Kala II Kala Pengeluaran Janin Kala III Kala Pengeluaran Plasenta Penentuan Apriori Penentuan Berdasarkan Eigenvalues

b. Kala II Kala Pengeluaran Janin

Kala II persalinan dimulai ketika pembukaan serviks sudah lengkap 10 cm dan berakhir dengan lahirnya bayi. Kala II pada primipara berlangsung selama 2 jam dan pada multipara 1 jam. Tanda dan gejala kala II 1. His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit. 2. Ibu merasa ingin meneran bersamaan dengan terjadinya kontraksi. 3. Ibu merasakan makin meningkatnya tekanan pada rektum danatau vagina. 4. Perineum terlihat menonjol. 5. Vulva-vagina dan sfingter ani terlihat membuka. 6. Peningkatan pengeluaran lendir dan darah. Diagnosis kala II ditegakkan atas dasar pemeriksaan dalam yang menunjukkan : 1. Pembukaan serviks telah lengkap. 2. Terlihat bagian kepala bayi pada introitus vagina.

c. Kala III Kala Pengeluaran Plasenta

Kala III persalinan dimulai setelah lahirnya bayi dan berakhir dengan lahirnya plasenta dan selaput ketuban. Seluruh proses biasanya berlangsung 5-30 menit setelah bayi lahir. Perubahan psikologis kala III 1. Ibu ingin melihat, menyentuh, dan memeluk bayinya. 2. Merasa gembira, lega, dan bangga akan dirinya; juga merasa sangat lelah. Universitas Sumatera Utara 3. Memusatkan diri dan kerap bertanya apakah vagina perlu dijahit. 4. Menaruh perhatian terhadap plasenta

d. Kala IV Kala Pengawasan

Kala IV dimulai setelah lahirnya plasenta dan berakhir 2 jam setelah proses tersebut. Observasi yang harus dilakukan pada kala IV : 1. Tingkat kesadaran. 2. Pemeriksaan tanda-tanda vital: tekanan darah, nadi,dan pernapasan. 3. Kontraksi uterus. 4. Terjadinya perdarahan. Perdarahan dianggap masih normal jika jumlahnya tidak melebihi 400 samapai 500 cc. Asuhan dan pemantauan pada kala IV 1. Lakukan rangsangan taktil seperti pemijatan pada uterus, untuk merangsang uterus berkontraksi. 2. Evaluasi tinggi fundus dengan meletakkan jari tangan secara melintang antara pusat dan fundus uteri. 3. Perkirakan kehilangan darah secara keseluruhan. 4. Periksa perineum dari perdarahan aktif misalnya apakah ada laserasi atau episiotomi. 5. Evaluasi kondisi ibu secara umum. 6. Dokumentasikan semua asuhan dan temuan selama kala IV persalinan di halaman belakang partograf segera setelah asuhan diberikan atau setelah penilaian dilakukan. Universitas Sumatera Utara

2.1.3 Asuhan Persalinan

Tujuan asuhan persalinan adalah memberikan asuhan yang memadai selama persalinan, dalam upaya mencapai pertolongan persalinan yang bersih dan aman dengan memperhatikan aspek sayang ibu dan sayang bayi. Kebijakan pelayanan asuhan persalinan : 1. Semua persalinan harus dihindari dan dipantau oleh petugas kesehatan terlatih. 2. Rumah bersalin dan tempat rujukan dengan fasilitas memadai untuk menangani kegawatdaruratan obstetrik dan neonatal harus tersedia 24 jam. 3. Obat-obatan esensial, bahan, dan perlengkapan harus tersedia bagi seluruh petugas terlatih.

