b. Most Favoured Nation Clause
Sebagaimana dijelaskan diatas, argument Claimant mengenai Article X2 medapat penolakan dari Tribunal. Namun, Claimant memiliki alternatif argumen lain
yang menyatakan bahwa Claimant memiliki hak untuk menggunakan klausul MFN yang ada di dalam Argentine-Spain BIT.
170
Dalam Argumen yang berasal dari klausul MFN, Claimant menggunakan Article IV Argentine-Spain BIT, setelah menjamin
perlakuan fair and equitable terhadap investor, yaitu: “In all matters subject to this Agreement, this treatment shall not be
less favorable than that extended by each Party to the investments made in its territory by investors of a third country.”
Seperti yang dijelaskan sebelumnya, Argentine-Spain BIT memberi kesempatan pengadilan nasional untuk menyelesaikan sengketa dalam waktu 18 bulan sebelum
sengketa tersebut diselesaikan melalui arbitrase internasional. Tetapi, dalam Article 102 Chile-Spain BIT tidak memberikan ketentuan seperti Argentine-Spain BIT.
Melainkan, dalam BIT tersebut hanya mengatur bahwa investor dapat mengajukan sengketa ke arbitrase internasional setelah 6 bulan masa negosiasi telah berakhir.
171
Claimant mengajukan argumen bahwa sesuai dengan ketentuan di atas, investor berkewarganegaraan Chile yang telah menanamkan modalnya di Spanyol mendapatkan
perlakuan yang
lebih menguntungkan
dibandingkan dengan
investor berkewarganegaraan Argentina yang berinvestasi di Spanyol. Claimant juga
170
Ibid, para 37
171
Ibid, para 39
menambahkan, sesuai dengan klausul MFN dalam Argentine-Spain BIT memberikan claimant pilihan untuk menyelesaikan perkara melalui arbitrase internasional tanda
perlu mengajukannya ke pengadilan nasional terlebih dahulu. Ia juga menambahkan, sehubungan dengan ini, meskipun Argentine-Spain BIT mengatur pengecualian
terhadap perlakuan MFN, tidak dari satu pun dari pengecualian tersebut dapat diterapkan dalam ketentuan penyelesaian sengketa.
172
Spanyol segera menolak argument-argumen yang diajukan oleh Claimant perjanjian – perjanjian yang dibuat
antara Spanyol dan third States adalah in respect of Argentina res inter alios acta sehingga tidak dapat digunakan dalam argumen Claimant. Di samping itu, menurut
prinsip ejusdem generis, klausul MFN hanya dapat beroperasi untuk perihal yang sama dan tidak bisa diperluas untuk perihal – perihal lain yang berbeda dengan perihal yang
telah diatur dalam basic treaty. Respondent menekankan dalam hal ini berarti rujukan pada klausul MFN yang diatur dalam Argentine-Spain BIT mengenai hal-hal yang
seharusnya dimengerti sebagai substantive matters atau material aspect atas perlakuan yang diberikan kepada investor dan bukan hal-hal mengenai prosedural ataupun
jurisdiksi.
173
Dalam hal ini, Spanyol juga menekankan bahwa tujuan dari klausul MFN itu sendiri adalah untuk menghindari diskriminasi yang dapat berhubungan langsung
dengan perihal perlakuan ekonomi bukan mengenai masalah procedural. Respondent menambahkan jika bisa dibuktikan bahwa penyelesaian kasus melalui pengadilan
nasional akan mengakibatkan kerugian objektif maka argumen mengenai akibat
172
Ibid, para 40
173
Ibid, para 41
material yang timbul dari hal tersebut dapat diajukan.
174
Dan apabila dapat dibuktikan bahwa pengajuan sengketa ke hadapan jurisdiksi di Spanyol lebih merugikan untuk
investor dibandingkan dengan pengajuan sengketa melalui forum arbitrase di ICSID.
175
Argumen-argumen diatas sudah menjadi hal yang familiar bagi praktisi hukum dan sarjana. Isu-isu yang di jelaskan diatas sudah pernah dibahas sebelumnya di
beberapa kasus seperti, Anglo – Iranian Oil Company, Case Concerning the Rights of Nationals of the United States of America in Morocco190 dan Ambatielos Case, baik
yang diselesaikan di ICJ maupun yang diselesaikan di Commission of Arbitration. Dalam kasus Anglo-Iranian Oil Company, ICJ memutuskan bahwa basic treaty yang di
gunakan atau diandalkan oleh Claimant mengandung klausul MFN. Sementara dalam Case concerning the rights of nationals of the United States of America in Morocco, ICJ
dihadapkan dengan pertanyaan apakah klausul yang terkandung dalam perjanjian dagang dapat mencakup juridiksi yang ada dalam perjanjian pihak ketiga. Namun, ICJ
tidak perlu menjawab pertanyaan tersebut disebabkan perjanjian yang dibuat oleh Morocco dengan pihak ketiga tidak lagi berlanjut.
