Dimensi yang terdapat dalam

suatu keahlian atau melaksanakan suatu tugas akan lebih siap untuk berpastisipasi, bekerja keras, lebih ulet dalam menghadapi kesulitan, dan mencapai level yang lebih tinggi. Self-efficacy bisa mempengaruhi prestasi, tetapi ia bukan satu-satunya factor pengaruh. Tingkat tinggi tidak akan menghasilkan kinerja yang kompeten apabila siswa tak punya atau kekurangan pengetahuan dan keahlian yang harus dipenuhi. Dari berbagai pendapat para ahli mengenai faktor-faktor self-regulated learning diatas bahwa self-regulated learning sangat dipengaruhi faktor internal yang ada di dalam diri siswa tersebut, yakni pengetahuan, motivasi, kemauan, self-observation, proses penilaian, self-response, dan self-eficacy. Sedangkan faktor eksternal yang mempengaruhi self-regulated learning adalah faktor lingkungan untuk mengevaluasi tingkah laku, penguatan reinforcement, dan memodeling tingkah laku seseorang.

2.2.4 Dimensi yang terdapat dalam

self-regulated learning Zimmerman dalam Pintrich Schunk, 2008 mengembangkan sebuah kerangka konseptual yang menyusun seputar pertanyaan-pertanyaan kunci yang ditujukan pada Tabel 2.1, sekaligus proses-proses pengaturan diri kritisnya. Unsur kritis dari pengaturan diri adalah bahwa para pelajar memiliki beberapa pilihan yang ada dalam sedikitnya satu bidang dan terutama dalam bidang-bidang yang lain. Tabel 2.1 Dimensi-dimensi pengaturan diri Pokok-pokok Pembelajaran Sub-proses Pengaturan diri Mengapa Bagaimana Kapan Apa Dimana Dengan siapa Self-efficacy dan tujuan diri Penggunaan strategi atau pelaksanaan yang rutin Pengelolaan waktu Observasi diri, penilaian diri, reaksi diri Lingkungan tempat belajar Pencarian bantuan yang selektif a. Self-efficacy dan tujuan diri Faktor self-efficacy merupakan faktor kunci yang mempengaruhi self- regulated learning siswa dari dalam dirinya sendiri Bandura, 1986; Rosenthal Bandura, 1978; Schunk, 1986; Zimmerman, 1986 dalam Zimmerman, 1989. Menurut Zimmerman 1989 self-efficacy merupakan persepsi siswa akan kemampuan dirinya dalam mengelola dan melakukan tindakan yang penting untuk memperoleh tingkat keterampilan dalam sebuah tugas. Siswa dengan self-efficacy tinggi menunjukan kualitas strategi belajar yang lebih baik dan lebih banyak monitoring diri atas hasil-hasil belajar mereka dari pada siswa dengan self-efficacy rendah. Selain itu menurut tujuan definisi self-regulated learning, pengambilan keputusan metakognitif juga tergantung dari tujuan jangka panjang siswa. Salah satu strategi yang efektif untuk mencapai tujuan jangka panjang adalah dengan menyusun tujuan jangka menengah berdasarkan tingkat kesukaran dan jarak waktu. Tujuan yang tidak realistis dan memungkinkan untuk dicapai serta tidak terlalu mudah atau terlalu sukar akan membuat individu tersebut termotivasi untuk mencapainya. Bandura 1986, dalam Zimmerman, 1989 mengemukakan bahwa orang yang mempunyai self-eficacy yang tinggi menetapkan tujuan yang lebih menantang untuk dicapainya. b. Pengguanaan strategi atau pelaksanaan yang rutin Yaitu bagaimana cara siswa melakukan kegiatan rutin pada saat akan memulai belajar. Seperti membaca buku pegangan, menandai bagian yang penting, dan menulis kembali apa yang telah dibaca. c. Pengelolaan waktu Yaitu siswa yang memiliki self-regulated learning yang tinggi dalam proses belajar akan memperhitungkan waktu dalam pengerjaan soal dan memperhatikan waktu dalam belajar. d. Observasi diri, penilaian diri, reaksi diri a Observasi diri, Mengacu pada respon siswa yang secara sistematis memonitori tingkah lakunya sendiri. Pengamatan terhadap diri sendiri dapat menyediakan informasi tentang kemajuan seseorang atas tujuannya. Terdapat dua metode yang digunakan individu dalam observasi siswa yaitu laporan lisan atau tulisan dan reaksi individu. b Penilaian diri, Mengacu pada respon siswa yang secara sistematis membandingkan kinerja mereka dengan standar atau tujuan. Pengetahuan atas standar atau tujuan bisa didapatkan dari berbagai sumber seperti tingkat performansi sebelumnya. Dua cara yang biasa digunakan siswa untuk melakukan penilaian diri adalah dengan meneliti kembali jawaban dan membandingkan hasil yang mereka peroleh dengan hasil yang diperoleh orang lain. c Reaksi diri, Merupakan respon siswa terhadap hasil yang telah dicapainya. Penilaian diri selalu diikuti dengan reaksi diri. Ketika individu berhasil melakukan sesuatu, individu akan merasakan kepuasan atau kesenangan, namun jika mengalami kegagalan, individu akan mengalami kekecewaan atau perasaan tidak puas. Saat individu mengkaitkan kepuasan dengan pencapaian hasil tertentu, individu akan memotivasi diri sendiri untuk mengoptimalkan energi yang diperlukan guna mencapai tujuan. e. Lingkungan tempat belajar Menurut Zimmerman 1989 dua jenis pengaruh lingkungan yang mempengaruhi self-regulated learning adalah a Pengalaman sosial Salah satu pengalaman sosial yang berpengaruh bagi self-regulated learning adalah belajar melalui pengamatan secara langsung terhadap perilaku diri sendiri dan hasil yang diperoleh dari perilaku tersebut. Modelling dari strategi-strategi self-regulated learning yang efektif dapat meningkatkan self-eficacy siswa, baik pada siswa yang merasa kurang mampu ataupun pada siswa yang yakin akan kemampuannya Zimmerman, 1989 modeling seperti ini lebih efektif bila model dipersepsikan setara dengan orang yang mengobservasi Schunk, Hanson Cox, 1987 dalam Zimmerman, 1989. Bentuk pengalaman sosial lain yang juga penting adalah persuasi verbal. Metode ini menjadi perantara yang sangat baik, sehingga siswa dapat mempelajari berbagai keterampilan kognitif, afektif, dan akademis. b Struktur dari lingkungan belajar. Menurut teori sosial kognitif, proses belajar siswa sangat tergantung pada situasi lingkungan tempat terjadinya Mischel Peake, 1982; Zimmerman, 1983 dalam Zimmerman, 1989. Misalnya mengubah tugas akademis untuk meningkatkan level kesulitan atau mengubah tempat belajar seperti dari rebut menjadi sepi, dihatapkan dapat mempengaruhi self-regulated learning. f. Pencarian bantuan yang selektif Yaitu usaha yang dilakukan oleh siswa untuk meminta bantuan apabila tidak mengerti pelajaran. Cara siswa memperoleh bantuan biasanya dari teman, guru, bahkan orang dewasa ataupun orang tua mereka masing-masing.

2.2.5 Strategi-strategi