Dampak putusan Maffezini dalam kasus Garanti Koza v. Turkmenistan

memutuskan bahwa semua biaya akan dibagi secara merata antara pihak yang bersengketa. 204

D. Dampak putusan Maffezini dalam kasus Garanti Koza v. Turkmenistan

Garanti Koza LLP selanjutnya disebut “Garanti” atau “Claimant” merupakan perusahaan yang tergabung dengan Inggris, mengajukan permohonan ke arbitrase ICSID pada tanggal 18 May 2011 dan diterima oleh Sekretaris Jenderal ICSID pada tanggal 19 Mei 2011. Dalam permohonannya, Garanti mengklaim bahwa Turkmenistan telah melanggar kewajibannya dalam Agreement between the Government of the United Kingdom of Great Britain and Northern Ireland and the Government of Turkmenistan for the Promotion and Protection of Investments“UK–Turkmenistan BIT” yang berlaku pada tanggal 9 Februari 1995. 205 Secara spesifik, Garanti menyatakan keberatannya atas modifikasi hubungan kontrak dengan badan yang berwenang mengurusi jalan tol milik negara Turkmenistan yang disebut dengan Turkmenavtoyollary mengenai masalah desain dan konstruksi jembatan jalan raya dan jalan layang di Turkmenistan, dan dugaan upaya Turkmenistan untuk menyita asetnya. 206 Garanti sebagai Claimant menunjukMr. George Constantine Lambrou yang berkewarganegaraan Yunani sebagai salah satu arbitrator, sementara Respondent menunjuk Professor Laurence Boisson de Chazournes yang berkewarganegaraan Swiss sebagai arbitrator dalam kasus ini. ICSID menunjuk Mr. John M. Townsend yang 204 Ibid, para 286 205 Garanti Koza LLP v. Turkmenistan, ICSID case No. ICSID Case No. ARB1120 Decision on The Objection to Jurisdiction for Lack of Consent, 13 Juli 2013, para 1 206 Ibid, para 2 berkewarganegaraan Amerika menjadi president of the arbitral tribunal setelah berkonsultasi dengan kedua belah pihak. 207 Respondent mengajukan keberatan terhadap yuridiksi dari tribunal disebabkan tidak terpenuhinya persetujuan oleh para pihak yang bersengketa terhadap yurdiksi ICSID sesuai dalamUK–Turkmenistan BIT. 208 Keberatan-keberatan utama yang diajukan Turkmenistan yaitu bahwa Turkmenistan tidak pernah memberikanpersetujuan penyelesaian sengketa melalui arbitrase ICSID, melainkan persetujuan yang terkandung dalam UK–Turkmenistan BIT adalah melalui arbitrase UNCITRAL dan Claimant tidak dapat merujuk klausul MFN sebagai persetujuan Turkmenistan. 209 Claimant membalas keberatan yang diajukan Respondent mengenai hal ini bahwa klausul MFN yang terkandung dalam UK–Turkmenistan BIT mengizikan Claimant menggunakan klausul MFN yang terkandung dalam perjanjian antara Turkmenistan dengan negara ketiga atau third states. Mengenai argumen ini, Claimant menggunakan BIT Turkmenistan dengan Swiss, Perancis, Turki dan India, melalui perjanjian tersebut Turkmenistan memberikan persetujuannya untuk menyelesaikan sengketa melalui ICSID. 210 Tribunal dalam kasus Teinver v. Argentina menyatakan persetujuan sebagai “fundamental requirement” bahwa “a State party consent to jurisdictionI” 211 Pasal 8 UK–Turkmenistan BIT merupakan klausul penyelesaian sengketa antara investor 207 Ibid, para 4 208 Ibid, para 7 209 Ibid, para 14 210 Ibid, para 15 211 Teinver S.A., Transportes de Cercanías S.A. and Autobuses Urbanos del Sur S.A. v. Argentine Republic, ICSID Case No. ARB091, Decision on Jurisdiction of December 21, 2012 hereinafter “Teinver v. Argentina” ¶176. dengan host States. Dalam pasal 81 mengatur: 212 1 Disputes between a national or company of one Contracting Party and the other Contracting Party concerning an obligation of the latter under this Agreement in relation to an investment of the former which have not been amicably settled shall, after a period of four [months] from written notification of a claim, be submitted to international arbitration if the national or company concerned so wishes. 2 Where the dispute is referred to international arbitration, the national or company and the Contracting Party concerned in the dispute may agree to refer the dispute either to: a the [ICSID] b the Court of Arbitration of the International Chamber of Commerce; or c an international arbitrator or ad hoc arbitration tribunal to be appointed by a special agreement or established under the Arbitration Rules of the [UNICTRAL]. If after a period of four months from written notification of the claim there is no agreement to one of the above alternative procedures, the dispute shall at the request in writing of the national or company concerned be submitted to arbitration under the Arbitration Rules of the United Nations Commission on International Trade Law as then in force. The parties to the dispute may agree in writing to modify these Rules. Dari pasal 81 dapat disimpulkan secara jelas bahwa Turkmenistan memberikan persetujuannya untuk mengajukan sengketa ke arbitrase internasional. kata-kata dari “shall.... be submittedto international arbitration”dalam kasus Wintershall v. Argentina menurut pendapat tribunal kata-kata ‘shall’ menunjukan “kewajiban” bukan hanya sebagai pilihan. Kata-kata ‘shall’ dalam terminologi perjanjian dianggap “legally binding” 213 Namun, dalam pasal 82 tribunal menemukan bahwa perjanjian bersifat ambiguous dan obscure, makan tribunal menggunakan pasal 32 VCLT untuk menginterpretasikan pasal 82 UK–Turkmenistan 212 Garanti Koza LLP v. Turkmenistan, op.cit., para 17 213 Ibid, para 28 BIT. Tetapi, setelah tribunal menginterpretasikan pasal 8 sesuai dengan pasal 32 VCLT. Pasal 8 dengan jelas menyatakan bahwa Turkmenistan memberikan persetujuannya ke arbitrase internasional tetapi melalui arbitrase UNCITRAL bukan melalui ICSID. 214 Setelah mendapatkan jawaban mengenai persetujuan secara umum, tribunal menjawab pertanyaan pihak bersengketa mengenai aplikasi klausul MFN yang terkandung dalam UK–Turkmenistan BIT, yaitu Pasal 31 dan Pasal 32 yang berbunyi: 215 Article 31 of the BIT contains Turkmenistan’s undertaking not to “subject investments or returns of nationals or companies of the [U.K.] to treatment less favourable than that which it accords to investments or returns of nationals or companies of any third state;” and Article 32 of the BIT contains Turkmenistan’s undertaking not to “subject nationals or companies of the [U.K.], as regards their management, maintenance, use, enjoyment or disposal of their investments, to treatment less favourable than that which it accords to nationals or companies of any third state.” Menurut pasal diatas, apakah claimant melalui klausul MFN dapat mengandalkan persetujuan penyelesaian sengketa melalui ICSID berdasarkan BIT Turkmenistan dengan third States. Mengenai hal ini, tribunal memutuskan dengan pertimbangan memalui putusan-putusan kasus lain bahwa claimant dapat mengandalkan BIT Turkmenistan dengan third states. Seperti salah satunya, klausul MFN yang terkandung dalam Switzerland-Turkmenistan BIT, karena itu menggantikan pasal 82 UK–Turkmenistan BIT dengan pasal 82 of the Switzerland- Turkmenistan BIT yang 214 Ibid, para 36-38 215 Ibid, para 65 lebih menguntungkan dan dapat langsung mengajukan sengketa ke ICSID. 216 216 Ibid, para 96

