Sejarah dan Perkembangan Prinsip Most-Favoured Nation

kebanyakan BITs secara umum berlaku “behind the border”. Secara umum, pembatasan dalam hal masuk dan setelah masuknya barang dan investasi cenderung hal yang berbeda. Lingkup akan operasi standard MFN lebih besar ketika diaplikasikan ke dalam penanaman modal asing yaitu ketika suatu aturan yang berbeda dari suatu negara berhadapan dengan investor asing. 63 Karena hal-hal tersebut, standard MFN pada bidang investasi internasional memiliki perbedaan cakupan.

B. Sejarah dan Perkembangan Prinsip Most-Favoured Nation

MFN pertama kali ditemukan dalam perjanjian perdagangan internasional dan telah diakui keberadaannya di bidang perdagangan selama berabad-abad bahkan sebelum munculnya BIT.Prinsip MFN juga merupakan pilar utama perjanjian komersil khususnya perjanjian perdagangan antar negara-negara. Penggunaan dan lingkup klausul MFN sudah bervariasi dari waktu ke waktu tergantung pada ideologi mana yang berlaku dalam ekonomi dan hubungan politik internasional. 64 Pengakuan prinsip MFN dimulai dari abad ke-sebelas ketika kota-kota di Perancis dan Spanyol meminta pangeran-pangeran Arab dari Afrika Barat untuk memperlakukan mereka sama dengan para pedagang yang berasal dari Itali. 65 Dalam perdagangan bilateral, prinsip MFN telah menjadi sejarah yang panjang dan kerap muncul dalam setiap perjajian. Tujuan adanya prinsip MFN untuk menempatkan perdagangan antara negara-negara yang berbeda pada kedudukan yang 63 UNCTAD MFN, op.cit, hal 29 64 Stephan W. Schill, op.cit., hal. 129 65 Nenda Inasa Fadillah, Teinver V. Argentina: The Most Favored Nations Principle in a Multiple Bilateral Investment Treaties Era, Jurnal Opinio Juris, 2013, hal 104 sama dan memungkinkan pada prinsipnya untuk bersaing dengan adil. Namun, fungsi dari klausul MFN berubah di bawah pengaruh ideologi Mercantilist di abad ketujuh belas dan kedelapan belas. Selama periode tersebut, klausul MFN dimasukkan dalam perjanjian komersil untuk menjamin perlakuan istimewa yang diberikan dalam hubungan bilateral. 66 Perluasan klausul MFN secara otomatis terhadap pihak ketiga dianggap bukan sebagai alat untuk mengutamakan kompetisi yang adil, melainkan sebagai hukum karena tidak mengikuti perjanjian dasar yang dibuat sebelumnya. dalam upaya untuk menvegah diskriminasi dalam kebijakan perdagangan, fungsi dari kluasul MFN memiliki dasar yang berbeda dengan klausul MFN moderen, meskipun sama- sama diformulasikan sebagai klausul yang tak bersyarat. Ideologinya, klausul MFN yang dibuat pada jaman Mercantilist bukan sebagai perjanjian multilateral sebaliknya merupakan perjanjian bilateral dan perlindungan dalam hukum ekonomi internasional. 67 Sampai sekitar awal abad kedelapan belas, baru ditemukan pemahaman modern yaitu MFN menjadi suatu prinsip atau kebijakan untuk tidak membeda-bedakan negara satu dengan negara yang lain, atau perlakuan diskriminatif dan memberikan perlakuan yang sama dan adil bagi semua mitra dagang. Sehingga, klausul MFN menjadi bermakna luas dan umumnya diterapkan untuk semua hak, kebebasan, kekebalan dan konsesi... sudah diberikan kepada orang asing atau akan diberikan di masa depan. Dalam Perjanjian Dagang dan Navigasi antara Inggris dan Perancis tahun 1882: 68 “Each of the High Contracting Parties engages to give the other immediately and unconditionally the benefit of every favor, 66 Stephan W. Schill, op.cit., hal. 130 67 Ibid 68 Barcay Thomas, Effects of ”Most-Favoured-Nation” Clause in Commercial Treaties, The Yale Law Journal, Vol. 17 1907, hal. 26 immunity, or privilege in matters of commerce or industry which may have been or may be conceded by one of the High Contracting Powers to any third nation whatsoever, whether within or beyond Europe.” Dalam perjanjian perdagangan British dengan Honduras 1887: “The High Contracting Parties agree, that in all matters relating to commerce and navigation, any privilege, favor, or immunity whatever which either contracting party has actually granted or may hereafter grant to the subjects or citizens of any other State shall be extended immediately and unconditionally to the subjects or citizens of the other contracting party; it being their intention that the trade and navigation of each country shall be placed in all respects by the other on the footing of the most favoured nation.” 