2.2 Self-Regulated Learning
2.2.1 Pengertian self-regulated learning
Regulasi diri self regulation berasal dari kata self yang berarti diri dan regulation yang berarti pengaturan, jadi self regulation adalah pengaturan diri.
Teori pengaturan diri pertama kali dikemukakan oleh Bandura dalam latar teori belajar sosial tentang tingkah laku. Menurut Bandura, bahwa individu memiliki
kemampuan untuk mengatur dan mengontrol dirinya dengan mengembangkan langkah-langkah yang meliputi tiga proses, yaitu 1 observasi diri memonitori
diri sendiri, 2 evaluasi diri menilai diri sendiri, dan 3 reaksi diri mempertahankan motivasi diri sendiri.
Istilah self-regulation digunakan dalam belajar dan dikenal sebagai Self- Regulated
Learning
SRL atau
Pembelajaran Regulasi
Diri, menurut
Zimmerman Zimmerman, 1989. menyatakan bahwa: In general, students can be described as self-regulated to the degree
that they are metacognitively, motivationally, and behaviorally active participants in their own learning process.
Dari pengertian di atas dapat dipahami bahwa self-regulated learning pada umumnya, para siswa yang dapat dianggap memiliki kemampuan untuk mengatur
diri mereka sendiri baik secara metakognitif, motivasi, dan perilaku yang merupakan partisipan aktif di dalam proses belajar mereka sendiri
Menurut Woolfolk 2009 regulasi diri merupakan proses mengaktifkan dan mempertahankan pikiran, perilaku, dan emosi untuk mencapai tujuan. Sedangkan,
dalam pandangan Santrock 2007 mengatakan bahwa pembelajaran regulasi diri
adalah memunculkan dan memonitor sendiri, pikiran, perasaan, dan perilaku untuk mencapai suatu tujuan. Tujuan ini bisa jadi berupa tujuan akademik
meningkatkan pemahaman dalam membaca, menjadi penulis yang baik, belajar perkalian, mengajukan pertanyaan yang relevan, atau tujuan sosioemosional
mengontrol kemarahan, belajar akrab dengan teman sebaya. Menurut Schunk dan Zimmerman dalam Wolters, 1998 menyatakan
bahwa: Self-regulated learning are generally characterized as active learners
who efficiently manage their own learning experiences in many different ways.
Dari apa yang dikemukakan Schunk dan Zimmerman, merupakan para siswa yang mengatur dirinya dalam belajar pada umumnya digolongkan sebagai para
siswa yang aktif secara efisien mengelola pengalaman belajar mereka sendiri dengan berbagai cara yang berbeda-beda Schunk Zimmerman, 1994. Secara
teori, para siswa yang mengatur diri memiliki berbagai macam strategi kognitif dan metakognitif yang siap mereka gunakan, ketika diperlukan, untuk memenuhi
tugas-tugas akademis. Para siswa yang mengatur diri juga memiliki tujuan-tujuan belajar yang adaptif dan tetap dalam upaya-upaya mereka untuk mencapai tujuan-
tujuan tersebut Pintrich Garcia, 1991; Schunk, 1994. Terakhir, para siswa yang mengatur diri itu pandai dalam memonitoring dan, jika perlu, memodifikasi
penggunaan strategi mereka dalam merespon tuntutan-tuntutan tugas yang berubah-ubah Butler Zinne, 1995; Zimmerman, 1989. Singkatnya, para siswa
yang mengatur diri itu merupakan para peserta aktif yang termotivasi, mandiri, dan metakognitif dalam belajar mereka sendiri Zimmerman, 1990.
Beberapa definisi self-regulated learning tersebut dapat disimpulkan bahwa, suatu kegiatan belajar siswa yang memiliki kemampuan untuk menggunakan
aspek metakognisi, motivasi, dan perilaku dengan segigih mungkin, melalui caranya sendiri dalam mengarahkan dirinya untuk mencapai suatu tujuan yang
telah ditetapkan. Siswa yang meregulasi dirinya dalam belajar memegang keyakinan akan kecerdasan yang mereka miliki dan kegagalan serta kesuksesan
mereka sangat bergantung pada usaha mereka dalam menyelesaikan tugas. Para peneliti menemukan bahwa siswa yang memiliki prestasi tinggi sering
kali merupakan pelajar yang juga belajar untuk mengatur diri sendiri Paris paris, 2001; Pintrich, 2000; Pintrich Schunk, 2002; Zimmerman, 1998, 2000,
2001; Zimmerman Schunk, 2001. Guru, tutor, mentor, konselor, dan orang tua dapat membantu siswa agar mampu meregulasi diri dalam belajar. Karena siswa
yang berprestasi tinggi pasti menentukan tujuan yang lebih spesifik, menggunakan lebih banyak strategi belajar, memonitori sendiri proses belajar mereka, dan lebih
sistematis dalam mengevaluasi kemajuan mereka sendiri dibanding dengan siswa yang berprestasi rendah Santrock, 2007.
2.2.2 Karakteristik siswa yang mempunyai