentuk wilayah, Kecamatan Berastagi terdiri atas wilayah datar sampai berombak 65, berombak sampai berbukit 22 dan berbukit sampai bergunung 13. Secara umum, situasi penggunaan lahan di Kecamatan Berastagi adalah sebagai berikut: Tanah Sawah 119 Ha, Pemukiman seluas 315 Ha, Lahan Universitas Sumatera Utara kering seluas 425 Ha, Perladangan seluas l.400 H, Wilayah Kehutanan seluas 271 Ha, Perkebunan seluas 24 Ha dan Penggunaan lain-lain seluas 446 Ha. Fasilitas transportasi di kecamatan Berastagi pada umumnya sudah cukup memadai. Kota Berastagi, sebagai ibukota Kecamatan, dengan seluruh desa dan kelurahan telah dihubungkan dengan sarana jalan, dan telah dilalui oleh pengangkutan umum. Sebagai daerah tujuan wisata di Sumatera Utara, kota Berastagi juga telah memiliki fasilitas telekomunikasi, yang menghubungkan kota Berastagi dengan kota-kota seluruh Indonesia. Fasilitas lain seperti: fasilitas kesehatan, sanitasi, sumber air bersih, hiburanrekreasi, olah raga, tempat pertemuan umum, pasar, bank, umumnya terpusat di kota Berastagi. Sarana penerangan juga telah mencapai seluruh desa dan kelurahan. Sarana dan prasarana sanitasi pada umumnya belum begitu teratur, sedangkan layanan air bersih dari perusahaan air minum PDAM hanya mencakup kota Berastagi dan sekitarnya. Potensi alam utama yang dimiliki oleh Kecamatan Berastagi adalah tanahnya yang sangat subur dan sangat cocok untuk usaha sektor pertanian , khususnya tanaman sayur-sayuran dan buah-buahan. Selain hawanya yang dingin-sejuk, kecamatan Berastagi memiliki objek-objek pariwista yang sangat diminati oleh turis domestik dan mancanegara. Beberapa diantaranya adalah Gunung Sibayak, Bukit Gundaling dan pemandian air panas alam di desa Doulu dan Raja Berneh. Universitas Sumatera Utara Kendala utama yng dihadapi sehubungan dengan pemanfaatan potensi tersebut sehingga bermanfaat untuk mendukung perekonomian rakyat adalah kurang tersedianya modal, rendahnya keahlian sumberdaya manusia yang tersedia. Di samping itu, menurut para responden, pemerintah daerah belum memiliki suatu program pun yang mampu menggali dan memanfaatkan potensi tersebut. Sumberdaya yang dimiliki pemerintah dipandang tidak memahami persoalan-persoalan maupun managemen pariwisata. Hal ini tampak dari arah pembangunan pariwisata yang tidak jelas serta tidak adanya prioritas-prioritas pembangunan pariwisata yang tegas. Pemerintah daerah masih terlalu mengandalkan objek-objek pariwisata konvensional, seperti misalnya pemandangan alam dan seni budaya tradisional. Dari sisi etnik, mayoritas penduduk Kecamatan Berastagi adalah etnis Karo. Penduduk pendatang menetap berasal dari etnis Batak Toba dan Jawa, sedangkan penduduk WNI Keturunan Asing yang terbesar adalah dari Cina. Etnis Batak Toba dan Cina sudah menetap di kecamatan Berastagi selama 3 generasi, demikian juga dengan etnis Jawa. Salah satu gejala yang cukup menarik di Kecamatan Berastagi, dan pada umumnya di Kabupaten Karo, para pendatang menetap ini biasanya akan menyesuaikan diri secara kultural dengan adat-istiadat Karo. Bahkan mengidentifikasikan diri sebagai etnis Karo. Hal ini tampak jelas ketika Ertutur suatu upaya lisan untuk lebih saling mengenal dengan cara mencari dan menelusuri hubungan-hubungan kekerabatan, para pendatang ini senantiasa menyatakan marganya dengan menyebutkan salah satu marga etnis Karo. Universitas Sumatera Utara Penduduk pendatang di Kecamatan ini pada umumnya bermaksud untuk mencari pekerjaan, yaitu sebagai buruh tani harian yang lajim disebut aron. Pendatang lainnya adalah para pedagang yang bermaksud membeli hasil-hasil pertanian, terutama sayur-sayuran dan buah-buahan, untuk dijual kembali ke daerah lain, khususnya ke kota Medan, Jakarta, Batam dan Singapore. Para pendatang pedagang yang tidak menetap ini pada umumnya mengunjungi kecamatan Berastagi pada hari Rabu, yaitu hari pekan untuk Tiga Rengit dan hari Sabtu untuk Tiga Lau Gendek. Oleh karena Kecamatan Berastagi memiliki beberapa objek parawisata yang cukup menarik, para pendatang yang tidak menetap lainnya adalah para turis, baik domestik maupun mancanegara, khususnya pada hari-hari libur dan Minggu. Penduduk Kecamatan Berastagi, dalam pergaulan sehari-hari antaranggota masyarakat pada umumnya menggunakan bahasa Karo. Sedangkan di lingkungan sekolah pada jam belajar dan di lingkungan kantor pada jam kerja serta untuk urusan dinas tetap digunakan Bahasa Indonesia. Di lingkungan keluarga, termasuk bagi etnis pendatang Batak Toba dan etnis Jawa yang sudah menetap selama 2-3 generasi, bahasa Karo sudah terbiasa digunakan, sedangkan generasi terakhir masih tetap menggunakan bahasa ibu mereka masing-masing. Khusus bagi etnis keturunan China, baik di dalam keluarga maupun di dalam masyarakat antar sesama mereka, tetap menggunakan bahasa China. sedangkan jika berhubungan dengan etnis lain seperti Batak Toba dan Jawa, mereka menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Karo. Universitas Sumatera Utara Masalah yang paling penting untuk ditanggulangi bagi penduduk Kecamatan Berastagi adalah berkaitan dengan pemasaran hasil-hasil produksi pertanian. Bagi petani di Kecamatan Berastagi, jaminan harga jual yang layak dalam perbandingannya dengan biaya produksi yang dikeluarkan sangatlah diharapkan. Sebab seringkali terjadi hasil-hasil pertanian tidak lagi dipanen dan dibiarkan membusuk di lahannya, karena harga jual yang sangat rendah, sedangkan pada sisi lain harga input pertanian berupa pupuk dan obat-obatan kimia senantiasa semakin tinggi. Bahkan akhir-akhir ini para petani sangat dirugikan dengan beredarnya pupuk palsu.

4. 2. Karakteristik Responden Penelitian