2.1.4 Tanda-tanda Persalinan

Tanda dan gejala inpartu 1. Timbul rasa sakit oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur. 2. Keluar lendir bercampur darah bloody show yang lebih banyak karena robekan kecil pada serviks. Sumbatan mukus yang berasal dari sekresi servikal dari proliferasi kelenjar mukosa servikal pada awal kehamilan, berperan sebagai barier protektif dan menutup servikal selama kehamilan. Bloody show adalah pengeluaran dari mukus. 3. Kadang-kadang ketuban pecah dengan sendirinya. Pemecahan membran yang normal terjadi pada kala I persalinan. Hal ini terjadi pada 12 wanita, dan lebih dari 80 wanita akan memulai persalinan secara spontan dalam 24 jam. Universitas Sumatera Utara 4. Pada pemeriksaan dalam : serviks mendatar dan pembukaan telah ada. Berikut ini adalah perbedaan penipisan dan dilatasi serviks antara nulipara dan multipara. a. Nulipara Biasanya sebelum persalinan, serviks menipis sekitar 50-60 dan pembukaan sampai 1 cm; dan dengan dimulainya persalinan, biasanya ibu nulipara mengalami penipisan serviks 50-100, kemudian terjadi pembukaan. b. Multipara Pada multipara sering kali serviks tidak menipis pada awal persalinan, tetapi hanya membuka 1-2 cm. Biasanya pada multipara serviks akan membuka, kemudian diteruskan dengan penipisan. 5. Kontraksi uterus mengakibatkan perubahan pada serviks frekuensi minimal 2 kali dalam 10 menit 2.2. Persalinan di Rumah 2.2.1. Indikasi dan Persyaratan Persalinan di Rumah Indikasi dilakukannya persalinan di rumah adalah sebagai berikut : 1. Multipara, Umumnya ibu yang baru pertama kali bersalin dianjurkan bersalin di rumah sakit atau di klinik bersalin. Jika pada waktu melahirkan bayi pertama itu tidak mengalami kesulitan, melahirkan bayi berikutnya di rumah sendiri dapat diizinkan. 2. Selama melakukan asuhan antenatal tidak didapatinya adanya kelainan atau penyakit yang akan menyulitkan proses persalinan. Universitas Sumatera Utara 3. Jauh dari tempat pelayanan kesehatan tinggal di pemukiman pedesaan. Syafrudin, 2012 Mengingat fungsi pertolongan persalinan yang sangat berat, dalam melakukan persalinan di rumah diperlukan pemenuhan persyaratan sebagai berikut : 1. Mengkonfirmasikan bahwa kehamilan bersifat fisiologis atau normal. Artinya, jika tidak terdapat kelainan 3 P, yakni : power atau kekuatan dari si calon ibu; passage atau jalan lahir; dan passanger yakni kondisi janin yang akan melaluinya. Kalau ketiga faktor tersebut dalam keadaan baik, bisa disimpulkan bahwa persalinan tersebut adalah fisiologis atau akan berlangsung normal. 2. Tersedianya tenaga penolong persalinan yang andal. Penolong persalinan tidak harus seorang dokter ahli kebidanan dan kandungan, namun cukup seorang dokter umum yang terampil dalam bidang tersebut atau bidan yang berpengalaman. Memilih tenaga berkualifikasi seperti itu sebenarnya tidak terlalu sulit. Dalam waktu yang tidak terlalu lama kita akan bisa memperoleh informasi tentang dokter atau bidan mana yang andal sebagai penolong persalinan dan bersedia dimintai pertolongan sewaktu-waktu. Meskipun berprofesi sebagai penolong persalinan, mereka harus mengenal dengan baik siapa yang akan ditolong. Oleh karena itu periksa kehamilan secara teratur penting dilakukan. Dokter yang memiliki banyak pasien atau yang sangat sibuk bukanlah tipe penolong persalinan di rumah yang ideal. Seorang penolong persalinan yang baik tidak hanya berpengalaman, berpengetahuan, dan berketerampilan dibidangnya, tetapi juga sebaiknya seorang Universitas Sumatera Utara pribadi yang berdedikasi tinggi dalam membimbing persalinan. Sebagai contoh, proses pembukaan jalan lahir hingga sempurna biasanya dipimpin seorang bidan. Selama proses ini sang calon ibu biasanya mengalami rasa sakit mulas yang makin lama makin sering disertai nyeri dalam waktu yang relatif agak lama. Dalam kondisi seperti ini sang penolong persalinan harus bisa menanamkan rasa percaya diri, tenang, aman, terlindung, serta kepastian akan keselamatan pada sang calon ibu yang ditolong. 3. Mempersiapkan satu kamar atau ruang bersalin di rumah. Tidak perlu harus ruangan khusus. Kamar tidur keluarga dapat dipersiapkan merangkap sebagai kamar bersalin. Kamar ini hendaknya bersih, tenang, serta memiliki penerangan dan ventilasi udara yang baik. 4. Perlengkapan lain untuk kebutuhan ibu dan bayi. Ibu : dua helai kain panjang bersih, satu gunting steril minimal direbus dalam air mendidih selama lebih dari 15 menit, benang kasur steril, satu buah kateter urine logam steril untuk wanita, sebuah neerbeken atau pispot bersih, serta sebuah baskom penampung ari-ari. Sedangkan untuk bayinya : air hangat secukupnya untuk mandi, sebotol minyak kelapa atau baby oil, baju, popok, baju hangat, sepotong kain kasa steril, dan 60 cc alkohol 70.

