BAB 1 PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Persalinan merupakan salah satu peristiwa penting dan senantiasa diingat dalam kehidupan wanita. Setiap wanita memiliki pengalaman melahirkan tersendiri
yang dapat diceritakan ke orang lain. Memori melahirkan, peristiwa dan orang-orang yang terlibat dapat bersifat negatif atau positif, dan pada akhirnya dapat menimbulkan
efek emosional dan reaksi psikososial jangka pendek dan jangka panjang. Henderson, 2006
Aspek-aspek asuhan yang terbukti memengaruhi perasaan persalinan dan kepuasan pengalaman persalinan meliputi komunikasi dan pemberian informasi,
penatalaksanaan nyeri, tempat melahirkan, dukungan sosial dan dukungan dari pasangan serta dukungan dari pemberi asuhan.
Persalinan sangat dipengaruhi oleh lingkungan dan tempat persalinan berlangsung. Idealnya, setiap wanita yang bersalin dan tim yang mendukung serta
memfasilitasi usahanya untuk melahirkan bekerja sama dalam suatu lingkungan yang paling nyaman dan aman bagi ibu yang melahirkan. Varney, 2008
Tempat bersalin termasuk salah satu faktor yang dapat memengaruhi psikologis ibu bersalin. Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang
tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Setidaknya ada dua
Universitas Sumatera Utara
pilihan tempat bersalin yaitu di rumah Ibu atau di unit pelayanan kesehatan. Rohmah, 2010
Tempat yang paling ideal untuk persalinan adalah fasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong sewaktu-waktu terjadi komplikasi
persalinan. Minimal di fasilitas kesehatan seperti puskesmas yang mampu memberikan Pelayanan Obstetrik dan Neonatal Emergensi Dasar PONED.
Persalinan difasilitas kesehatan dengan perlengkapan dan tenaga yang siap menolong sewaktu-waktu terjadi komplikasi persalinan. Minimal di fasilitas
kesehatan seperti puskesmas yang mampu memberikan pelayanan obstetrik dan neonatal emergensi dasar PONED. Dipahami belum seluruh Puskesmas mampu
untuk memberikan pelayanan dasar tersebut, minimal pada saat ibu melahirkan di Puskesmas terdapat tenaga yang dapat segera merujuk jika terjadi komplikasi.
Laporan Riskesdas 2010 Pertolongan persalinan memenuhi kaidah 4 pilar safe motherhood, yang
salah satunya adalah persalinan bersih dan aman serta ditolong oleh tenaga kesehatan yang terampil. Perlu diwaspadai adanya resiko infeksi dikarenakan paparan
lingkungan yang tidak bersih, alas persalinan yang tidak bersih, serta alat dan tangan penolong yang tidak bersih karena mobilisasi dari pusat pelayanan kesehatan ke
rumah ibu. Prasetyawati, A.E., 2012 Menurut Depkes RI 2009, tujuan persiapan persalinan aman adalah agar
ibu hamil dan keluarga tergerak merencanakan tempat dan penolong persalinan yang
Universitas Sumatera Utara
aman. Bahkan menurut Kemenkes RI 2011 persalinan dilakukan di fasilitas kesehatan dan ditolong oleh tanaga kesehatan.
Pemilihan tempat bersalin dan penolong persalinan yang tidak tepat akan berdampak secara langsung pada kesehatan ibu. Sampai saat ini angka kematian ibu
di Indonesia masih relatif tinggi dibandingkan dengan negara-negara tetangga. Laporan survey Demografi Kesehatan Indonesia SDKI terakhir memperkirakan
angka kematian ibu adalah 228 per 100.000 kelahiran hidup pada tahun 2007. Bahkan WHO, UNICEF, UNFPA, dan World Bank memperkirakan angka kematian ibu lebih
tinggi, yaitu 420 per 100.000 kelahiran hidup. Prasetyawati, A.E., 2012 Berdasarkan data Profil kesehatan Indonesia tahun 2011; cakupan
pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan dengan kompetensi kebidanan sejak tahun 2008 sampai tahun 2011 cenderung mengalami peningkatan. Bahkan pada
tahun 2011 cakupan pertolongan persalinan oleh petugas kesehatan di Indonesia telah mencapai 88,38 . Akan tetapi, meningkatnya cakupan penolong kelahiran oleh
tenaga kesehatan di Indonesia belum diimbangi dengan peningkatan jumlah persalinan di sarana pelayanan kesehatan.
