Media dan Alat Peraga

mengajar dan dapat mempengaruhi efektifitas program instruksional. 36 Untuk membantu peserta didik ke tingkat yang lebih real nyata peranan alat peraga dalam pendidikan sangat membantu. Kemampuan guru memilih jenis alat peraga dalam pendidikan sangat menentukan kualitas proses belajar mengajar yang hidup dan aktif di kelas. Sebab peranan guru sangat menentukan keberhasilan belajar anak didiknya. Media pendidikan yang disebut audiovisual aids AVA menurut Encyclopedia of Education Research memiliki nilai sebagai berkut: 1. Meletakkan dasar-dasar yang konkret untuk berfikir. 2. Memperbesar perhatian siswa. 3. Membuat pelajaran lebih menetap dan tidak lupa dilupakan. 4. Memberikan pengalaman yang nyata yang dapat menumbuhkan kegiatan berusaha sendiri dikalangan para siswa. 5. Menumbuhkan pemikiran yang teratur dan kontiniu. 6. Membantu tumbuhnya pengertian dan membantu perkembangan kemampuan berbahasa. 37 Alat peraga sebagai cara untuk meletakkan cara berfikir kongkrit dalam kegiatan belajar, pengembangannya diserahkan kepada guru. Guru dapat mengembangkan alat peraga sesuai dengan kemampuannya. Dalam hal ini, akan terkait dengan kecermatan seorang guru dalam memahami kondisi psikologi siswa, tujuan metode, kelengkapan alat bantu. Kesesuaian dan keterpaduan dari semua ini akan sangat mendukung pengmbangan alat peraga. Kegagalan seorang guru dalam mengmbangkan alat peraga akan terjadi jika penguasaan terhadap karakteristik alat peraga itu sendiri sangat kurang. Pemamfaatan alat peraga dengan maksud mengulur- ngulur waktu tidak dibenarkan. Karena kegiatan belajar mengajar bukan untuk hal itu. Apabila pemamfaatan alat peraga dengan dalih untuk 36 M. Basyirun Usman, dan Asnawir, Media Pembelajaran, Jakarta: Delia Citra Utama, 2002, h. 11 37 Uzer Usman, Menjadi Guru Profesional,, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003, h. 32 memperkenalkan kekayaan sekolah, semua itu tidak ada sangkut pautnya sama sekali dengan pencapaian tujuan pembelajaran. Karena itu, pemanfaatan alat peraga hanya diharuskan dengan maksud untuk mencapai tujuan pengajaran. Dari pernyataan di atas disimpulkan bahwa alat peraga berfungsi untuk memperjelas konsep, terutama konsep yang abstrak menjadi bentuk konkret. Selain itu, penggunaan alat peraga dapat dikaitkan dan dihubungkan dengan pemahaman konsep untuk mencapai tujuan dari pembelajaran.

a. Alat Peraga Dakon secara Umum Dakon atau congklak adalah suatu permainan tradisional yang

dikenal dengan berbagai macam nama di seluruh Indonesia. Biasanya dalam permainan, sejenis cangkang kerang digunakan sebagai biji dakon dan jika tidak ada, kadangkala digunakan juga biji-bijian dari tumbuh-tumbuhan. Di Malaysia permainan ini lebih dikenal dengan nama congkak dan istilah ini juga dikenal di beberapa daerah di Sumatera dengan kebudayaan Melayu. Di Jawa, permainan ini lebih dikenal dengan nama congkak, dakon, dhakon atau dhakonan. Selain itu di Lampung permainan ini lebih dikenal dengan nama dentuman lamban sedangkan di Sulawesi permainan ini lebih dikenal dengan nama Mokaotan, Maggaleceng, Aggalacang dan Nogarata. Dalam bahasa Inggris, permainan ini disebut Mancala. Gambar 1 Papan Dakon secara umum Permainan dakon dilakukan oleh dua orang. 38 Dalam permainan mereka menggunakan papan yang dinamakan papan congkak dan 98 14 x 7 buah biji yang dinamakan biji congkak atau buah congkak. Umumnya papan dakon terbuat dari kayu dan plastik, sedangkan bijinya terbuat dari cangkang kerang, biji-bijian, batu- batuan, kelereng atau plastik. Pada papan dakon terdapat 16 buah lobang yang terdiri atas 14 lobang kecil yang saling berhadapan dan 2 lobang besar di kedua sisinya. Setiap 7 lobang kecil di sisi pemain dan lobang besar di sisi kananya dianggap sebagai milik sang pemain. Pada awal permainan setiap lobang kecil diisi dengan tujuh buah biji. Dua orang pemain yang berhadapan, salah seorang yang memulai dapat memilih lobang yang akan diambil dan meletakkan satu ke lobang di sebelah kanannya dan seterusnya. Bila biji habis di lobang kecil yang berisi biji lainnya, ia dapat mengambil biji-biji tersebut dan melanjutkan mengisi, bisa habis di lobang besar miliknya maka ia dapat melanjutkan dengan memilih lobang kecil di sisinya. bila habis di lubang kecil di sisinya maka ia berhenti dan mengambil seluruh biji di sisi yang berhadapan. Tetapi 38 http:id.wikipedia.orgwikiCongklak bila berhenti di lobang kosong di sisi lawan maka ia berhenti dan tidak mendapatkan apa-apa. Permainan dianggap selesai bila sudah tidak ada biji lagi yang dapat dimabil seluruh biji ada di lobang besar kedua pemain. Pemenangnya adalah yang mendapatkan biji terbanyak.