2.2.2. Persiapan Persalinan di Rumah

Ada beberapa persiapan menyangkut alat, persiapan ibu, persiapan keluarga, dan bidan. 1. Persiapan alat. Alat yang tersedia dan siap untuk dipakai Universitas Sumatera Utara a. Perlengkapan yang diperlukan oleh ibu guna persalinan di rumah. b. Perlengkapan yang diperlukan oleh bayi segera setelah lahir. c. Tempat tidur untuk bersalin. d. Peralatan bidan. 2. Persiapan ibu untuk bersalin. Pemeriksaan dan kegiatan terhadap ibu mencakup hal berikut . a. Observasi : keadaan umum, meliputi suhu, nadi, frekuensi napas, dan tekanan darah. b. Melakukan : inspeksi, palpasi, dan auskultasi abdomen. c. Menghitung denyut jantung janin DJJ 3. Persiapan keluarga. Bantuan keluarga mencakup hal berikut. a. Menyiapkan ruangan untuk ibu bersalin . b. Mengupayakan ruangan dalam kondisi bersih, pencahayaannya cukup, dan ventilasi bagus. c. Menyiapkan segala sesuatu jika klien dirujuk. 4. Persiapan bidan a. Menyiapkan segala yang diperlukan untuk persalinan. b. Memakai tutup pakaian plastik. c. Mencuci tangan secara aseptik. Universitas Sumatera Utara 2.2.3. Keuntungan dan Kekurangan Persalinan di Rumah 2.2.3.1. Keuntungan 1. Ibu terhindar dari perasaan cemas sebab suasana di rumah yang akrab membuat ibu hamil merasa didukung keluarga dan teman atau tetangga. Selain itu, ibu juga tidak merasa cemas bayinya akan tertukar. 2. Bagi keluarga, persalinan di rumah akan menghemat waktu, tenaga, dan biaya. Keluarga tidak perlu repot membesuk atau menjenguk ke rumah sakit. 3. Bagi aspek fisiologis, aktivitas ibu di rumah akan memperbaiki sirkulasi darah, merangsang peningkatan produksi ASI, dan mempercepat pemulihan kondisinya. Aktivitas ibu dengan berjalan-jalan dalam beberapa hari setelah melahirkan akan melancarkan pembekuan darahdarah kotor akibat pengaruh gaya gravitasi bumi. 4. Bagi aspek materialfinansial, persalinan di rumah merupakan tindakan penghematan yang banyak mendatangkan keuntungan serta akan menghemat biaya karena sebagian biaya rumah sakit dan sewa kamar bersalin dapat dialihkan untuk kebutuhan lain. 5. Bagi aspek psikologis, bayi merasa diterima, dinantikan, dirindukan, dan dicintai oleh seisi rumah. 6. Bagi aspek imunologis, bayi secara bertahap akan dikenalkan antigen asing sehingga respons kekebalan yang ditimbulkan lebih memadai dan berfungsi melindungi dirinya kelak. 7. Ibu dan bayi dapat terhindar dari penyakit infeksi silang yang bisa terjadi di rumah sakit seperti disre, ispa, penyakit kulit dan lainnya. Universitas Sumatera Utara 8. Bagi ibu yang telah mempunyai anak sebelumnya, ibu dan anak sebelumnya tidak perlu berpisah lama dan ibu akan merasa nyaman karena dapat melakukan kebiasaannya di lingkungan rumah sendiri. 9. Kamar selalu tersedia dan tak memerlukan pengangkutan ke rumah sakit.

2.2.3.2. Kekurangan

1. Penolong persalinan dukun bayi, bidan atau tenaga lain umumnya hanya satu. 2. Sanitasi, fasilitas, peralatan, dan persediaan air bersih mungkin kurang. 3. Jika memerlukan rujukan, diperlukan pengangkutan dan pertolongan pertama selama perjalanan. Jika perjalanannya jauh atau lama, maka komplikasi yang terjadi misalnya perdarahan atau kejang-kejang dapat lebih parah. Di rumah, perawatan bayi prematur juga sulit. Mubarak, 2012