176
Kasus yang menjadi fokus kita selanjutnya adalah kasus Ambatielos. Yunani berargumen dihadapan ICJ, bahwa warga negaranya yang bernama Ambatielos, di
pengadilan Inggris tidak diperlakukan sesuai dengan standard yang diterapkan untuk warga negara Inggris dan warga negara asing yang menikmati perlakuan MFN sesuai
dengan perjanjian yang berlaku. ICJ tidak membahas mengenai klausul MFN dalam
174
Ibid, para 42
175
Ibid
176
Case Concerning the Rights of Nationals of the United States of America in Morocco ICJ reports 1952 para 191
kasus tersebut, analisis atas klausul MFN ini diambil alih oleh Commission of Arbitration.
177
Commission of Arbitration menekankan hubungan dari prinsip ejusdem generis. Comission of Arbitration menegaskan bahwa “the most-favored- nation clause
can only attract matters belonging to the same category of subject as that to which the clause itself relates”. Akan tetapi, cakupan dari aturan ini didefinisikan dalam arti yang
luas:
178
“It is true that the ‘administration of justice’, when viewed in isolation, is a subject-matter other than ‘commerce and navi- gation’,
but this is not necessarily so when it is viewed in con- nection with the protection of the rights of traders. Protection of the rights of traders
naturally finds a place among the mat- ters dealt with by treaties of commerce and navigation.
Therefore it cannot be said that the administration of jus- tice, in so far as it is concerned with the protection of these rights, must
necessarily be excluded from the field of appli- cation of the most- favored-nation clause, when the latter includes ‘all matters relating to
commerce and navigation’. The question can only be determined in accordance with the intention of the Contracting Parties as deduced
from a rea- sonable interpretation of the Treaty”.
The commission menerima peluasan dari klausul akan pertanyaan mengenai administration of justice dan melihat bahwa hal ini selaras dengan prinsip ejusdem
generis. Ia menyimpulkan bahwa pelindungan hak-hak individu terlibat dalam perdagangan dan navigasi memiliki ketentuan penyelesaian sengketa yang merupakan
cakupan dari klausul MFN.
179
The Commision memustukan bahwa pihak ketiga dari perjanjian dapat menggunakan atau mengandalkan Yunani yang tidak mengatur
177
Emilio Agustín Maffezini v. The Kingdom of Spain, op.cit.,para. 48
178
Ibid, para 49
179
Ibid, para 50
mengenai “privileges, favoursor immunities” lebih ekstensif daripada yang terdapat dalam basic treaty.
180
Penerapan dalam klausul MFN dalam BIT harus di pertimbangkan oleh ICSID. Dalam kasus Asian Agricultural Products Limited v. Republic of Sri Lanka yang
diselesaikan melalui ICSID memiliki kesempatan untuk memeriksa operasi dari perlakuan MFN yang dibuat ileh Sri Lanka dan Inggris dalam hal perdebatan
yangterjadi akibat perjanjian antara Sri Lanka dengan Swiss yang memiliki perlakuan lebih menguntungkan yang untuk investor. Namun, ketentuan yang berlaku tidak
berhubungan dengan penyelesaian sengketa melainkan hanya liability standarts yang diatur dalam perjanjian pihak ketiga. Dalam putusan Ambatielos, Arbitrase ICSID
memutuskan bahwa “...it is not proven that the Sri LankaSwitzerland Treaty contains rules more favourable than those provided for under the Sri LankaUK Treaty, and
hence, Article 3 of the latter Treaty cannot be justifiably invoked in the present case”.
181
Artinya, perjanjian antara Sri Lanka dengan Inggris tidak membuktikan bahwa MFN yang terkandung dalam basic treaty lebih menguntungkan dibandingkan dengan BIT Sri
Lanka dan Swiss, sehingga tidak dapat diajukan dalam perkara ini.
182
Dari pertimbangan diatas, dapat disimpulkan bahwa apabila pihak ketiga memiliki ketentuan mengenai penyelesaian sengketa yang lebih menguntungkan
terhadap perlindungan hak-hak investor dan kepentingan-kepentingan investor daripada yang diatur dalam basic treaty, maka ketentuan-ketentuan tersebut dapat diperluas
180
Ibid
181
Asian Agricultural Products Limited v. Republic of Sri Lanka, ICSID Case NoARB87 3, Award of June 27, 1990, ICSID Reports, Vol. 4, p. 246.
182
Emilio Agustín Maffezini v. The Kingdom of Spain, op.cit.,para.51
asalkan sesuai dengan prinsip ejusdem generis.
183
Dalam hal ini ICSID menambahkan, mengikuti BIT yang dibuat oleh Spanyol dengan negara lainnya. Perjanjian-perjanjian
tersebut menunjukkan bahwa Spanyol mengijinkan penyelesaian melalui arbitrase dengan adanya usaha sebelumnya yaitu periode 6 bulan untuk menyelesaikan perkara
melalui penyelesaian secara damai, yang sebagaimana diatur dalam Chile-Spain BIT.
184
ICSID menambahkan lagi bahwa semua perjanjia yang telah diperiksa, hanya satu BIT yang menggunakan kalimat “all matters subject to this agreement” dalam
klausul MFN yaitu BIT dengan Argentina. Sementara semua perjanjian lainnya hanya mengatur :this treatment” yang akan menjadi subjek dalam klausul ini dimana memiliki
arti yang lebih sempit.
185
3. Putusan Decision