Pengakutan merupakan salah satu perhatian pemerintah karena dengan adanya pengangkutan maka masyarakat akan memacu pertumbuhan ekonomi rakyat terutama
yang berada di pedesaan. Masyarakat akan dimudahkan untuk melakukan aktifitasnya dalam menempuh jarak jauh dan para wisatawan akan dengan mudah untuk dapat
sampai ke tempat tujuan wisata. Maka pemerintah sangat memperhatikan hal ini untuk mendukung pembangunan masyarakat dan kecamatan Sidikalang.
2.2 Keadaan Masyarakat
Suku Batak merupakan salah satu suku yang ada di Indonesia yang sebagian besar menduduki dan mendiami daerah Danau Toba. Di sebelah Selatan berdiam
orang Batak Toba sedangkan di sebelah Barat, berdiam orang Batak Dairi. Penduduk kecamatan Sidikalang merupakan bagian dari suku Batak yaitu suku Pakpak.
Penduduk Sidikalang adalah keturunan si Tellu Nempu yang mempunyai 3 orang anak yaitu Ujung, Angkat dan Bintang. Marga Ujung mendiami wilayah
Sidikalang kota sekarang, marga Angkat mendiami daerah Sidiangkat sedangkan marga Bintang mendiami desa Bintang.
Masyarakat Sidikalang terdiri dari golongan Raja kepala suatu negeri yang disebut Takal Aur dan Pertaki kepala desa sebagai golongan tertinggi, sedangkan
petani dan masyarakat adalah golongan masyarakat biasa. Tetapi stratifikasi sosial tidak seperti penggolongan masyarakat dalam masyarakat Jawa. Takal Aur dan
Pertaki adalah masyarakat biasa, mereka adalah petani yang dituakan oleh masyarakat setempat atau merupakan seorang kepala marga dalam satu huta. Raja
berperan dalam menyelesaikan segala persoalan yang menyangkut anggota
Universitas Sumatera Utara
masyarakat dan adat istiadat. Raja tersebut tidak digaji atau mendapat imbalan akan tetapi cukup dihormati didalam kehidupan bermasyarakat. Di Sidikalang bila ada
kegiatan pesta dan persoalan-persoalan dalam huta dan antar huta, maka Takal Aur akan menyelesaikannya dengan musyawarah dengan masyarakat.
13
Adat istiadat yang berlaku di Sidikalang pada dasarnya mengikuti pola adat- istiadat Batak yang berazaskan Dalihan Natolu. Tetapi dikalangan orang Batak
Pakpak Dalihan Natolu disebut dengan Daliken Sitelu. Dilambangkan didalam struktur sosial Batak Pakpak sebagai berikut :
1. Kula-kula pemberi anak gadis 2. Dengan sebeltek teman semarga
3. Berru Klan penerima anak gadis Dengan sebeltek dibagi-bagi atas tiga bagian, sehingga menjadi lima 5 kelompok
atau disebut dengan Sulang Silima, yaitu : 1.
Kula-kula 2.
Dengan sebeltek situa 3.
Dengan sebeltek penengah kelompok anak tengah antara kelompok yang sulung dan bungsu
4. Ampun-ampun sikedeken kelompok anak bungsu,
5. Berru
14
13
Hasil wawancara dengan Karina Munte, pada tanggal 29 November 2009, di Panji Bako no.23.
14
Marlinawati Juliana Sihotang, “Peranan HKBP Dalam Perkembangan Pendidikan Di Sidikalang 1919 - 1988”, Medan : Skripsi S-1, Fakultas Sastra Jurusan Sejarah, 1991, hlm 12-15.
Universitas Sumatera Utara
Yang disebut kula-kula adalah pihak pemberi gadis atau golongan pihak seberang dari suatu marga dengan marga lain. Dalam setiap marga harus mengetahui
kedudukan terhadap orang lain dalam pergaulan adat, bagaimana menentukan sikap sesuai dengan Daliken Sitelu. Dengan demikian bahwa Batak Pakpak tidak berbeda
dengan Batak Toba dalam adat-istiadat.
2.3 Mata Pencaharian