tetap, malah menjadi pertanyaan yang tidak terpecahkan unsettled question dalam perjanjian arbitrase investasi.
23
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah yang akan diangkat dan dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana pengaturan hukum Internasional mengenai prinsip Most- Favored Nation?
2. Bagaimana persetujuan consent dalam mengajukan sengketa investasi ke arbitrase internasional?
3. Bagaimana dampak putusan Maffezini terhadap interpretasi klausul Most- Favored Nation dalam hal persetujuan consent ditinjau dari putusan-
putusan arbitrase internasional?
C. Tujuan dan Manfaat Penulisan 1. Tujuan
Berdasarkan uraian yang terdapat dalam rumusan masalah diatas, maka yang menjadi tujuan dari penulisan skripsi ini adalah:
a. Tujuan Umum:
23
Kılıç İnşaat İthalat İhracat Sanayi ve Ticaret Anonim Şirketi v. Turkmenistan, ICSID Case No. ARB101, 2 July 2013 Award and Separate Opinion of Professor William W. Park ; Teinver S.A.,
Transportes de Cercanías S.A. and Autobuses Urbanos del Sur S.A. v. The Argentine Republic, ICSID Case No. ARB091, Decision on Jurisdiction and Separate Opinion of Dr. Kamal Hossain, 21 December
2012 ; Daimler Financial Services AG v. Argentine Republic, ICSID Case No. ARB051, Award, 22 August 2012, and Dissenting Opinion of Judge Charles N. Brower and Opinion of Professor Domingo
Bello Janeiro.
Untuk memberikan masukan dan sumbangan pemikiran dalam halmengetahui dampak putusan Maffezini terhadap interpretasi klausul MFN dalam hal persetujuan
consent pengajuan penyelesaian sengketa investasi ke International Centre for The
Settlement of Investment DisputesICSID.
b. Tujuan Khusus 1. Untuk mengetahui prinsip Most-Favoured Nation MFN dalam hukum
internasional. 2. Untuk mengetahui persetujuan consent dalam penyelesaian sengketa
investasi melalui arbitrase internasional. 3. Untuk mengetahui dampak putusan Maffezini terhadap klausul MFN dalam
hal persetujuan consent pengajuan sengketa investasi ke arbitrase internasional ditinjau dari putusan-putusan arbitrase internasional
2. Manfaat
Tulisan ini mempunyai manfaat teoritis dan praktis. Adapun kedua manfaat tersebut adalah sebagai berikut :
a. Secara Teoritis Tulisan ini dapat dijadikan sebagai bahan informasi awal dalam bidang ilmu
hukum bagi kalangan akademis guna mengetahui lebih lanjut tentang prinsip Most Favoured-Nation dan pentingnya persetujuan consent dalam penyelesaian sengketa
investasi melalui Arbitrase ICSID.
b. Secara Praktis Tulisan ini secara praktis dapat memberikan bahan masukan bagi para pihak
yang berkaitan dengan sengketa internasional di bidang investasi dalam hal prinsip MFN dan persetujuan mengajukam sengketa investasi ke ICSID.
D. Keaslian Penulisan
Karya tulis ini merupakan karya tulis asli, sebagai refleksi dan pemahaman dari apa yang telah penulis pelajari selama program magang di Kementerian Luar Negeri
Republik Indonesia, di bagian Direktorat Jendral Ekonomi, Sosial dan Budaya. Penulis berupaya untuk menuangkan seluruh gagasan dengan sudut pandang yang netral dengan
menguji satu isu kontroversial di bidang hukum investasi internasional saat ini adalah dampak putusan Maffezini terhadap interpretasi MFN dalam hal persetujuan consent
antara para pihak untuk menyelesaikan sengketa investasi melalui ICSID. Sepanjang yang ditelusuri dan diketahui di lingkungan Fakultas Hukum
Universitas Sumatera Utara bahwa penulisan tentang “Dampak Putusan Maffezini terhadap Interpretasi Klausul MFN dalam hal Persetujuan consent Pengajuan
Penyelesaian Sengketa Investasi ke Arbitrase Internasional.” belum pernah ditulis sebelumnya.
