4.3.3 Pengaruh Orang Batak Toba Terhadap Tempat Tinggal
Kecamatan Sidikalang sebagai pusat kota adalah tempat berkembangnya aktifitas ekonomi dan pemerintah. Jumlah penduduk yang terdapat di kecamatan Sidikalang
hampir 75 adalah orang Batak Toba. Orang Batak Toba lebih banyak tinggal di pusat kota sedangkan orang Pakpak meyingkir ke daerah pedalaman. Karena sejak
kedatangan orang Batak Toba membawa ternak berupa “babi”, ternak tersebut di lepaskan tanpa menggunakan kandang dan bebas berkeliaran di pekarangan rumah
Muslim yang pada saat itu penduduk asli suku Pakpak sudah memeluk agama Islam. Sehingga penduduk asli suku Pakpak lebih memilih untuk mengungsi di
pinggiran kota daripada terancam dengan gangguan ternak itu. Hal inilah yang menjadi latar belakang saat ini ada perkampungan Muslim di kota Sidikalang, seperti
Pasi, Kuta Delleng, Bintang, dan Tambahna yang hingga saaat ini tidak berhasil dimasuki oleh etnis Toba yang Kristen.
42
Pada dasarnya indentitas etnik muncul bila dua atau lebih kelompok etnik berhubungan. Sering perubahan etnik merupakan akibat dari modifikasi perilaku
Dan penyiaran agama Kristen yang sejak kedatangannya dianggap kafir, membuat sebagian orang Pakpak menyingkir dari pusat kota untuk menghindari hal-hal diatas.
Perpindahan orang Pakpak yang lebih banyak ke daerah pedalaman karena ingin merasa lebih aman tanpa ada gangguan dari luar.
4.3.4 Pengaruh Orang Batak Toba Terhadap Bidang Indentitas dan Budaya Orang Pakpak
42
Lister Brutu, Nurbani Padang, Op cit, hlm 118.
Universitas Sumatera Utara
kelompok dan modifikasi untuk mempersempit atau memperlebar batasan-batasan etnik. Dalam proses adaptasi timbal balik, indentitas menandai masing-masing
kelompok mungkin berubah. Proses transformasi etnik, dapat terjadi karena akulturasi dan asimilasi.
Asimilasi cenderung sejajar dengan hilangnya etnisitas, sedangkan pluralisme budaya cenderung menonjolkan kesinambungan etnisitas. Van de Belghe, berpendapat bahwa
: Asimilasi merujuk kepada sejauh mana kelompok yang semula khas telah
kehilangan indentitas subjektif dan telah terserap kedalam struktur sosial suatu kelompok lain …. Memang, akulturasi adalah suatu prasyarat, atau
sekurang-kurangnya seiring dengan asimilasi karena bagaimana mungkin seseorang kehilangan perasaan khas dan sepenuhnya diterima suatu kelompok
penerima. Akulturasi dan asimilasi dapat menjadi salah satu penyebab perubahan
indentitas etnik suatu kelompok masyarakat. Defenisi akulturasi merujuk kepada fenomena yang timbul ketika kelompok-kelompok individu yang berbeda budaya
berhubungan langsung dan berkesinambungan, perubahan yang terjadi pada budaya asli salah satu atau kedua kelompok budaya tersebut.
43
Adanya suatu perubahan budaya yang diakibatkan oleh kontak kelompok- kelompok budaya, yang menekankan penerimaan pola-pola dan budaya baru dan ciri-
ciri masyarakat pribumi oleh kelompok-kelompok minoritas. Perubahan-perubahan
43
Robert Redfield, dkk, “The Social Science Resarch Council”, --------- : Dewan Penelitian Ilmu Sosial, 1936, hlm 14.
Universitas Sumatera Utara
yang diukur terjadi pada ciri-ciri budaya, nilai-nilai budaya dan rasa memiliki yang semuanya berhubungan dengan etnisitas.
Sedangkan asimilasi adanya suatu proses interpretasi dan fusi. Melalui proses ini orang-orang atau kelompok-kelompok memperoleh memori-memori, sentimen-
sentimen dan sikap-sikap orang-orang atau kelompok-kelompok lain dengan berbagai pengalaman dan sejarah bergabung dengan mereka dalam suatu kehidupan budaya
yang sama. Orang Batak Toba yang melakukan migrasi akan menyesuaikan dirinya dalam lingkungan baru. Seperti orang Batak Toba yang melakukan migrasi ke daerah
Melayu. Kultur homogen Melayu di daerah Melayu terpaksa membuat Batak Pardemban mengalami asimilasi total dengan kultur setempat. Orang Batak Toba
menjadi Melayu dalam arti meninggalkan marga keln. Mereka belajar bahasa Melayu, memeluk agama Islam, bersikap sebagai orang Melayu dan
mengindentifikasikan dirinya Melayu.
44
Perpindahan orang Batak Toba ke daerah Sidikalang membawa perubahan dalam indentitas bukan pada orang Batak Toba akan tetapi kepada masyarakat
Pakpak penduduk asli kabupaten Dairi. Proses perubahan indentitas dari masyarakat Pakpak ini disebabkan oleh berbagai faktor. Perubahan indentitas tempat tinggal yang
dahulu dikenal tanah Dairi adalah tanah Pakpak mulai terkikis sejak kedatangan orang Batak Toba ke Sidikalang. Kedatangan orang Batak Toba yang membawa
ternak berupa babi dan dilepaskan secara bebas tanpa menggunakan kandang membuat orang Pakpak yang sudah memeluk agama Islam meninggalkan daerah
huniannya dan masuk ke pedalaman. Jadi ibukota kabupaten Dairi, kecamatan
44
Tagor Nainggolan, Op. cit, hlm 107.