2.2.4. Faktor-faktor yang Memengaruhi dalam Memilih Persalinan di Rumah

Banyak ibu lebih memilih melahirkan di rumah, hal ini disebabkan oleh beberapa faktor. Antara lain : 1. Umur Karakteristik umur beresiko tinggi dan beresiko rendah memiliki kecenderungan yang sama dalam pemanfaatan pelayanan kesehatan. Umur merupakan suatu variabel yang tidak bisa dimodifikasi, sesuatu yang harus diterima. Pada kelompok umur berisiko tinggi memang dianjurkan untuk tidak hamil lagi, namun demikian apabila sudah hamil maka sebaiknya disarankan untuk lebih memperhatikan perawatan kehamilannya dan persiapan persalinan yang lebih baik. Universitas Sumatera Utara Sehingga apabila terjadi komplikasi kehamilan maupun persalinan dapat diketahui lebih dini. 2. Pendidikan Hubungan antara pendidikan dengan pola pikir, persepsi dan perilaku masyarakat memang sangat signifikan, dalam arti bahwa semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang semakin rasional dalam pengambilan keputusan. Peningkatan tingkat pendidikan akan mempengaruhi persepsi negatif terhadap nilai anak dan akan menekan adanya keluarga besar. Pendidikan yang ditempuh oleh seseorang merupakan salah satu faktor demografi yang sangat berpengaruh terhadap kondisi kesehatan individu maupun masyarakat. Kusmawati, 2006 Tingkat pendidikan mempengaruhi kesadaran terhadap pentingnya kesehatan sehingga mendorong seseorang untuk memanfaatkan pelayanan kesehatan. Seseorang dengan pendidikan tinggi akan lebih senang menggunakan pelayanan kesehatan modern dari pada pelayanan tradisional, karena sudah mendapatkan informasi tentang keuntungan dan kerugiannya. Widiawati, 2008 3. Biaya Persalinan Biaya sering diartikan sebagai nilai suatu pengorbanan untuk memperoleh suatu output tertentu. Pengorbanan itu dapat berupa uang, barang, tenaga, waktu maupun kesempatan. Biaya persalinan sangat bervariasi, tergantung fasilitas yang diinginkan. Selain fasilitas, jenis persalinan juga membedakan tarif layanan bersalin di klinik maupun rumah sakit. Persalinan normal tentu lebih murah dibanding caesar, Universitas Sumatera Utara tetapi bisa juga bertambah mahal jika disertai komplikasi yang butuh penanganan lebih lanjut. Penelitian Damsir 2005 tentang perilaku ibu bersalin yang berhubungan dengan akses pencarian pelayanan kesehatan dikabupaten oku sumatra selatan menyimpulkan bahwa pendapatan, biaya persalinan dan dukungan keluarga memiliki hubungan yang signifikan dengan pencarian pelayanan kesehatan. 4. Pendapatan Keluarga Keterbatasan dan ketidaktersediaan biaya menjadi salah satu kendala masyarakat untuk memperoleh akses ke pelayanan persalinan oleh tenaga kesehatan di fasilitas kesehatan. Beberapa peneliti dalam Rini Susilowati 2001, menyatakan bahwa pendapatan keluarga merupakan salah satu faktor determinan terhadap akses pelayanan kesehatan. Kemampuan finansial keluarga mempengaruhi apakah keluarga tersebut dapat membayar pelayanan kesehatan seperti membeli obat, membayar biaya pelayanan, membayar biaya transportasi ke tempat pelayanan. Menurut laporan Rikesdas persentase ibu melahirkan menurut tempat persalinan berdasarkan status ekonomi, makin tinggi status ekonomi lebih memilih tempat persalinan di fasilitas kesehatan, sebaliknya untuk persalinan di rumah makin rendah status ekonomi, persentase persalinan di rumah makin besar. 5. Kepercayaan terhadap Bidan Kepercayaan yaitu sikap untuk menerima suatu pernyataan atau pendirian, tanpa menunjukkan sikap pro atau anti. Artinya, jika seseorang percaya bahwa Universitas Sumatera Utara merokok dapat menyebabkan kanker paru, maka dianggapnya hal itu benar, terlepas dari apakah dia suka atau tidak suka merokok. Seringkali suatu kepercayaan tumbuh dan berkembang dalam masyarakat dimana anggota-anggotanya mempunyai kepentingan dan tujuan yang sama. Tidak jarang pula kepercayaan kelompok ini group belief ditumbuhkan oleh pihak yang berwenang atau pemimpin masyarakat yang disebar luaskan ke anggota masyarakat yang lain. Pengalaman menunjukkan, lebih sulit untuk mengubah kepercayaan kelompok dari pada kepercayaan individu, karena kepercayaan individu sifatnya lebih subjektif dan relatif sedangkan kepercayaan kelompok memiliki intensitas yang lebih kuat karena di dukung oleh individu-individu lain yang besar jumlahnya, apalagi jika kepercayaan tersebut di dukung oleh tokoh-tokoh masyarakat. Sarwono, 2012 6. Akses Pelayanan Keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan memengaruhi pemilihan pelayanan kesehatan. Selain itu, jarak merupakan komponen kedua yang memungkinkan seseorang untuk memanfaatkan pelayanan pengobatan. Pada pemanfaatan pelayanan kesehatan salah satu pertimbangan yang menentukan sikap individu memilih sumber perawatan adalah jarak tempat tinggal ke tempat sumber perawatan. Eryando, 2007 Diketahui bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan yaitu merupakan keterjangkauan lokasi tempat pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia. Aksesibilitas dapat dihitung dari waktu tempuh, jarak tempuh, jenis transportasi, dan Universitas Sumatera Utara kondisi di pelayanan kesehatan, seperti jenis pelayanan, tenaga kesehatan yang tersedia dan jam praktek. 