Berdasarkan hasil riset kesehatan dasar 2010, persalinan ibu anak terakhir dari kelahiran lima tahun terakhir menunjukkan bahwa 55.4 melahirkan di fasilitas
kesehatan seperti rumah sakit pemerintah dan swasta, rumah bersalin, Puskesmas, Pustu, praktek dokter atau praktek bidan. Terdapat 43,2 melahirkan di
rumahlainnya dan hanya 1,4 persen yang melahirkan di polindesposkesdes. Apabila dianalisis lebih lanjut, diantara anak yang dilahirkan di rumahlainnya, ternyata
Universitas Sumatera Utara
tenaga yang menolong proses persalinan adalah dokter 2,1, bidan 51,9, paramedis lain 1,4, dukun 40,2, serta keluarga 4,0.
Di Sumatera Utara berdasarkan profil kesehatan Indonesia tahun 2011 cakupan penolong persalinan 91,61 sudah ditolong oleh tenaga kesehatan. Namun
pemilihan tempat persalinan berdasarkan riskesdas 2010, 59,7 persalinan berlangsung di rumahlainnya, 38,6 melahirkan di fasilitas kesehatan dan 1,7
yang melahirkan di PolindesPoskesdes. Fakta masih adanya angka persalinan di rumah, menuntut diperlukannya
pengoptimalan pemberdayaan sarana dan tenaga kesehatan yang ada untuk persalinan. Oleh karena itu, untuk melakukan pertolongan persalinan dirumah harus
ada persiapan yang tepat, baik persiapan penolong, alat dan bahan yang dibawa penolong, persiapan tempat, lingkungan dan keluarga. Prasetyawati, A.E., 2012.
Melahirkan di rumah masih kontroversial di Amerika Serikat. American Collage Obstetricians and Gynecologists ACOG dan American Medical Association
AMA menentang melahirkan di rumah. Mereka berpendapat bahwa rumah sakit adalah tempat paling aman untuk melahirkan karena kemampuan pengelolaan rumah
sakit dan keahlian dari para staf rumah sakit segera tersedia jika komplikasi muncul tiba-tiba.
Pemilihan tempat persalinan dan penolong persalinan bisa di pengaruhi oleh beberapa hal, diantaranya jarak dengan fasilitas pelayanan kesehatan, alat
transportasi, letak demografi daerah, dan pengetahuan dalam mencari penolong
Universitas Sumatera Utara
persalinan yang aman. Pengetahuan tersebut akan memengaruhi keputusan dalam meminta bantuan penolong persalinan.
Faktor-faktor yang memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan oleh tenaga kesehatan adalah tenaga kesehatan dapat meminimalkan komplikasi
apabila terjadi komplikasi bisa segera diketahui dan dirujuk ke rumah sakit, memberikan perhatian secara khusus disaat proses persalinan berlangsung,
memperhatikan kemajuan persalinan, waspada bila tiba-tiba timbul kelainan yang akan mengganggu atau menghambat persalinan, melakukan kunjungan rumah, dan
memberikan pelayanan KB setelah melahirkan. Rohmah, 2010 Kepatuhan ANC juga memengaruhi ibu dalam memilih penolong persalinan.
Sesuai dengan penelitian Jekti 2011 tentang hubungan antara kepatuhan Antenatal Care
dengan pemilihan penolong persalinan dimana, ibu yang tidak patuh melakukan ANC lebih suka memilih dukun sebagai penolong persalinan. Sebaliknya ibu yang
patuh melakukan ANC akan memilih tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan. Penelitian Dwilaksono 2007, tentang upaya peningkatan persalinan tenaga
kesehatan berdasarkan analisis Need dan Demand mengungkapkan bahwa Need dan Deman
ibu bersalin lebih condong ke tenaga dukun dibandingkan dengan tenaga kesehatan dan tempat persalinan yang diinginkan need oleh ibu bersalin di
kecamatan Palengaan kabupaten Pamekasan adalah di rumah sendiri karena bisa ditunggui suami atau keluarga. Dan Deman kebutuhan ibu yang melahirkan di
rumah sendiri menunjukkan peningkatan untuk bersalin di rumah sendiri.
