Karakteristik siswa yang mempunyai Faktor – faktor yang mempengaruhi

2.2.2 Karakteristik siswa yang mempunyai

self-regulated learning Menurut Winne dalam Santrock, 2007 karakteristik dari pelajar yang menggunakan self-regulated learning adalah: a. Bertujuan memperluas pengetahuan dan menjaga motivasi. b. Menyadari keadaan emosi mereka dan memiliki strategi untuk mengelola emosinya. c. Secara periodik memonitori kemajuan ke arah tujuannya d. Menyesuaikan atau memperbaiki strategi berdasarkan kemajuan yang mereka buat. e. Mengevaluasi halangan yang mungkin muncul dan melakukan adaptasi yang diperlukan. Dari beberapa karakteristik mengenai siswa yang menggunakan self- regulated learning yang telah dikemukakan di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa mereka harus memiliki motivasi yang kuat, tujuan yang akan dicapai, mampu mengelola perasaan, dan memiliki berbagai macam strategi untuk belajar.

2.2.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi

self-regulated learning Menurut Woolfolk 2004, terdapat tiga hal yang mempengaruhi self-regulated learning, yaitu: a. Pengetahuan Untuk menjadi pelajar yang memiliki regulasi diri self-regulated leaners siswa memerlukan pengetahuan tentang diri mereka, subjek, tugas, strategi-strategi untuk belajar dan konteks dimana mereka akan mengaplikasikan belajar mereka. Siswa yang mahir tahu tentang diri mereka dan bagaimana cara yang terbaik untuk belajar b.Motivasi Siswa yang teratur dalam belajar termotivasi untuk belajar. Mereka menemukan tugas-tugas mereka menarik karena mereka menghargai belajar, tidak hanya sekedar terlihat baik di mata orang lain. Walaupun mereka tidak termotivasi secara instrinsik oleh suatu tugas tertentu, namun mereka serius untuk mendapatkan manfaat dari tugas tersebut. Mereka tahu kenapa mereka sedang belajar, sehingga tindakan dan pilihan mereka ditentukan oleh diri sendiri dan tidak dikontrol oleh orang lain. c.Kemauan volition Siswa yang teratur dalam belajar mampu melindungi diri dan pikiran mereka dari hal yang dapat mengalihkan perhatian mereka dalam belajar. Mereka mampu melakukan coping terhadap perasaan cemas, mengantuk, pusing, ataupun perasaan malas. Regulasi diri terdapat 2 faktor menurut Alwisol 2005, yaitu: 1. Faktor eksternal a. Faktor lingkungan berinteraksi dengan pengaruh-pengaruh pribadi, membentuk standar evaluasi tingkah laku seseorang. Melalui orang tua dan guru anak-anak belajar baik-buruk, tingkah laku yang dikehendaki dan tidak dikehendaki. Melalui pengalaman berinteraksi dengan lingkungan yang lebih luas anak kemudian mengembangkan standar yang dapat dipakai untuk menilai prestasi diri. b. Regulasi diri dalam bentuk penguatan reinforcement. Hadiah instrinsik tidak selalu memberi kepuasan, orang membutuhkan insentif yang berasal dari lingkungan eksternal. Standar tingkah laku dan penguatan biasanya bekerja sama; ketika orang dapat mencapai standar tingkah laku tertentu, perlu penguatan agar tingkah laku semacam itu menjadi pilihan untuk dilakukan lagi. 2. Faktor internal. Faktor eksternal berinteraksi dengan factor internal dalam pengaturan diri sendiri, Bandura mengemukakan tiga bentuk pengaruh internal: a. Observasi diri self observation: dilakukan berdasarkan factor kualitas penampilan, kuantitas penampilan, orisinalitas tingkah laku diri, dan seterusnya. Orang harus mampu memonitori performansinya, walaupun tidak sempurna karena orang cenderung memilih beberapa aspek dari tingkah lakunya dan mengabaikan tingkah lakunya. Apa yang diobservasi seseorang tergantung kepada minat dan konsep dirinya. b. Proses penilaian atau mengadili tingkah laku judgmental process: adalah melihat kesesuaian tingkah laku dengan standar pribadi, membandingkan tingkah laku dengan norma standar atau dengan tingkah laku orang lain, menilai berdasarkan pentingnya suatu aktivitas, dan memberi atribusi performansi. c. Reaksi diri – afektif self response: akhirnya berdasarkan pengamatan dan judgement itu, orang mengevaluasi diri sendiri positif atau negatif, dan kemudian menghadiahi atau menghukum diri sendiri. Bisa terjadi tidak muncul reaksi afektif, karena fungsi kognitif membuat keseimbangan yang mempengaruhi evaluasi positif atau negatif menjadi kurang bermakna secara individual. Selain itu, perkembangan regulasi diri dipengaruhi oleh banyak faktor, diantaranya adalah modeling dan self-efficacy Santrock, 2007. a. Model adalah sumber penting untuk menyampaikan keterampilan regulasi diri. Diantara keterampilan regulasi diri yang dapat dicontohkan oleh model adalah perencanaan dan pengelolaan waktu secara efektif, memperhatikan dan konsentarsi, mengorganisaskan dan menyimpan informasi secara strategis, membangun lingkungan belajarkerja yang produktif, dan menggunakan sumber daya sosial. Misalnya, murid mungkin mengamati guru yang melakukan strategi manajemen waktu yang efektif dan menjelaskan prinsip yang tepat. Dengan mengamati model itu, murid dapat percaya bahwa mereka juga bisa merencanakan dan mengelola waktu secara efektif, yang menciptakan perasaan self-efficacy terhadap regulasi diri akademik dan memotivasi murid untuk melakukan aktivitas itu. b. Self-efficacy dapat mempengaruhi murid dalam memilih suatu tugas, usahanya, ketekunannya, dan prestasinya Bandura, 1997, 2001; Pintrich Schunk, 2002; Zimmerman Schunk, 2001. Dibanding dengan murid yang meragukan kemampuan belajarnya, murid yang merasa mampu menguasai suatu keahlian atau melaksanakan suatu tugas akan lebih siap untuk berpastisipasi, bekerja keras, lebih ulet dalam menghadapi kesulitan, dan mencapai level yang lebih tinggi. Self-efficacy bisa mempengaruhi prestasi, tetapi ia bukan satu-satunya factor pengaruh. Tingkat tinggi tidak akan menghasilkan kinerja yang kompeten apabila siswa tak punya atau kekurangan pengetahuan dan keahlian yang harus dipenuhi. Dari berbagai pendapat para ahli mengenai faktor-faktor self-regulated learning diatas bahwa self-regulated learning sangat dipengaruhi faktor internal yang ada di dalam diri siswa tersebut, yakni pengetahuan, motivasi, kemauan, self-observation, proses penilaian, self-response, dan self-eficacy. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi self-regulated learning adalah faktor lingkungan untuk mengevaluasi tingkah laku, penguatan reinforcement, dan memodeling tingkah laku seseorang.

2.2.4 Dimensi yang terdapat dalam