7. Rasa Takut terhadap Intervensi Medis Pada model pengurangan rasa takut, agar pemberian informasi tentang suatu tindakan pencegahan atau penyembuhan penyakit dapat dipahami dengan baik, maka rasa takut si pasien perlu dikurangi dulu. Rasa takut tidak selamanya menimbulkan reaksi penolakan atas tindakan yang dianjurkan. Kadang-kadang rasa takut itu justru memacu individu untuk melakukan tindakan tersebut. Makin besar rasa takut itu, makin kuat pula keinginan untuk melakukan tindakan yang dianjurkan. Menurut Janis 1967 dalam Sarwono 2012 membuktikan bahwa jika melampaui batas ambang tertentu, rasa takut itu justru akan menimbulkan reaksi penolakan. Hubungan antara rasa takut dan penerimaan tindakan itu, menurur Janis, membentuk seperti kurva. Bahwa sampai dengan tingkat tertentu dari rasa takut, individu cenderung menerima tindakan yang dianjurkan. Tetapi jika rasa takut itu sedikit sekali atau terlalu kuat, maka individu akan menolak anjuran tersebut. Intervensi yang rutin atau tidak diperlukan dalam persalinan, dalam beberapa tahun terakhir, telah semakin dikenal sebagai salah satu area yang menyebabkan ketidakpuasan bagi banyak wanita. Intervensi meliputi intervensi medis, seperti ruptura membran buatan, infus oksitosin intravena, persalinan dengan menggunakan bantuan alat, episiotomi dan seksio sesaria. Kenyataannya, terkadang disadari bahwa terdapat beberapa intervensi tertentu yang dianggap sebagai rutinitas dan hanya Universitas Sumatera Utara mendatangkan sedikit keuntungan, tidak efektif bahkan membahayakan. Henderson, 2006 8. Lingkungan Persalinan Persalinan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan tempat persalinan berlangsung. Idealnya, setiap wanita yang bersalin dan tim yang mendukung serta memfasilitasi usahanya untuk melahirkan bekerja sama dalam suatu lingkungan yang paling nyaman dan aman bagi ibu yang melahirkan. Bagi banyak wanita, keluarga, dan pemberi perawatan, tempat yang aman untuk melahirkan adalah di rumah. Menurut World Health Organization WHO seorang wanita hamil berisiko rendah harus melahirkan di tempat yang membuat wanita merasa aman. Tempat tersebut terdapat di rumah, di sebuah klinik maternitas kecil, atau di rumah bersalin di kota, atau mungkin di sebuah unit maternitas di rumah sakit yang lebih besar. Tempat tersebut harus merupakan sebuah tempat dimana semua perhatian dan perawatan di fokuskan pada kebutuhan dan keamanannya, sedekat mungkin dengan lingkungan yang dikenalnya. Varney, 2008 Rumah merupakan lingkungan yang sudah dikenal wanita sehingga ia dapat merasa nyaman dan rileks selama persalinan, tempat ia dapat mempertahankan privasi dan dikelilingi oleh orang-orang yang diinginkannya, yang akan memberi dukungan dan ketenangan pada dirinya. 9. Dukungan SuamiKeluarga Dukungan sosial dan hubungan sosial yang baik akan memberikan sumbangan penting bagi kesehatan. Dukungan sosial dan hubungan sosial yang baik Universitas Sumatera Utara akan memberikan sumbangan penting bagi kesehatan. Dukungan sosial membantu dalam pemenuhan sumber-sumber emosional dan praktis seseorang. Adanya dukungan jaringan sosial dalam berkomunikasi dan hubungan saling menguntungkan akan membuat seseorang merasa diperhatikan, dicintai, berharga dan bernilai. Dukungan sosial memiliki efek perlindungan yang luar biasa terhadap kesehatan. Hubungan yang saling mendukung kemungkinan akan memberikan dorongan bagi terbentuknya pola-pola perilaku yang lebih sehat. Dukungan keluarga mengacu pada dukunga sosial yang dipandang oleh anggota keluarga. Dukungan keluarga suamiistri memandang bahwa orang yang bersifat mendukung selalu siap memberikan pertolongan dan bantuan jika diperlukan. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai system pendukung bagi anggota-anggotanya. Dukungan sosial keluarga dapat berupa : a. Dukungan sosial keluarga internal : seperti dukungan dari suami, istri dan dukungan dari keluarga kandung. b. Dukungan keluarga eksternal, yaitu dukungan keluarga eksternal bagi keluarga inti dalam jaringan kerja sosial keluarga. Baik keluarga inti maupun keluarga besar berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggota-anggotanya. 10. Dukungan Penolong Persalinan Keahlian bidan dalam mendukung dan memfasilitasi suatu pengalaman persalinan yang positif adalah sangat penting. Salah satu pengaruh yang paling signifikan dalam asuhan persalinan adalah jenis dan kualitas dukungan yang diterima Universitas Sumatera Utara oleh wanita. Dukungan yang membawa dampak positif adalah dukungan yang bersifat fisik dan emosional. Dukungan tersebut juga meliputi beberapa aspek perawatan seperti menggosok punggung wanita atau memegang tangannya, mempertahankan kontak mata, ditemani orang-orang yang ramah, dan diberi janji bahwa wanita yang berada dalam persalinan tidak akan ditinggal sendirian. Kemampuan memberi dukungan emosional untuk wanita dalam persalinan merupakan sesuatu yang dikembangkan bidan. Pemberian dukungan emosional dapat mencakup keterampilan komunikasi dan pemberian informasi. Pola asuh yang ditawarkan selama kelahiran dapat memberi pengaruh positif pada ibu dan bidan. Jenis dukungan yang diberikan oleh bidan dan tenaga lain pada saat persalinan memiliki efek jangka panjang pada kehidupan wanita. Bidan memiliki wewenang untuk meyakinkan bahwa wanita mempunyai dukungan yang adekuat dalam lingkungan yang mendukung. Henderson, 2006 11. Paritas Paritas adalah banyaknya kelahiran hidup