2.1.2 Tujuan belajar
Dalam usaha pencapaian tujuan belajar perlu diciptakan adanya suasana belajar yang kondusif. Tujuan belajar bila ditinjau secara umum ada tiga jenis, yaitu
dalam Sardiman, 1986: 1.
Untuk mendapatkan pengetahuan Hal ini ditandai dengan kemampuan berfikir. Pengetahuan dan
kemampuan berfikir sebagai sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Dengan kata lain, tidak dapat mengembangkan kemampuan berfikir
tanpa bahan
pengetahuan, sebaliknya
kemampuan berfikir
akan memperkaya pengetahuan. Tujuan inilah yang memiliki kecenderungan
lebih besar perkembangannya di dalam kegiatan belajar. 2.
Penanaman konsep dan keterampilan Penanaman konsep, juga memerlukan suatu keterampilan. Jadi soal
keterampilan yang bersifat jasmani maupun rohani. Keterampilan jasmani adalah keterampilan yang dapat dilihat, diamati, sehingga
menitikberatkan pada keterampilan gerak seseorang yang sedang belajar. Termasuk dalam hal ini masalah tehnik dan pengulangan. Sedangkan
keterampilan rohani tidak selalu berurusan dengan masalah-masalah keterampilan yang dapat dilihat, tetapi lebih abstrak, menyangkut
persoalan penghayatan dan keterampilan berfikir serta kreativitas untuk menyelesaikan dan merumuskan suatu masalah. Jadi semata-mata bukan
soal pengulangan, tetapi mencari jawab yang cepat dan tepat.
3. Pembentukan sikap
Untuk pembentukan sikap siswa peran guru sangat penting dalam menumbuhkan sikap mental, perilaku dan pribadi siswa tersebut. Untuk
itu dibutuhkan kecakapan dalam mengarahkan motivasi dan berfikir dengan tidak lupa menggunakan pribadi guru itu sendiri sebagai contoh
atau model. Jadi pada intinya, tujuan belajar itu adalah ingin mendapatkan pengetahuan,
keterampilan dan penanaman sikap mental atau nilai-nilai. Pencapaian tujuan belajar berarti akan menghasilkan hasil belajar.
2.1.3 Faktor – faktor yang mempengaruhi prestasi belajar
Prestasi belajar yang dicapai seorang individu merupakan hasil interaksi antara berbagai faktor yang mempengaruhinya baik dari dalam diri faktor internal
maupun dari luar diri faktor eksternal individu. Pengenalan terhadap faktor- faktor yang mempengaruhi prestasi belajar penting sekali artinya dalam rangka
membantu siswa dalam mencapai prestasi belajar yang sebaik-baiknya dalam Syah, 2008.
1. Faktor Internal Siswa Faktor internal adalah faktor yang timbul dari dalam diri individu itu
sendiri meliputi dua aspek yakni: 1 aspek fisiologis yang bersifat jasmaniah ; 2 aspek psikologis yang bersifat rohaniah.
a. Aspek fisiologis Kondisi umum jasmani dan tonus tegangan otot yang menandai tingkat
kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat mempengaruhi semangat dan intensitas siswa dalam mengikuti pelajaran. Kondisi organ
tubuh yang lemah, apalagi jika disertai pusing-pusingkepala misalnya, dapat menurunkan kualitas ranah cipta kognitif sehingga materi yang
dipelajarinya pun kurang atau tidak berbekas. Untuk mempertahankan tonus jasmani agar tetap bugar, siswa sangat dianjurkan mengkonsumsi
makanan dan minuman yang bergizi. Selain itu, siswa juga dianjurkan memilih pola istirahat dan olah raga ringan yang sedapat mungkin
terjadwal secara tetap dan berkesinambungan. Hal ini penting sebab perubahan pola makan-minum dan istirahat
akan menimbulkan reaksi tonus yang negatif dan merugikan semangat mental siswa itu sendiri
dalam Syah, 2008. Faktor fisiologis ada yang bersifat bawaan dan ada yang diperoleh. Yang
termasuk faktor fisiologis misalnya penglihatan, pendengaran, struktur tubuh, dan sebagainya dalam Ahmadi Supriyono, 1991
b. Aspek psikologis
Banyak faktor yang termasuk aspek psikologis yang dapat mempengaruhi kuantitas dan kualitas perolehan pembelajaran siswa. Namun, diantara
faktor-faktor rohaniah siswa yang pada umumnya dipandang lebih esensial itu adalah sebagai berikut: 1 tingkat kecerdasan inteligensi siswa; 2
sikap siswa; 3 bakat siswa; 4 minat siswa ; 5 motivasi siswa
Inteligensi Siswa Inteligensi pada umumnya dapat diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik
untuk mereaksi rangsangan atau menyesuaikan diri dengan lingkungan dengan cara yang tepat dalam Syah, 2008. Jadi, inteligensi sebenarnya