Khusus untuk yang terdapat di Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara Medan, keaslian penulisan ini ditunjukkan dengan adanya penegasan dari pihak
administrator bagianjurusan hukum internasional.
E. Tinjauan Kepustakaan
Menurut Prof M. Sonarajah, penanaman modal asing merupakan transfer modal, baik yang nyata maupun yang tidak nyata dari suatu negara ke negara lain, tujuannya
adalah untuk digunakan di negara tersebut agar menghasilkan keuntungan di bawah pengawasan dari pemilik modal, baik secara menyeluruh atau sebagian. Dalam definisi
ini, penanaman modal asing dikonstruksikan sebagai pemindahan modal dari negara yang satu ke negara lain.
24
Bilateral Investment Treaty BIT adalah perjanjian antara dua negara mengenai kerja sama dan perlindungan investasi oleh individu ataupun pelaku bisnis dari pihak
yang melakukan perjanjian. Dalam BIT secara umum menjelaskan mengenai investasi, prosedur-prosedur masuknya investasi ke suatu negara, menentukan bentuk kompensasi
investasi yang layak untuk diambil alih, menyediakan bebas biaya transfer, menyediakan mekanisme penyelesaian sengketa baik untuk individu maupun negara
dan prinsip-prinsip national treatment, Most-Favored Nation dan fair-and equitable treatment.
25
24
Salim HS dan Budi Sutrisno, Hukum Investasi di Indonesia Jakarta : PT Raja Grafindo Persada, 2012, hal 149
25
UNCTAD, “What Are BITs”, http:www.unctadxi.orgtemplatesPage1006.aspx, terakhir kali di akses 10 April 2015
Klausul Most-Favored Nation MFN adalah ketentuan dalam perjanjian di mana suatu negara mempunyai kewajiban terhadap negara lain untuk memberikan
perlakuan MFN dalam suatu hubungan yang telah disetujui.
26
Arbitrase Internasional menurut Riwan Widiastiro adalah kebalikan dari arbitrase nasional, yaitu penyelesaian sengketa melalui badan arbitrase yang dapat dilakukan di
luar ataupun di dalam suatu negara salah satu pihak yang bersengketa di mana unsur- unsur yang terdapat di dalamnya memiliki nasionalitas yang berbeda satu sama lain
foreign element.
27
Menurut Sudargo Gautama yang dmaksud dengan unsur asing foreign element dalam suatu perjanjian arbitrase sebagai berikut:
28
1. Para pihak yang membuat klausul atau perjanjian arbitrase pada saat membuat perjanjian itu mempunyai tempat usaha place of business mereka di negara-
negara yang berbeda 2. Jika tempat arbitrase yang ditentukan dalam perjanjian arbitrase ini letaknya
diluar negara tempat para pihak mempunyai usaha mereka. 3. Jika suatu tempat dimana bagian terpenting kewajiban atau hubungan dagang
para pihak harus dilaksanakan atau tempat dimana objek sengketa paling erat hubungannya most closely connected letaknya diluar negara tempat usaha para
pihak.
26
International Law Commission, Draft Articles on Most-Favoured-Nation Clauses 1978, vol. II 1978, diadopsi oleh Majelis Umum General Assembly Perserikatan Bangsa – Bangsa pada pertemuan
ke-1522 tertanggal 20 Juli 1978.
27
Gunawan Widjaya dan Ahmad Yani, Hukum Arbitrase, Jakarta: Rajawali Press, 2000, hal 52
28
Sudargo Gautama,Hukum Perdata Internasional Indonesia, Cet.Ke-3, Bandung: Ersco,1986. Hal. 4
4. Apabila para pihak secara tegas telah menyetujui bahwa objek perjanjian arbitrase mereka ini berhubungan dengan lebih dari satu negara.
F. Metode Penelitian