yang dipunyai oleh seorang wanita BKKBN, 2006. Menurut Prawirohardjo 2009, paritas dapat dibedakan menjadi primipara, multipara dan grandemultipara. Primipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak, yang cukup besar untuk hidup di dunia luar Varney, 2006. Multipara adalah wanita yang telah melahirkan seorang anak lebih dari satu kali Prawirohardjo, 2009. Grandemultipara Universitas Sumatera Utara adalah wanita yang telah melahirkan 5 orang anak atau lebih dan biasanya mengalami penyulit dalam kehamilan dan persalinan Manuaba, 2008. Indikasi dilakukannya persalinan di rumah adalah multipara, Umumnya ibu yang baru pertama kali bersalin dianjurkan bersalin di rumah sakit atau di klinik bersalin. Jika pada waktu melahirkan bayi pertama itu tidak mengalami kesulitan, melahirkan bayi berikutnya di rumah sendiri dapat diizinkan. 12. Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil ‘tahu’, dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu. Penginderaan terjadi melalui pancaindera manusia, yakni : indera penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang overt behaviour. Karena dari pengalaman dan penelitian ternyata perilaku yang didasarkan oleh pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan. Peneltian Rogers 1974 mengungkapkan bahwa sebelum orang mengadopsi perilaku baru berperilaku baru, dalam diri orang tersebut terjadi proses yang berurutan yaitu, Awarenes Kesadaran, interest merasa tertarik, evaluation menimbang-nimbang, trial mencoba sesuatu, adoption berperilaku. Namun demikian dari penelitian selanjutnya Rogers menyimpulkan bahwa perubahan perilaku tidak selalu melewati tahap-tahap tersebut. Universitas Sumatera Utara Pengetahua yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkatan yaitu : a. Tahu know Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali recal terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab itu, ‘tahu’ ini merupakan tingkatan pengetahuan yang paling rendah. b. Memahami Comprehension Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari. c. Aplikasi Aplication Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah di pelajari pada situasi dan kondisi real sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan sebagai aplikasi atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitungan-perhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip- prinsip siklus pemecahan masalah problem solving cyclel di dalam pemecahan masalah kesehatan dari kasus yang diberikan. Universitas Sumatera Utara d. Analisis Analysis Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam suatu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan membuat bagan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya. e. Sintesis Synthesis Sintesis penunjuk kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya, dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat menyesuaikan dan sebagainya terhadap suatu teori atau rumusan-rumusan yang telah ada. f. Evaluasi Evaluation Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukannya sendiri, atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada. Misalnya, dapat membandingkan antara anak yang cukup gizi dengan anak yang kekurangan gizi, dapat menanggapi terjadinya diare disuatu tempat, dapat menafsirkan sebab-sebab mengapa ibu-ibu tidak mau ikut KB dan sebagainya. notoatmodjo, 2010 Universitas Sumatera Utara Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang tidak tepat akan berdampak langsung pada kesehatan ibu. Hal ini bisa dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya pengetahuan dalam mencari penolong persalinan yang aman. Karena pengetahuan tersebut akan memengaruhi keputusan dalam meminta bantuan pertolongan persalinan. Rohmah, 2010 2.3. Analisis Faktor 2.3.1. Pengertian Analisis faktor merupakan nama umum yang menunjukkan suatu kelas prosedur, utamanya dipergunakan untuk mereduksi data atau meringkas, dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel, misalnya dari 15 variabel yang lama diubah menjadi 4 atau 5 variabel baru yang disebut faktor dan masih memuat sebagian besar informasi yang terkandung dalam variabel asli original variabel. Supranto, 2010 Secara prinsip, analisis faktor mencoba menemukan hubungan inter- ralationship antar sejumlah variabel-variabel yang awalnya saling independen satu dengan yang lain, sehingga bisa dibuat satu atau beberapa kumpulan variabel yang lebih sedikit dari jumlah variabel awal. Santoso, 2012 Di dalam analisis faktor, variabel tidak dikelompokkan menjadi variabel bebas dan tak bebas, sebaliknya sebagai penggantinya seluruh set hubungan interdependen antar variabel diteliti. Analisis faktor dipergunakan dalam situasi sebagai berikut : Universitas Sumatera Utara 1. Mengenali atau mengidentifikasi dimensi yang mendasari Underlying dimensions atau faktor, yang menjelaskan korelasi antara suatu set variabel. 2. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel baru yang tidak berkolerasi independent yang lebih sedikit jumlahnya untuk menggantikan suatu set variabel asli yang saling berkolerasi di dalam analisis multivariate selanjutnya. 3. Mengenali atau mengidentifikasi suatu set variabel yang penting dari suatu set variabel lebih banyak jumlahnya untuk dipergunakan di dalam analisis multivariate selanjutnya.

