Maksud dari pernyataan ICJ adalah, bahwa basic treaty yang mengandung klausul MFN dapat digunakan atau diandalkan oleh beneficiary state. Basic treaty tersebutlah yang
membuat “juridical link” antara beneficiary state dan third state and memberikan beneficiary state hak-hak yang dianugerahkan kepada pihak ketuga. Oleh karena itu,
Pihak ketiga atau third states, “independent of and isolated from the basic treaty” tidak dapat secara hukum mempengaruhi hubungan anatara para pihak, itulah yang disebut
res inter alios acta.
52
b. Prinsip Ejusdem Generis
Klausul MFN diatur oleh prinsip internasional yaitu Ejusdem Generis. Menurut Black’s Law Dictionary prinsip Ejusdem Generis merupakan “a canon of construction
holding that when a general word orphrase follows a list of specific words, the general word or phrase will be interpretedto include only items of the same type as those
listed.”
53
Dalam lingkup hukum internasional, khusunya dalam bidang investasi, prinsip ini merupakan prinsip yang mengatur bahwa suatu klausul MFN hanya dapat mencakup
hal yang termasuk di dalam kategori subjek yang sama dan berkaitan dengan klausul MFN itu sendiri.
54
Dan dalam hal ini hanya berlaku terhadap-terhadap masalah-masalah yang memiliki subyek yang sama atau memiliki kategori yang sama yang berhubungan
52
Stephen Fietta, Most Favoured Nation Treatment And Dispute Resolution Under Bilateral Investment Treaties: A Turning Point? Most Favoured Nation Treatment and Dispute Resolution, 2005
Int.A.L.R hal 132
53
Black’s Law Dictionary hal 594 9th ed. 2009.
54
Organisation for Economic Co-operation and Development OECD Directorate for Financial and Enterprise Affairs, Working Papers on International Investment Number 20042: Most-Favoured-
Nation Treatment in International Investment Law September 2004, hal. 9
dengan klausul MFN.
55
Sebagai contoh, sebuah klausul MFN menerapkan perlakuan mengenai konsesi tarif yang lebih menguntungkan tidak akan memberikan hak kepada
beneficiary state untuk mendapat perlakuan yang lebih menguntungkan dalam hal ekstradisi, dimana masalah tariff dan ekstradisi merupakan hal yang berbeda. Maka,
prinsip ini menentukan ruang lingkup yang benar-benar sama seperti perihal-perihal yang diatur dalam klausul, oleh karena itu, harus sama seperti penafsiran klausul MFN
yang terkandung dalam basic treaty.
56
Prinsip ini, secara konsisten, diterapkan melalui praktek dan putusan hakim baik itu domestikmaupun international, prinsip ini khususnya diterapkan dalam putusan
kasus Ambiatelos dan dijelaskan lebih lanjut dalam Draft Articles on MFN. Dalam bidang investasi, prinsip ini diterapkan dalam putusan Maffezini dan tidak
dipertanyakan lagi beberapa kasus sesudahnya.
57
Article 9 dari Draft Articles on Most- Favoured-Nation Clauses menyatakan bahwa:
1 Under a most-favoured-nation clause the beneficiary State acquires, for itself or for the benefit of persons or things in a
determined relationship with it, only those rights which fall within the limits of the subject-matter of the clause.
2 The beneficiary State acquires the rights under paragraph 1 only in respect of persons or things which are specified in the clause
or implied from its subject-matter.
Maksud dari Article 9 di atas, maka dapat disimpulkan bahwa beneficiary State dari suatu klausa MFN seharusnya memperoleh keuntungan untuk beneficiary State itu
sendiri atau untuk individual maupun kepentingan untuk perihal lain yang telah
55
UNCTAD MFN, op.cit., hal 24
56
Stephan W. Schill, op.cit., hal 136
57
Ibid
ditetapkan melalui klausa MFN. Sementara dalam Article 10 dari Drafts on Most- Favoured-Nation Clauses menyatakan bahwa:
1 Under a most-favoured-nation clause the beneficiary State acquires the right to most-favoured-nation treatment only if the
granting State extends to a third State treatment within the limits of the subject-matter of the clause.