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Dari uraian bab-bab dimuka dapat disimpulkan sebagai berikut: 1. Prinsip MFN merupakan prinsip yang paling tua dan yang paling penting dalam hukum investasi internasional. Dalam Perjanjian Investasi Internasional yang berlaku pada saat ini mengandung klausul MFN dan merupakan treaty-based obligation, yaitu kewajiban yang biasa dan bukan prinsip hukum internasional yang berlaku terhadap negara sebagai kewajiban hukum umum dari perjanjian tertentu.Klausul Most-Favored Nation MFN diatur dalam pasal 3 Draft Articles on Most-Favoured-Nation Clauses 1978, vol. II 1978, adalah ketentuan dalam perjanjian di mana suatu Negara mempunyai kewajiban terhadap Negara lain untuk memberikan perlakuan MFN dalam suatu hubungan yang telah disetujui. Prinsip MFN ditujukan untuk menghindari diksriminasi atas alasan-alasan kewarganegaraan, dimana alasan ini kerap mencemaskan investor asing untuk menanamkan modalnya di negara tertentu. Klausul MFN merupakan alat perjanjian dengan tujuan dan maksud dari perjanjian investasi itu sendiri. Klausul MFN akan memainkan peran menjamin perlakuan yang sama dan kondisi yang adil antara investor-investor asing. 2. Dalam penyelesaian sengketa investasi, arbitrase selalu berdasarkan dari perjanjian yang dibuat antara para pihak. Persetujuan consent dalam