bukan persoalan kualitas otak saja, melainkan juga kualitas organ-organ tubuh lainnya. Akan tetapi, memang harus diakui bahwa peran otak dalam
hubungannya dengan inteligensi manusia lebih menonjol dari pada peran organ-organ tubuh lainnya, lantaran otak merupakan ”menara pengontrol ”
hampir seluruh aktivitas manusia. Tingkat kecerdasan atau inteligensi siswa tak dapat diragukan lagi, sangat
menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Ini bermakna, semakin tinggi kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin besar
peluangnya untuk meraih sukses. Sebaliknya, semakin rendah kemampuan inteligensi seorang siswa maka semakin kecil peluangnya untuk
memperoleh sukses. Sikap
Sikap adalah
gejala internal
yang berdimensi
afektif berupa
kecenderungan untuk mereaksi atau merespons dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang, barang, dan sebagainya, baik secara positif
maupun negatif. Sikap attitude siswa yang positif, terutama kepada guru dan mata pelajaran yang disajikannya merupakan pertanda awal yang baik
bagi proses belajar siswa tersebut. Sebaliknya, sikap negatif siswa terhadap guru dan mata pelajarannya, apalagi jika diiringi kebencian
kepada guru
bersangkutan atau
kepada mata
pelajarannya dapat
menimbulkan kesulitan belajar siswa tersebut. Bakat Siswa
Secara umum, bakat aptitude adalah kemampuan potensial yang dimiliki seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang
dalam Syah, 2008. Dengan demikian, sebetulnya setiap orang pasti memiliki bakat dalam arti berpotensi untuk mencapai prestasi sampai ke
tingkat tertentu sesuai dengan kapasitas masing-masing. Jadi, secara global bakat itu mirip dengan inteligensi. Itulah sebabnya seorang anak yang
berinteligensi sangat cerdas superoir atau cerdas luar biasa very superior disebut juga sebagai talented child, yakni anak berbakat.
Dalam perkembangan selanjutnya, bakat kemudian diartikan sebagai kemampuan individu untuk melakukan tugas tertentu tanpa banyak
bergantung pada upaya pendidikan dan latihan. Seorang siswa yang
berbakat dalam bidang matematika, misalnya, akan jauh lebih mudah menyerap informasi, pengetahuan, dan keterampilan yang berhubungan
dengan bidang tersebut dibanding dengan siswa lainnya. Inilah yang kemudian disebut bakat khusus spesific aptitude yang konon tak dapat
dipelajari karena merupakan karunia inborn pembawaan sejak lahir. Minat Siswa
Secara sederhana, minat interest berarti kecenderungan dan kegairahan yang tinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat seperti yang
dipahami dan dipakai oleh orang selama ini dapat mempengaruhi kualitas
pencapaian hasil belajar siswa dalam bidang-bidang tertentu. Umpamanya, seorang siswa yang menaruh minat besar terhadap matematika akan
memusatkan perhatiannya
lebih banyak
daripada siswa
lainnya. Kemudian, pemusatan perhatian yang intensif terhadap materi itulah yang
memungkinkan siswa tadi untuk belajar lebih giat dan akhirnya mencapai prestasi yang diinginkan. Guru dalam kaitan ini sejogianya berusaha
membangkitkan minat
siswa untuk
menguasai pengetahuan
yang terkandung dalam bidang studinya dengan cara yang kurang lebih sama
dengan kiat membangun sikap positif. Motivasi Siswa
Motivasi adalah
penting bagi
proses belajar,
karena motivasi
menggerakkan organisme baik untuk manusia ataupun hewan , mengarahkan tindakan, serta memilih tujuan belajar yang dirasa paling
berguna bagi kehidupan individu. Motivasi dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : 1 motivasi instrinsik; dan 2 motivasi ekstrinsik. Motivasi
instrinsik adalah hal dan keadaan yang berasal dari dalam diri siswa sendiri yang dapat mendorongnya melakukan tindakan belajar. Sedangkan
motivasi ekstrinsik adalah hal dan keadaan yang datang dari luar individu siswa yang juga mendorongnya untuk melakukan kegiatan belajar. Pujian
dan hadiah, peraturan tata tertib sekolah, suri teladan orangtua, guru, dan lain-lain merupakan contoh-contoh konkret motivasi ekstrinsik yang dapat
menolong siswa untuk belajar.