2 The beneficiary State acquires rights under paragraph 1 in respect of persons or things in a determined relationship with it
only if they: a belong to the same category of persons or things as those in a determined relationship with a third State
which benefit from the treatment extended to them by the granting State and b have the same relationship with the
beneficiary State as the persons and things referred to in subparagraph a have with that third State
Article 10 menyatakan bahwa beneficiary State memperoleh hak perlakuan MFN hanya apabila granting State memperluaskan cakupan klausul MFN terhadap
third State atau negara ketiga. Prinsip Ejusdem Generis membatasi aplikasi atau penerapan klausul MFN
terhadap hal-hal pokok yang diatur dalam perjanjian dasar basic treaty.
58
Misalnya, jika suatu perjanjian antar negara mengatur mengenai kegiatan investasi yang telah
disetujui para pihak dan klausa MFN dicantumkan di dalamnya, maka perlakuan MFN hanya dapat diberlakukan untuk perihal kegiatan investasi saja dan tidak bisa diberikan
untuk perihal selain perihal investasi yang telah disepakati para pihak. Diilustrasikan melalui negara A dan B, tidak dapat berlaku atau mengambil keuntungan kepada apa
yang telah diberikan oleh Negara A kepada Negara C untuk kepentingan Negara B
58
Organisation for Economic Co-operation and Development OECD Directorate for Financial and Enterprise Affairs, op.cit., hlm. 10.
mengenai kekebalan diplomatik atau penerbangan atau manfaat pajak. Dalam IIAs, subjek penerima manfaat adalah investor dan pokok permasalahan adalah investasi.
Tergantung pada ruang lingkup perjanjian, pokok permasalahan dapat menjadi peningkatan investasi, perlindungan investasi, liberalisasi investasi dan atau kombinasi
keduanya. Klausul MFN akan berlaku terhadap “investasi” dan atau “investor” tergantung dari substantifnya yaitu lingkup pelaksanaan dan kata-kata yang spesifik.
Oleh Karena itu, klausul MFN hanya berhubungan dengan perlakuan yang diterima oleh seseorang atau asset perusahaan sebagaimana tercantum dalam definisi investasi.
59
ILC menggunakan kasus Anglo-Iranian Oil Company Case sebagai suatu pertimbangan disebabkan oleh kasus ini merupakan penerapan prinsip ejusdem generis
dan ILC dapat menganalisinya, ditambah lagi ILC menganalisis klausul MFN melalui perbandingan hak-hak beneficiary State di bawah perjanjian yang dibuat dengan
granting State dengan hak-hak yang diatur di dalam perjanjian antara granting State dengan third State.
4. Perbedaan Prinsip MFN dalam Perdagangan Internasional dengan Prinsip MFN dalam Investasi Internasional.
Dalam perdagangan internasional, prinsip MFN memiliki sejarah panjang dan telah muncul dalam perjanjian perdagangan bilateral setidaknya sejak abad kedua belas.
Prinsip MFN diatur dalam Article I section 1 GATT 1947. Article I 1 dari GATT 1947 menyatakan bahwa:
59
UNCTAD MFN, op.cit., hal 26
“With respect to customs duties and charges of any kind imposed on or in connection with importation or exportation or imposed on
the international transfer of payments for imports or exports, and with respect to the method of levying such duties and charges, and
with respect to all rules and formalities in connection with importation and exportation, and with respect to all matters
referred to in paragraphs 2 and 4 of Article III, any advantage, favour, privilege or immunity granted by any contracting party to
any product originating in or destined for any other country shall be accorded immediately and unconditionally to the like product
originating in or destined for the territories of all other contracting parties.”
