Suku-suku yang ada kecuali suku Pakpak adalah suku perantau di kecamatan Sidikalang. Dengan menyadari mereka adalah perantau di daerah kecamatan
Sidikalang tidak menjadi penghalang bagi mereka untuk saling berhubungan melakukan interaksi. Pola hubungan dari orang Batak Toba dengan suku lain juga
terjalin dengan harmonis. Orang Batak Toba yang memiliki nada bicara yang tinggi membuat etnis lain
beranggapan orang Batak Toba adalah etnis yang keraskejam dan suka memakan daging manusia. Akan tetapi anggapan ini memudar seiring dengan berjalannya
waktu dan semakin terjalin hubungan yang baik diantara semua suku yang ada. Hal ini terlihat dalam kehidupan sehari-hari etnis Tionghoa sebagian yang cukup fasih
dalam menggunakan bahasa. Interaksi orang Batak Toba dengan suku lain seperti Cina juga terlihat dalam
bentuk kerjasama dagang. Orang Cina dan orang Batak Toba memiliki sifat dagang yang cukup kuat menjadikan interaksi lebih mudah. Orang Cina memiliki toko-toko
yang menjadi “toke” bagi orang Batak yang ingin menjual barang dagangannya ke pelosok daerah.
4.3 Pengaruh Orang Batak Toba Terhadap Kehidupan Masyarakat di Sidikalang
4.3.1 Pengaruh Terhadap Bahasa
Bahasa dan masyarakat merupakan dua unsur yang tidak dapat dipisahkan. Tidak mungkin ada masyarakat tanpa bahasa dan sebaliknya. Masyarakat ialah
kumpulan individu yang saling berhubungan sehingga terbentuk kerja sama antara
Universitas Sumatera Utara
individu-individu tersebut. Hubungan itu hanya terjadi bila ada alat penghubungnya, dalam hal ini adalah bahasa. Bahasa adalah alat penghubung atau alat komunikasi
anggota masyarakat sebagai manusia berpikir, merasa dan berkeinginan. Pikiran, perasaaan dan keinginan baru dapat dinyatakan dengan alat yaitu bahasa.
35
1. Pakpak Simsim, yakni orang Pakpak yang menetap dan memiliki hak ulayat
di daerah Simsim. Antara lain marga Berutu, Sinamo, Padang, Solin, Banurea, Boang Manalu, Cibro, Sitakar, dan lain-lain. Dalam administrasi
pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah kabupaten Pakpak Bharat.
Suatu masyarakat makin sederhana bahasanya karena anggota-anggotanya masyarakat itu hanya membutuhkan simbol-simbol sederhana untuk menyatakan
keingninan, kemauan, perasaan dan pikirannya. Yang dinyatakan dengan bahasa hanyalah hal-hal yang sederhana yang dikemukan dalam kehidupan sehari-hari.
Pakpak bagian dari etnis Batak, sebagaimana Karo, Mandailing, Simalungun, dan Toba. Orang Pakpak dapat dibagi menjadi 5 kelompok berdasarkan wilayah
komunitas marga dan dialek bahasanya, yakni :
2. Pakpak Kepas, yakni orang Pakpak yang menetap dan berdialek Keppas.
Antara lain marga Ujung, Bintang, Bako, Maha, dan lain-lain. Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah
kecamatan Silima Pungga-pungga, Tanah Pinem, Parbuluan, dan kecamatan Sidikalang di kabupaten Dairi.
35
Muhizar Muchtar, ”Bahasa Indonesia”, Medan: Universitas Islam Sumatera Utara, 2006, hlm 8.
Universitas Sumatera Utara
3. Pakpak Pegagan, yakni orang Pakpak yang berasal dan berdialek Pegagan.
Antara lain marga Lingga, Mataniari, Maibang, Manik, Siketang, dan lain- lain. Dalam administrasi pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk
dalam wilayah kecamatan Sumbul, Pegagan Hilir, dan kecamatan Tiga Lingga di kabupaten Dairi.
4. Pakpak Kelasen, yakni orang Pakpak yang berasal dan berdialek Kelasen.
Antara lain marga Tumangger, Siketang, Tinambunan, Anak Ampun, Kesogihen, Maharaja, Meka, Berasa, dan lain-lain. Dalam administrasi
pemerintahan Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah kecamatan Parlilitan dan kecamatan Pakkat di kabupaten Humbang Hasundutan, serta
kecamatan Barus di kabupaten Tapanuli Tengah. 5.
Pakpak Boang, yakni orang Pakpak yang berasal dan berdialek Boang. Antara lain marga Sambo, Penarik, dan Saraan. Dalam administrasi pemerintahan
Republik Indonesia, kini termasuk dalam wilayah Singkil Nanggroe Aceh Darussalam.
36
Berbagai macam dialek bahasa Pakpak menunjukkan bahwa wilayah pengguna bahasa Pakpak sangat luas. Penggunaan bahasa bahkan sampai melewati batas
wilayah adminitrasi seperti Aceh Selatan dan Tapanuli Utara. Secara geografis , penyebaran bahasa Pakpak berpusat pada pengguna dialek Simsim yakni kecamatan
Kerajaan dan Salak. Marga Pakpak pada wilayah ini masih sangat kuat. Daerah ini
36
Lister Brutu, Nurbani Padang , Op. cit, hlm 107-108.