69 Maksud dalam perjanjian diatas adalah para pihak dalam perjanjian setuju bahwa dalam masalah apapun yang terkait dengan perdagangan dan navigasi, apapun keistimewaan, kebaikan ataupun kekebalan yangmana salah satu pihak berikan atau selanjutnya diberikan kepada subjek atau warga dari negara lainnya, akan diperpanjang secepatnya dan tanpa syarat kepada subjek atau warga dari pihak perjanjian lainnya; hal itu merupakan maksud bahwa perdagangan dan navigasi masing-masing negara harus ditempatkan dalam segala hal oleh yang lain pada kedudukan bangsa yang paling diuntungkan.Sementara perjanjian Anglo-Romania 1892: “The subjects, vessels and goods, produce of the soil and industry of each of the two High Contracting Parties shall enjoy in the Dominions of the other all privileges, immunities, or advantages granted to the most favoured nation.” Dari pasal diatas dapatlah ditarik dua kesimpulan. Pertama, seluruh dari pasal diatas mengungkapkan tanpa syarat hak istimewa, keuntungan dan kekebalan yang 69 Ibid. perjanjian dimaksudkan untuk menutupi. Kedua, untuk membuat adalah bahwa penafsiran ini bertentangan dengan posisi Amerika Serikat pada waktu itu, yang membedakan antara pengurangan umum dan pengurangan dikondisikan oleh pengurangan balik oleh pihak kontraktor lainnya, seperti hubungan timbal balik. Setelah Perang Dunia Kedua, negara-negara menyadari bahwa perlakuan anti diskriminasi adalah hal yang penting dalam rangka kemajuan hubungan ekonomi internasional. sejarah pengaturan hukum investasi internasional setelah perang dunia kedua dikarakterisasi oleh serangkaian kegagalan untuk menyusun perjanjian multilareral yang mengatur mengenai hubungan antara investo-investor asing dan host states. Ketika gagalnya International Trade Organization ITO dibentuk, menyebabkan suatu kekosongan kelembagaan pada tingkat internasional di bidang perdagangan. Untuk mengisi kekosongan kelembagaan perdagangan pada tingkat Internasional, lahirlah The Agreement on Tariffs and Trade GATT. GATT atau Persetujuan Umum Mengenai Tarif dan Perdagangan adalah suatu perjanjian internasional di bidang perdagangan internasional yang mengikat lebih dari 120 negara. Keseluruhan negara ini memainkan peranan sekitar 90 dari produk dunia. GATT yang berlaku sejak 1948 bukanlah suatu organisasi dan hanya merupakan persetujuan multilateral atau treaty yang berisi ketentuan dan disiplin dalam mengatur perilaku- perilaku negara dalam kegiatan perdagangan internasional. 70 Dari terciptanya GATT kita mulai dapat melihat definisi atau maksud dari prinsip MFN, sebagaimana salah satu 70 Christhophorus Barutu, Ketentuan Antidumping, Subsidi, dan Tindakan Pengamanan Safeguard Dalam GATT dan WTO, Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2007, hal 6-7 prinsip yang paling penting dalam GATT. 71 Kemudian, perlakuan MFN dibuat menjadi salah satu kewajiban dasar dari kebijakan komersial pada Havana Charter yang mewajibkan para negara anggotanya untuk mengambil tindakan–tindakan yang menghindari diskriminasi antar para investor asing. 72 Pencantuman klausul MFN kemudian menjadi praktek umum dalam perjanjian bilateral, regional dan multilateral yang berkaitan dengan investasi setelah Havana Charter gagal diberlakukan. 73

C. Klausul MFN dalam Billateral Investment Treaty BIT