Menurut Ahmadi dan Supriyono 1991, Faktor psikologis yang mempengaruhi prestasi belajar baik yang bersifat bawaan maupun yang
diperoleh, terdiri atas: a Faktor intelektif yang meliputi:
1 Faktor potensial yaitu kecerdasan dan bakat
2 Faktor kecakapan nyata yaitu prestasi yang telah dimiliki.
b Faktor non intelektif, yaitu unsur-unsur kepribadian tertentu seperti sikap, kebiasaan, minat, kebutuhan, motivasi, emosi, penyesuaian diri.
2. Faktor Eksternal Siswa
Seperti faktor internal siswa, faktor eksternal siswa juga terdiri atas dua macam, yakni: faktor lingkungan sosial dan faktor lingkungan nonsosial.
a. Lingkungan Sosial Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi, dan
teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seorang siswa.
Selanjutnya, yang termasuk lingkungan sosial siswa adalah masyarakat dan tetangga juga teman-teman sepermainan di sekitar perkampungan
siswa. Kondisi masyarakat di lingkungan kumuh yang serba kekurangan dan anak-anak pengangguran akan sangat mempengaruhi aktivitas belajar
siswa. Lingkungan sosial yang lebih banyak mempengaruhi kegiatan belajar ialah
orang tua dan keluarga siswa itu sendiri. Sifat-sifat orang tua, praktik
pengelolan keluarga, ketegangan keluarga, dan demografi keluaga letak rumah, semuanya dapat memberi dampak baik ataupun buruk terhadap
kegiatan belajar dan hasil yang dicapai oleh siswa.
b. Lingkungan Nonsosial Faktor-faktor yang termasuk lingkungan nonsosial ialah gedung sekolah
dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan cuaca, dan waktu belajar yang digunakan siswa. Faktor-
faktor ini dipandang turut menentukan tingkat keberhasilan belajar siswa. Khusus mengenai waktu yang disenangi untuk belajar seperti pagi atau
sore hari, seorang ahli bernama J. Biggers dalam Syah, 2008 berpendapat bahwa belajar pada pagi hari lebih efektif daripada belajar pada waktu-
waktu lainnya. Namun, menurut penelitian beberapa ahli learning style, hasil belajar itu tidak bergantung pada waktu secara mutlak, tetapi
tergantung pada pilhan waktu yang cocok dengan kesiapsiagaan siswa. Dengan demikian, waktu yang digunakan siswa untuk belajar yang selama
ini sering dipercaya berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, tak perlu dihiraukan. Sebab, bukan waktu yang penting dalam belajar melainkan
kesiapan sistem memory siswa dalam menyerap, mengelola, dan menyimpan item-item informasi dan pengetahuan yang dipelajari siwa
tersebut.
Menurut Boekaerts 2005, ada beberapa faktor yang mempengaruhi keberhasilan seorang siswa untuk mencapai prestasi yang optimal. Diantaranya
adalah inteligensi, kepribadian, lingkungan sekolah, dan lingkungan rumah. Namun selain faktor-faktor tersebut ternyata self-regulation turut mempengaruhi
keberhasilan siswa dalam mencapai prestasi yang optimal. Meskipun seorang siswa memiliki tingkat inteligensi yang baik, kepribadian, lingkungan rumah, dan
lingkungan sekolah
yang mendukungnya,
namun tanpa
ditunjang oleh
kemampuan self-regulated learning maka siswa tersebut tetap tidak akan mampu mencapai prestasi yang optimal.
Dapat disimpulkan bahwa self-regulated learning merupakan faktor yang dapat mempengaruhi prestasi belajar.
2.1.4 Pengukuran Prestasi Belajar