Universitas Sumatera Utara
merupakan daerah yang mampu mempertahankan dialek-dialek ciri bahasa dan budaya Pakpak.
Dialek-dialek yang berada pada hegemoni budaya tertentu dapat dianggap dialek Pakpak yang tidak dapat mempertahankan keasliannya, terutama dialek
Keppas yang cukup dipengaruhi oleh bahasa daerah Toba. Salah satu faktor yang dapat mempertahankan sebuah bahasa adalah jumlah penuturnya. Jika suatu bahasa
daerah penutur bahasa cukup banyak maka bahasa tersebut dapat bertahan dari pengaruh bahasa lain. Penutur yang bertahan dengan ciri bahasa dan budaya Pakpak
pada umumnya adalah penutur dialek Simsim. Dimana jumlah penutur bahasa Pakpak di daerah Simsim ini cukup banyak. Dari sudut populasi, bahwa salah satu
faktor yang mempertahankan sebuah bahasa adalah jumlah penuturnya. Dialek Simsim didukung oleh jumlah penutur yang banyak untuk mempertahankan bahasa
Pakpak. Faktor-faktor lain yang mendukung ketahanan sebuah bahasa adalah kekurangan dan kelebihan bahasa-bahasa lain tidak menjadi masalah bagi suatu
bahasa daerah. Adanya suatu rasa permusuhan mayoritas terhadap bahasa daerah sehingga para pengguna merasa agak cangung untuk menggunakannya atau adanya
rasa permusuhan dari diri sendiri yaitu rasa malu dan lebih bangga menggunakan bahasa daerah lain untuk digunakan dalam pergaulan sehari-hari. Perkembangan
penduduk, perluasan lingkungan pemukiman dan pengaruh bahasa lain membawa dampak terhadap perkembangan dan perpisahan bahasa daerah.
37
37
Robert Sibarani, “Sintaksis Bahasa Batak Toba”, Medan: Universitas Sumatera Utara USU PRESS, 1997, hlm 2.
Universitas Sumatera Utara
Kedatangan orang Batak Toba ke Sidikalang cukup mempengaruhi kehidupan etnis asli Pakpak dalam berbagai bidang khususnya dalam bidang bahasa. Sidikalang
sebagai ibukota Tingkat II Dairi merupakan jalur utama untuk berhubungan dengan daerah lain termasuk ke daerah Medan, ibukotanya prpopinsi Sumatera Utara.
Pemakaian bahasa Pakpak terutama pada tahun-tahun sebelum 90-an cukup jarang di luar ketiga kecamatan asal Pakpak Kerajaan, Salak dan Sitellu Tali Urang Jehe.
38
Pada saat penyebaran agama Kristen di tanah Dairi, orang Batak Toba mengadakan pengajaran dengan menggunakan bahasa Batak karena kurangnya
pemahaman masyarakat tentang bahasa nasional bahasa Indonesia membuat mereka menggunakan bahasa dari daerah mereka yaitu bahasa Batak Toba. Keinginan suku
Pakpak Dairi mendapatkan pendidikan yang akhirnya membuat banyak penduduk di Penggunaan bahasa Pakpak di Sidikalang sangat sedikit dimana yang lebih
dominan adalah bahasa Batak Toba yang mejadi bahasa pengantar baik dalam pergaulan sehari-hari di lingkungan rumah, di sekolah bahkan di rumah tangga serta
di tempat-tempat lain. Berkurangnya penggunapenutur bahasa Pakpak di daerah Sidikalang disebabkan karena sejak kedatangan orang Batak Toba secara giat terus
mengembangkan bahasa Toba baik dalam pergaulan sehari-hari maupun dalam mengajar di sekolah Zending gereja. Penggunaan bahasa Toba dalam lingkungan
akhirnya lambat laun semakin mendominasi dan pengunaannya dalam kehidupan sehari-hari semakin bertambah dan orang Pakpak sendiri dengan sukarela
menggunakan bahasa tersebut.
38
Wahyudi, dkk, “Etnis Pakpak Dalam Fenomena Pemekaran Wilayah: mempertanyakan partisipasi politik perempuan dalam masyarakat adat”, Sidikalang: The Asia Foundation Yayasan
Sada Ahmo, 2002, hlm 7.
Universitas Sumatera Utara
tanah Pakpak mulai belajar menggunakan bahasa tersebut. Tanpa di sadari pengajaran dengan menggunakan bahasa Batak Toba membuat mereka lebih dominan
menggunakan bahasa daerah tersebut. Penggunaan bahasa daerah Batak Toba semakin dominan digunakan di kecamatan Sidikalang.
Di dalam kalangan Pakpak yang beragama Kristen, berpuluh tahun suku Pakpak berada di sayap Gereja Etnis Batak Toba, yaitu HKBP Huria Kristen Batak
Protestan. Anggota jemaat gereja selalu menggunakan bahasa Batak Toba dan Kitab Suci yang digunakan masih berbahasa Pakpak, baru sekitar tahun 70-an beberapa
gereja mulai menggunakan bahasa Pakpak sebagai bahasa pengantar, terutama setelah disebut sebagai gereja HKBP Simerkata Pakpak. Dan Kitab Suci Alkitab pada tahun
1989 diluncurkan kitab suci berbahasa Pakpakl.
39
Bagi orang Batak Toba pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk dapat memperbaiki taraf hidup mereka. Keinginan orang Batak Toba untuk
4.3.2 Pengaruh Terhadap Pendidikan