2.3.2. Tujuan Analisis Faktor

Pada dasarnya tujuan Analisis faktor adalah : a. Data Summarization, yakni mengidentifikasi adanya hubungan antar variabel dengan melakukan uji korelasi. Jika korelasi dilakukan antar variabel, analisis tersebut dinamakan R Faktor Analysis. Namun, jika korelasi dilakukan antar responden atau sampel, analisis disebut Q Faktor Analysis, yang juga populer disebut CLUSTER ANALYSIS. b. Data Reduction, yakni setelah melakukan korelasi, dilakukan proses membuat sebuah variabel set baru yang dinamakan faktor untuk menggantikan sejumlah variabel tertentu.

2.3.3. Model Analisis Faktor dan Statistik yang Relevan

Secara sistematis, analisis faktor agak mirip dengan regresi linear berganda, yaitu bahwa setiap variabel dinyatakan sebagai suatu kombinasi linear dari faktor yang melandasi underlying factors. Jumlah amount varian yang disumbangkan Universitas Sumatera Utara oleh suatu variabel dengan variabel lainnya yang tercakup dalam analisis disebut communiality. Kovariasi antar variabel yang diuraikan, dinyatakan dalam suatu common factors yang sedikit jumlahnya ditambah dengan faktor yang unik untuk setiap variabel. Supranto, 2010 Untuk memilih timbangan weight atau koefisien nilai faktor factor score coeficients sehingga faktor yang pertama menjelaskan sebagian besar porsi seluruh varian atau menyerap sebagian besar varian seluruh variabel. Kemudian set timbangan yang kedua dapat dipilih, sehingga faktor yang kedua menyerap sebagian besar sisa varian, setelah diambil faktor pertama, dengan syarat bahwa faktor yang kedua tidak berkolerasi orthogonal dengan faktor pertama. Prinsip yang sama dapat dipergunakan untuk memilih faktor selanjutnya, sebagai faktor tambahan, yaitu faktor ketiga. Jadi, faktor bida diperkirakandiestimasi sehingga nilai faktor yang satu tidak berkolerasi dengan nilai faktor lainnya. Faktor yang diperoleh merupakan variabel baru yang tidak berkolerasi antara satu faktor dengan faktor lainnya, artinya tidak terjadi multi collinearity. Bayak nya faktor lebih sedikit daripada banyaknya variabel asli yang dianalisis faktor, sebab analisis faktor memang mereduksi jumlah variabel yang banyak menjadi variabel baru yang jumlahnya lebih sedikit. Lebih lanjut, faktor pertama menyerap sebagian besar varian dari seluruh variabel, kemudian faktor kedua menyerap sebagian besar sisa varian dari variabel, setelah diperoleh faktor pertama, dan faktor ketiga menyerah sebagian besar sisa varian dari variabel, setelah faktor 1 dan faktor 2 diperoleh. Begitu seterusnya, Universitas Sumatera Utara sehingga faktor 1 menyerap sebagian besar varian dari seluruh variabel, faktor 2 menyerap sebagian besar varian yang kedua dan kemudian proses pencarian faktor berhenti setelah varian dari seluruh variabel asli sudah terserap, katakan lebih dari 75.