Universitas Sumatera Utara
Di negara berkembang, dimana perempuan mungkin tidak mampu mambayar biaya perawatan medis atau tidak dapat mengaksesnya, melahirkan dirumah mungkin
satu-satunya pilihan yang tersedia, dan bahkan wanita itu mungkin tidak dapat dibantu oleh tenaga profesional, dan hanya dukun atau bahkan menolong sendiri
tanpa bantuan siapa pun. Keterjangkauan masyarakat termasuk jarak akan fasilitas kesehatan akan
mempengaruhi pemilihan tempat persalinan dan penolong persalinan. Apalagi di desa-desa yang jauh dari rumah sakit justru sebagian besar mereka melahirkan di
rumah. Diketahui bahwa akses terhadap pelayanan kesehatan yaitu merupakan keterjangkauan lokasi tempat pelayanan, jenis dan kualitas pelayanan yang tersedia.
Penelitian Wulan 2011 tentang Analisis spasial pemilihan tempat pertolongan persalinan di kelurahan Sendangmulyo Semarang terdapat beberapa
faktor yang memengaruhi ibu dalam memilih tempat persalinan yaitu tingkat pendapatan responden yang dikelompokkan berdasarkan nilai UMR kota semarang
tahun 2011. Responden dengan pendapatan tinggi UMR memilih rumah sakit umum sebagai tempat persalinan, sedangkan responden dengan pendapatan rendah
UMR lebih memilih persalinan di klinik bersalin atau di rumah sendiri dengan didampingi oleh bidan.
Laporan Riskesdas 2010, persentase tempat ibu melahirkan menurut tempat persalinan berdasarkan karakteristik tempat tinggal dan status ekonomi. Di pedesaan
umumnya persalinan dilakukan di rumahlainnya, sedangkan di perkotaan melahirkan di fasilitas kesehatan lebih banyak. Makin tinggi status ekonomi lebih memilih
Universitas Sumatera Utara
tempat persalinan di fasilitas kesehatan, sebaliknya untuk persalinan di rumah makin rendah status ekonomi, persentase persalinan di rumah makin besar. Laporan
Riskesdas 2010. Dalam sebuah artikel yang diterbitkan dalam Acta Obstetricia et
Gynecologica Scandinavica 2010, ada beberapa faktor yang menyebabkan ibu
memilih bersalin dirumah, diantaranya : lingkungan rumah yang nyaman, tidak suka dengan rumah sakit atau rumah bersalin, dapat mengurangi stres, dan mempunyai
kontrol atau otonomi yang lebih besar terhadap diri sendiri. Rumah merupakan lingkungan yang sudah dikenal wanita sehingga ia dapat
merasa nyaman dan relaks selama persalinan, tempat ia dapat mempertahankan privasi dan dikelilingi oleh orang-orang yang diinginkannya, yang memberikan
dukungan dan ketenangan pada dirinya. Kehadiran pendamping selama proses persalinan, sentuhan, hiburan dan dorongan untuk mendukung, kehadiran
pendamping sangat besar artinya karena dapat membantu ibu saat proses persalinan. Pendamping ibu saat proses persalinan sebaiknya adalah orang yang peduli pada ibu
dan yang paling penting adalah orang yang diinginkan ibu untuk mendampingi ibu selama proses persalinan. Henderson, C., 2006 dan Rukiyah, 2009.
Pemilihan persalinan di rumah juga tidak terlepas dari banyaknya intervensi medis yang tidak perlu di rumah sakit. Intervensi yang rutin atau tidak diperlukan
dalam persalinan, dalam beberapa tahun terakhir, telah semakin dikenal sebagai salah satu area yang menyebabkan ketidakpuasan bagi banyak wanita. Intervensi ini
Universitas Sumatera Utara
meliputi, persalinan dengan menggunakan bantuan alat seperti vacum bahkan tak jarang berakhir dengan secsio sesaria. Henderson, C., 2006
Menurut Raphael-Leff 1991 dalam Henderson 2006 mengungkapkan bahwa efek jangka panjang dari beberapa intervensi seperti persalinan dengan
bantuan alat dapat meningkatkan kejadian depresi pascanatal, mengurangi kepercayaan diri wanita dalam kemampuannya menjalani peran sebagai ibu. Bahkan
efek jangka panjang dapat menyebabkan stres pascatrauma karena merasa tidak mampu mengendalikan diri mereka sendiri.