60
Menurut prinsip ini, semua negara anggota terikat untuk memberikan negara- negara lainnya perlakuan yang sama dalam pelaksanaan dan kebijakan impor dan
ekspor serta menyangkut biaya-biaya lainnya. Perlakuan yang sama tersebut harus dijalankan dengan segera dan tanpa syarat terhadap produk yang berasal atau yang
ditujukan kepada semua anggota GATT. Karena itu, suatu negara tidak boleh memberikan perlakuan istimewa kepada negara lainnya atau melakukan tindakan
diskriminasi terhadapnya. Pengecualian terhadap prinsip ini sebagaimana diatur dalam Article XXIV GATT 1947, yaitu tidak berlaku apabila dalam hubungan ekonomi antara
negara-negara anggota Free Trade AreaCustoms Union dengan negara-negara yang bukan anggota dan juga dalam hubungan dagang antara negara-negara maju dan negara-
negara berkembang melalui GSP Generalized System of Preferences.
61
Seperti yang telah dijelaskan diatas, perlakuan MFN muncul dan berkembang dalam konteks perdagangan internasional sebelum digunakan dalam perjanjian
investasi. Namun, meskipun alasan di balik prinsip MFN dalam perdagangan dan
60
General Agreement on Tariffs for Trade 1947 GATT, Art 1 1
61
H. S. Kartadjoemena, GATT dan WTO Sistem, Forum dan Lembaga Internasional di Bidang Perdagangan, Jakarta: UI Press, 2002, hal 41
investasi mungkin memiliki kemiripan yaitu menjamin kesetaraan antara pelaku yang bersangkutan tetapi aplikasi dari prinsip ini tidak. UNCTAD, menjelaskan secara
eksplisit mengenai perbedaan prinsip MFN dalam investasi internasional dan perdagangan internasional. Dalam investasi internasional, prinsip investasi merupakan
suatu bentuk klausul yang menghubungkan perjanjian–perjanjian investasi internasional dengan menjamin bahwa pihak–pihak dari suatu perjanjian investasi internasional tidak
akan memberikan perlakuan yang kurang menguntungkan less favourable treatment kepada para investor dari negara yang berbeda-beda.
62
Klausul MFN membentuk pasal dalam hal liberalisasi dan perlindungan. Sementara aplikasi MFN dalam perdagangan
internasional adalah sebagai pilar pengaturan, atau landasan dari sistem perdagangan internasional. Perlakuan MFN dalam konteks perdagangan berhubungan dengan
perdagangan bebas barang dan jasa dan bagaimana akses barang dan jasa tersebut ke pasar.
Perlakuan MFN dalam IIas hanya berlaku untuk “investor” dan “investasi” mereka yang dibentuk sesuai hukum nasional dari host States. Pengaturan barang dan
jasa melainkan lebih spesifik, memiliki target dan dapat diperkirakan, sementara investor dan investasi adalah subyek pengatur dunia yang lebih besar melewati batasan.
MFN dalam perdagangan berlaku seperti produk like products atau seperti jasa like services dimana perjanjian-perjanjian MFN hanya berlaku terhadap investor dan
investasi seperti keadaan atau “like circumstances”. MFN dalam perdagangannya hanya diperuntukan untuk menjadi pembatas “at the border”, sementara MFN dalam
62
Organisation for Economic Co-operation and Development OECD Directorate for Financial and Enterprise Affairs op.cit.,hlm. 2.
kebanyakan BITs secara umum berlaku “behind the border”. Secara umum, pembatasan dalam hal masuk dan setelah masuknya barang dan investasi cenderung hal yang
berbeda. Lingkup akan operasi standard MFN lebih besar ketika diaplikasikan ke dalam penanaman modal asing yaitu ketika suatu aturan yang berbeda dari suatu negara
berhadapan dengan investor asing.
63
Karena hal-hal tersebut, standard MFN pada bidang investasi internasional memiliki perbedaan cakupan.
B. Sejarah dan Perkembangan Prinsip Most-Favoured Nation