Universitas Sumatera Utara
Sidikalang lebih banyak dihuni oleh suku Batak Toba yaitu hampir 75 orang Batak Toba.
Orang Batak Toba yang tinggal di Sidikalang memperlihatkan indentitas mereka sebagai orang Batak yaitu dengan melaksanakan acara seremonial tradisi adat
Batak, mendirikan perkumpulan Batak dan menggunakan bahasa Batak Toba dalam kehidupan sehari-hari. Tradisi orang Batak Toba memainkan peran penting untuk
menentukan indentitas mereka. Tradisi adalah suatu kebiasaan dari suatu masyarakat baik turunan dan dikembangkan dari generasi ke generasi.
Hal ini menimbulkan kultur yang paling dominan adalah Batak Toba. Kerjasama antar kelompok etnis, secara alami tanpa disadari proses perubahan
indentitas terjadi. Baik dalam penggunaan bahasa daerah yang dominan adalah bahasa Batak Toba, adat yang digunakan lebih banyak adat campuran antara Pakpak
dengan Batak Toba. Perubahan indentitas orang Pakpak yang lebih bangga menyatakan dirinya suku Batak Toba dibandingkan dengan menyatakan dirinya orang
Pakpak. Jumlah penduduk yang mengaku dirinya sebagai orang Pakpak sangat sedikit. Perubahan indentitas ini disebabkan adanya rasa malu dari diri sendiri. Di
kecamatan Sidikalang penduduk asli menjadi etnis minoritas dan mengalami suatu perubahan ciri khas unik dari budayanya. Adanya keengganan memakai marga asli
Pakpak sangat umum terjadi, mengganti marga asli menjadi marga suku lain seperti Toba sangat umum dijumpai. Marga Tumangger, Tinambunen, Anakampun,
Universitas Sumatera Utara
Maharaja, Bancin mengaku Simbolon, marga Padang menjadi Situmorang, marga Bako mengaku menjadi Naibaho.
45
Dalam bidang budaya orang Batak Toba juga membawa pengaruh. Ulos yang sering dikenakan dalam acara adat, pada awalnya suku Pakpak sebelum kedatangan
orang Batak Toba hanya menggunakan “mandar”
46
karena di tanah Pakpak tidak ada tenun. Kedatangan para pedagang dari Tapanuli Utara yang membawa dagangannya
seperti ulos dan cangkul. Perdagangan ini semakin mengenalkan ulos sebagai salah satu pakaian yang digunakan dalam acara adat. Masyarakat Pakpak pun mulai
mengenakannya dan berkembang hingga sekarang.
47
Upacara perkawinan, pemakaian pakaian asli Pakpak juga tidak terlalu sering digunakan dalam pesta adat. Perkawinan campuran memang sangat umum terjadi di
kecamatan Sidikalang. Dan adanya kecendrungan yang terjadi adalah menggunakan upacara adat dari suku lain daripada mempertahankan untuk menggunakan adat
Pakpak sendiri. Alasan praktis yang sering dikemukakan adalah bahwa adat Pakpak terlalu rumit, mahal dan dianggap merugikan. Sementara laki-laki Pakpak cenderung
mengawini perempuan suku lain.
48
45
Wahyudi, dkk, Op. cit, hlm 7.
46
Sejenis kain sarung. Penggunaan “mandar” bagi laki-laki kain sarung hanya di kenakan di leher sedangkan bagi perempuan kain sarung tersebut dikenakan di pingang.
47
Hasil wawancara dengan Maradu Sitanggang, pada tanggal 6 November 2009, di jln. Sidiangkat no. 143.
48
Wahyudi, dkk, Op. cit, hlm 8.
Universitas Sumatera Utara
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Daerah Dairi adalah salah satu daerah tujuan para migran yang berasal dari daerah daratan tinggi danat Toba, yaitu dari daerah Humbang, Silindung dan Toba
Holbung. Perpindahan dari daerah asal orang Batak Toba terjadi sejak permulaan tahun 1900-an, yaitu pada saat sentrum perang Batak yang dipimpin oleh
Sisingamangaraja XII pindah dari Toba Holbung, ke Humbang dan akhirnya ke Dairi. Hal ini menyebabkan pejuang Batak Toba masuk ke Dairi dan pembantu-pembantu
tentara Belanda dari kalangan orang Batak Toba yang berasal dari daerah Silindung juga masuk ke daerah Dairi.
Kedatangan orang Batak Toba ke Sidikalang semakin lama semakin meningkat dan mempercepat Sidikalang berubah menjadi sebuah kampung kecil
menjadi kampung yang agak ramai. Tahun 1908 jumlah orang Batak Toba yang tinggal di kampung Sidikalang sudah mencapai ratusan orang. Banyak faktor yang
menyebabkan orang Batak Toba pindah dari bonapasogit kampung halaman, adanya faktor pendorong dari daerah asal dan faktor penarik dari daerah yang dituju.
Keadaan lahan dari daratan tinggi Danau Toba yang kurang baik untuk pertanian dan jumlah penduduk yang terus meningkat menyebabkan lahan pertanian sebagai sumber
mata pencaharian utama penduduk semakin berkurang. Jumlah penduduk yang terus meningkat dan lahan yang relatif tetap menyebabkan terjadinya ketimpangan
Universitas Sumatera Utara