Penelitian Anthoni, dkk 2005 tentang faktor demografi ibu dalam merencanakan persalinan di rumah di Belanda, maka 23,5 wanita primipara usia
25-29 tahun bersalin di rumah, 10,3 bersalin di rumah sakit dibawah pengawasan bidan dan 66,1 melahirkan dirumah sakit dengan dokter kandungan setelah rujukan.
Pada kelompok multipara usia 30-34 tahun sekitar 42,8 persalinan di rumah, 15,0 bersalin di rumah sakit dibawah pengawasan bidan dan 42,1 melahirkan di
rumah sakit dengan dokter kandungan setelah rujukan. Proses kehamilan dan persalinan merupakan suatu proses yang melibatkan
banyak orang, tidak hanya pasangan suami istri, tetapi meliputi seluruh anggota keluarga baik dari pihak istri maupun suami. Di banyak daerah di Indonesia,
keputusan bahkan ditentukan oleh orang tua dari pihak istri atau suamidan kerabat yang dituakan. Mereka menentukan semua hal penting yang berhubungan dengan
persalinan, memilih tempat persalinan, tenaga penolong persalinan, juga kebiasaan lain yang harus dilakukan oleh ibu setelah melahirkan. Mereka juga yang menentukan
Universitas Sumatera Utara
perlu tidaknya ibu bersalin dibawa ke tempat pelayanan kesehatan atau rumah sakit bila persalinan mengalami komplikasi. Sering terjadi seorang ibu sampai di rumah
sakit dalam keadaan sangat terlambat atau bahkan meninggal di perjalanan menuju rumah sakit hanya karena setiap anggota keluarga tidak mencapai kata sepakat
membawanya berobat. Uraian di atas telah menjelaskan mengenai pengaruh karakteristik persalinan
dan tingginya AKI di Indonesia. Persalinan institusional sebenarnya merupakan pilihan terbaik dalam menurunkan AKI, tetapi mengoptimalkan persalinan non
institusional dan memperbaiki sistem rujukan di daerah merupakan pilihan yang rasional saat ini.
Berdasarkan profil kesehatan Kabupaten Batubara persentase pertolongan persalinan oleh Nakes mengalami penurunan. Tahun 2010 dengan jumlah persalinan
8372, persalinan oleh tenaga kesehatan sebanyak 8372 100 namun pada tahun 2011 jumlah persalinan 8326, persalinan oleh tenaga kesehatan hanya 7479
88,83. Angka kematian ibu di Kabupaten Batubara mengalami peningkatan yakni,
dari 8362 kelahiran hidup terdapat 13 15,62 kematian ibu pada tahun 2010 dan pada tahun 2011 dari 7422 kelahiran hidup terdapat 12 16,16 kematian ibu. Hal
ini berbanding terbalik dengan angka kematian bayi. Dimana AKB mengalami penurunan yang cukup signifikan dari tahun 2010 terdapat 37 4,43 kematian bayi
dari 8362 kelahiran hidup dan pada tahun 2011 hanya 8 1,08 kematian bayi dari 7422 kelahiran hidup.
Universitas Sumatera Utara
Hasil survey awal yang telah dilakukan oleh penulis di Puskesmas Labuhan Ruku yang terdiri dari 10 desa dan 1 kelurahan yang terdiri dari desa Sei Muka, desa
Tanah Datar, desa Benteng, desa Mesjid Lama, desa Sumber Tani, desa Indra Yaman, desa Dahari Selebar, Desa Pahang, desa Dahari Indah, desa Padang genting dan
kelurahan Labuhan Ruku terdapat 736 persalinan normal pada tahun 2012. Berdasarkan laporan bidan desa Dari 736 jumlah persalinan terdapat 449 61
persalinan di rumah dan ditolong oleh bidan. Tingginya angka persalinan di rumah di wilayah kerja puskesmas Labuhan
Ruku bukan tanpa masalah. Pada tahun 2011 terdapat 2 dua kematian ibu dan 4 empat kematian bayi. Dan menurut salah seorang bidan pada tahun 2012 didaerah
tempat bidan tersebut bertugas seorang ibu juga meninggal dalam perjalanan menuju rumah sakit karena perdarahan.