b. Aplikasi Dakon dalam Pembelajaran Matematika

Alat peraga dakon ini pertama kali dibuat oleh Slamet, salah seorang pengajar di SD Negeri Tuyuhan, Kecamatan Pancur, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah. Alat peraga dakon dalam penelitian ini umumnya agak sedikit berbeda dengan dakon pada umumnya, karna ada beberapa aturan dan cara permainan serta banyaknya kotak saja yang berbeda. Dakon dalam penelitian ini terbuat dari tripleks sepanjang sekitar 100 sentimeter dan lebar 25 sentimeter. Di badan tripleks itu terdapat 75 lubang kecil yang terbagi menjadi tiga baris menjadi 25 lubang pada setiap baris. Di atas setiap lubang di barisan teratas dituliskan angka 1-25. Adapun di bawah baris terakhir terdapat tiga lubang besar untuk wadah biji dakon yang biasanya dari biji pohon asem, sawo, dan batu kerikil atau kapur. Lubang-lubang itu terbuat dari bekas wadah agar- agar atau jeli, penganan anak-anak. Gambar 2 Papan Dakon pada penelitian Cara memainkannya adalah dengan meletakkan biji-biji dakon satu per satu di lubang dakon sesuai dengan kelipatan atau perkalian faktor. Syaratnya, siswa harus hafal kelipatan dan perkalian. Misalnya, untuk menentukan KPK 2 dan 3, siswa harus meletakkan biji dakon sejumlah kelipatan 2 di lubang-lubang baris pertama sesuai nomor lubang dakon dan kelipatan dua, yaitu 2, 4, 6, 8, dan seterusnya. Saat menjabarkan kelipatan 3, siswa menaruh biji dakon di lubang-lubang baris kedua sesuai nomor lubang dakon dan kelipatan 3, yaitu 3, 6, 9, 12, dan seterusnya. Dari baris lubang pertama dan kedua, siswa bisa menentukan KPK dengan melihat biji dakon yang letaknya satu kolom atau berada pada nomor lubang dakon yang sama. Misalnya, untuk menentukan FPB 12 dan 18, siswa harus meletakkan biji dakon sesuai factor 12 di lubang-lubang baris pertama sesuai nomor lubang dakon dan factor dua belas, yaitu 1, 2, 3, 4, 6,12. Saat menjabarkan factor 18, siswa menaruh biji dakon di lubang- lubang baris kedua sesuai nomor lubang dakon dan factor 18, yaitu 1, 2, 3, 6, 9, 18. Dari baris lubang pertama dan kedua, siswa bisa menentukan FPB dengan melihat biji dakon yang letaknya satu kolom atau berada pada nomor lubang dakon yang sama dan yang terbesar. Siswa dapat menggunakankan dakon dengan cara kompetisi antar kelompok maupun antar perorangan, dengan aturan menggunakan dakon serperti tertera di atas. Misalnya siswa dibagi kepada beberapa kelompok, hal ini dikarenakan terbatasnya alat peraga dakon, dalam satu kelompok terdiri dari 4 empat orang. Kompetisi dibagi dalam dua sesi, sesi pertama siswa dua orang dalam tiap-tiap kelompok, lalu mereka diberikan soal yang berkaitan dengan KPK dan FPB, kelompok yang tercepat dan benar dalam menjawab soal adalah pemenangnya, lalu diambil beberapa kelompok yang tercepat yang akan dikompetisikan dengan sesi kedua. Begitu pula dengan sesi kedua yang tercepat dan benar menjawab soal adalah

Dokumen yang terkait

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Block Dienes Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa Pada Pokok Bahasan Perkalian Dan Pembagian (Penelitian Quasi Eksperimen Pada Kelas Ii Mi Al Hidayah Depok)

3 16 240

Pengaruh penggunaan alat peraga kartu kotif (Koin Positif Negatif) terhadap hasil belajar Matematika Siswa ( Sebuah studi eksperimen di MI Syamsul Huda Ciganjur Jakarta)

1 7 182

Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Dakon Matematika (Dakota) Terhadap Hasil Belajar Matematika Siswa

23 132 295

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Penalaran Matematika Pada Siswa Ke

0 3 18

PENGARUH MODEL PEMBELAJARAN GROUP INVESTIGATION BERBASIS ALAT PERAGA TERHADAP HASIL BELAJAR MATEMATIKA Pengaruh Model Pembelajaran Group Investigation Berbasis Alat Peraga Terhadap Hasil Belajar Matematika Ditinjau Dari Penalaran Matematika Pada Siswa Ke

0 4 20

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA DALAM PENYAMPAIAN MATERI STEREOMETRI TERHADAP HASIL BELAJAR DITINJAU Pengaruh Penggunaan Alat Peraga dalam Penyampaian Materi Stereometri terhadap Hasil Belajar Ditinjau dari Daya Serap Siswa (Eksperimen Pembelajaran Matem

0 1 16

PENGARUH PENGGUNAAN ALAT PERAGA TERHADAPPRESTASI BELAJAR MATEMATIKA PADA SISWA Pengaruh Penggunaan Alat Peraga Terhadap Prestasi Belajar Matematika pada Siswa Kelas X SMA Widya Wiyata Semarang Tahun Ajaran 2010 – 2011.

0 2 14

PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MEQIP SISWA PENINGKATAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PENGGUNAAN ALAT PERAGA MEQIP SISWA KELAS IV SD NEGERI 02 DAGEN KECAMATAN JATEN TAHUN 2010/2011.

0 0 14

PENGGUNAAN ALAT PERAGA METERAN UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA BAGI SISWA BERKESULITAN BELAJAR MATEMATIKA.

0 1 11

PENGARUH PENGGUNAAN MEDIA DAKON BILANGAN TERHADAP HASIL BELAJAR PESERTA DIDIK PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA ARTIKEL PENELITIAN

0 2 12