2.3.4. Model Matematik dalam Analisis Faktor

Analisis faktor mensyaratkan bahwa hubungan antar-variabel terobservasi harus linier dan nilai koefisien korelasi tak boleh nol, artinya benar-benar harus ada hubungan. Komponen hipotesis yang diturunkan harus memiliki sifat-sifat sebagai berikut. 1. Komponen hipotesis tersebut diberi nama faktor. Faktor-faktor ini membentuk linierly independent set variabel. Tak ada faktor yang menjadi kombinasi linier dari faktor lain, sebab faktor-faktor tersebut dibuat sedemikian rupa sehingga bebas independent satu sama lain. 2. Variabel komponen hipotesis yang disebut faktor tersebut bisa dikelompokkan menjadi dua yaitu : common factors and unique factors. Dua komponen ini bisa dibedakan kalau dinyatakan dalam timbangan di dalam persamaan linier, yang menurunkan variabel observasi dari variabel komponen hipotesis. 3. Common factor selalu dianggap tidak berkolerasi dengan faktor unik. Faktor unik biasanya juga dianggap saling tidak berkolerasi mutually uncorrelated, akan tetapi common factor mungkin atau tidak mungkin berkolerasi satu sama lain. Universitas Sumatera Utara Umumnya dianggap bahwa jumlah common factor lebih sedikit dari jumlah variabel asli. Akan tetapi, banyaknya faktor unik biasanya dianggap sama dengan banyaknya variabel asli. Supranto, 2010

2.3.5. Penentuan Banyaknya Faktor

Beberapa prosedur bisa disarankan untuk menentukan banyaknya faktor yang terbentuk, yaitu :

a. Penentuan Apriori

Penentuan secara apriori yaitu ditentukan terlebih dahulu, misalnya berdasarkan variabel yang ada bisa ditarik sekian faktor. Kadang karena pengalaman sebelumnya, peneliti sudah tahu berapa banyak faktor sebenarnya, dengan menyebut suatu angka, misalnya 3 atau 4 faktor yang harus disarikan dari variabel atau data asli. Upaya untuk menyarikan to extract berhenti, setelah banyaknya faktor yang diharapkan sudah didapat, misalnya cukup 4 faktor saja.

b. Penentuan Berdasarkan Eigenvalues

Di dalam pendekatan ini, hanya faktor dengan eigenvalues lebih besar dari 1 satu yang dipertahankan, kalau lebih kecil dari satu, faktornya tidak diikutsertakan dalam model. Suatu eigenvalues menunjukkan besarnya sumbangan dari faktor terhadap varian seluruh variabel asli. Hanya faktor dengan varian lebih besar dari satu, yang dimasukkan dalam model. Faktor dengan varian lebih kecil dari satu tidak lebih baik dari asli, sebab variabel asli telah dibakukan standarlized yang berarti rata-ratanya nol dan variannya satu. Apabila banyaknya variabel asli kurang dari 20, pendekatan ini akan menghasilkan sejumlah faktor yang konservatif. Universitas Sumatera Utara

c. Penentuan Berdasarkan Scree Plot

Dokumen yang terkait

Analisis Faktor Determinan yang Memengaruhi Ibu dalam Memilih Penolong Persalinan di Puskesmas XIII Kota Kampar I Kabupaten Kampar Tahun 2013

6 87 91

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Trimester III yang Mengalami Anemia dalam Memilih Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Tahun 2013

1 56 149

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

0 0 2

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

0 0 11

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

0 0 40

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

2 5 6

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

0 0 25

Analisis Faktor Untuk Mengetahui Alasan Ibu Memilih Persalinan Di Rumah Oleh Bidan Di Wilayah Kerja Puskesmas Lubuk Jambi Kabupaten Kuantan Singingi Provinsi Riau Tahun 2015

0 0 18

KUESIONER PENELITIAN FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI IBU HAMIL TRIMESTER III YANG MENGALAMI ANEMIA DALAM MEMILIH PENOLONG PERSALINAN DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS HAMPARAN PERAK TAHUN 2013

0 1 32

Faktor-Faktor yang Memengaruhi Ibu Hamil Trimester III yang Mengalami Anemia dalam Memilih Penolong Persalinan di Wilayah Kerja Puskesmas Hamparan Perak Tahun 2013

0 0 21