Menurut bidan yang bertugas disalah satu desa yang ada diwilayah kerja puskesmas Labuhan Ruku ternyata banyak dijumpai kasus retensio plesenta atau
perlekatan plasenta, partus tak maju atau partus macet. Dimana kasus-kasus ini dapat menyebabkan kematian bila tidak mendapatkan penanganan segera. Kasus ini juga
tidak dapat dideteksi selama kehamilan sehingga persalinan di rumah harus dipersiapkan dengan sistem rujukan yang memadai.
Sering juga para bidan mengalami dilema, dimana pasien tidak mau dirujuk ke rumah sakit dengan berbagai alasan. Padahal kehamilan ibu beresiko bila di tolong
dirumah. Menurut salah seorang bidan tak jarang dia harus menolong persalinan letak sungsang di rumah karena ibu dan keluarga tidak mau di bawa ke rumah sakit. Salah
Universitas Sumatera Utara
satu alasan mereka adalah faktor biaya. Walaupun biaya untuk si ibu gratis namun biaya unuk makan dan transportasi ke tempat rujukan memerlukan biaya yang besar
sehingga mereka lebih memilih ditolong dirumah. Walaupun resiko yang harus mereka terima adalah kehilangan anak mereka.
Persalinan di rumah bukan saja menimbulkan resiko bagi ibu tetapi juga bayi yang dilahirkan. Tahun 2010 seorang bayi meninggal, dimana pada saat hamil ibu di
deteksi hamil dengan letak sungsang. Namun keluarga menolak untuk dibawa ke rumah sakit. Akhirnya bayi meninggal karena leher bayi terjepit di jalan lahir.
Penulis juga melakukan wawancara kepada 5 orang ibu yang melakukan persalinan di rumah, dimana faktor utama mereka memilih persalinan di rumah dan
ditolong oleh bidan adalah kepercayaan terhadap bidan, biaya yang relatif murah bila di bandingkan di fasilitas kesehatan yang memerlukan biaya transportasi yang lebih
banyak. Selain itu persalinan di rumah jauh lebih praktis dimana ibu tidak repot membawa perlengkapan persalinan kemana-mana, banyak keluarga yang menemani
mereka serta rasa aman dan nyaman karena privasi mereka terjaga. Hasil wawancara diatas bila kita hubungkan dengan teori Lawrence Green
bahwa perilaku kesehatan dipengaruhi oleh tiga kelompok faktor. Faktor Predisposisi; menyangkut pengetahuan tentang persalinan, pendidikan, kepercayaan terhadap
bidan, rasa takut terhadap intervensi medis, lingkungan persalinan, dan unsur lain yang terdapat dalam diri individumasyarakat seperti faktor demografi umur, paritas,
pendapatan, biaya persalinan. Faktor pendukung yaitu tersedianya fasilitas atau
Universitas Sumatera Utara
sarana kesehatan yang mudah dijangkau. Serta faktor pendorong yaitu sikap dan perilaku petugas kesehatan, masyarakat dan keluarga.
Dari banyaknya variabel diatas maka perlu dikaji variabel-variabel apa yang sangat memengaruhi ibu dalam memilih persalinan di rumah sehingga upaya
pemerintah untuk menurunkan angka kematian ibu dan kematian bayi akibat pemilihan tempat persalinan yang tidak di dukung oleh fasilitas medis yang memadai
dapat ditekan. Oleh karena itu perlu dilakukan analisis faktor untuk mereduksi atau meringkas variabel, dari variabel yang banyak diubah menjadi sedikit variabel yang
disebut dengan faktor yang paling dominan dalam memengaruhi ibu untuk memilih persalinan dirumah.
Berdasarkan latar belakang diatas penulis ingin melakukan penelitian tentang “Analisis Faktor Yang Memengaruhi Ibu Dalam Memilih Persalinan Di
Rumah oleh bidan Di Wilayah Puskesmas Labuhan Ruku Kabupaten Batu Bara”
1.2. Permasalahan