Pengujian Hipotesis Pembahasan Hasil Penelitian

Karena F hitung kurang dari F tabel 1,05 2,05 maka H o diterima, artinya kedua varians populasi homogen. Dengan demikian asumsi homogenitas varians dipenuhi.

C. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan

1. Pengujian Hipotesis

Berdasarkan hasil uji normalitas dan homogenitas di atas, diperoleh bahwa kedua sampel berasal dari populasi yang berdistribusi normal dan kedua varians populasi homogen, maka selanjutnya data dianalisis dengan melakukan pengujian hipotesis. Pengujian hipotesis dilakukan untuk mengetahui ada atau tidaknya pengaruh dalam pembelajaran menggunakan multimedia interaktif terhadap pemahaman konsep matematika siswa. Dalam penelitian ini, pengujian hipotesis menggunakan uji t. Hipotesis statistiknya adalah 2 1 :    o H dan 2 1 :    a H . Dari hasil perhitungan uji t lihat lampiran 17, diperoleh nilai t hitung sebesar 4,77. Untuk nilai t tabel diperoleh dari tabel t dengan derajat kebebasan 62 dan taraf signifikansi    = 0,05, yaitu sebesar 2,00. Dengan membandingkan nilai t hitung dan t tabel diperoleh t hitung t tabel , ini berarti H o ditolak dan H a diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan multimedia interaktif lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa yang pembelajarannya secara konvensional. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel di bawah ini. Kesimpulan ini didasarkan pada resiko kekeliruan 5. Tabel 10 Hasil Perhitungan Uji Hipotesis Kelompok Sampel Mean t hitung t tabel Kesimpulan Eksperimen 32 64,81 4,77 2,00 Tolak H o Kontrol 32 47,31

2. Pembahasan Hasil Penelitian

Secara empiris, terlihat bahwa nilai rata-rata hasil tes akhir pada kelas eksperimen yaitu 64,81 lebih tinggi daripada nilai rata-rata pada kelas kontrol yaitu 47,31. Dilihat dari nilai modus, sebagian besar siswa pada kelas eksperimen memperoleh nilai di atas KKM yaitu sebesar 55 karena nilai modus KKM, sedangkan pada kelas kontrol nilai modus KKM, maka dapat disimpulkan sebagian besar siswa pada kelas kontrol masih belum mencapai standar KKM. Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji t pada taraf signifikansi 05 ,   dan derajat kebebasan dk = 62, diperoleh nilai hitung t sebesar 4,77. Sedangkan dari hasil perhitungan diperoleh nilai tabel t sebesar 2,00. Dari hasil pengujian tersebut diperoleh bahwa rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas eksperimen lebih tinggi daripada rata-rata kemampuan pemahaman konsep matematika siswa kelas kontrol. Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat pengaruh penggunaan multimedia interaktif terhadap pemahaman konsep matematika siswa. Pengaruh tersebut diakibatkan karena perlakuan yang berbeda yang diberikan kepada kedua kelas. Pembelajaran menggunakan multimedia interaktif memberikan suasana belajar yang baru kepada siswa karena proses pembelajaran dilakukan di laboratorium komputer. Masing-masing siswa menggunakan satu komputer. Dalam pelaksaannya, siswa memperoleh materi pelajaran yang disajikan dalam bentuk yang berbeda dari biasanya. Siswa memperoleh materi pelajaran dalam bentuk multimedia. Multimedia yang merupakan gabungan antara berbagai media di antaranya adalah teks, gambar, suara, animasi, grafik dan video menyajikan materi pelajaran dengan sajian yang menarik. Sajian yang menarik tersebut dapat membantu siswa memperdalam pemahamannya terhadap suatu materi. Terlebih lagi dengan sifatnya yang interaktif membantu siswa mempelajari materi sesuai dengan kemampuan dan kecepatannya dalam memahami suatu konsep. Ketika siswa belum paham akan suatu konsep, maka dia bisa mengulang mempelajari konsep tersebut, karena tombol pengendali sepenuhnya berada di tangan masing-masing siswa. Akibat perpaduan antara berbagai media serta sifat interaktif, maka siswa terlibat secara auditif, visual, dan kinetik sehingga materi yang disampaikan akan mudah dipahami oleh siswa. Pada pembelajaran menggunakan multimedia interaktif siswa lebih aktif untuk bertanya, misalnya setelah menyaksikan beberapa ilustrasi yang ditampilkan dalam bentuk animasi siswa cenderung bertanya tentang konsep dari materi yang sedang mereka pelajari, yang mana konsep tersebut sebenarnya akan mereka temukan jawabannya setelah ilustrasi terakhir. Ketika siswa memiliki pertanyaan tentang suatu konsep kemudian mereka memperoleh jawaban atas pertanyaan tersebut dengan memperoleh sendiri dari software pembelajaran, maka konsep tersebut akan lebih melekat dalam memori mereka. Hal ini terlihat pada saat siswa mengerjakan latihan soal yang diberikan oleh guru, mereka mampu mengerjakannya. Hasil penelitian yang dilakukan sejalan dengan hasil penelitian Mustofa Fahmi, bahwa pembelajaran menggunakan multimedia dapat memberikan kontribusi terhadap hasil pembelajaran, yaitu kemampuan komunikasi dan pemahaman konsep matematika. Berbeda dengan kelas kontrol yang pembelajarannya secara konvensional. Siswa hanya memperoleh penjelasan materi dari guru karena pada pembelajaran konvensional ini guru lebih mendominasi pembelajaran, sedangkan siswa lebih banyak diam, hanya memperhatikan penjelasan dari guru, dan kurang antusias untuk bertanya. Pada pembelajaran ini siswa cenderung sebagai pendengar, tidak ada variasi dalam penyampaian materi sehingga siswa kurang memahami konsep yang diberikan. Ketika siswa diberi latihan soal, siswa kurang mampu mengerjakannya sehingga guru mengulang kembali menjelaskan konsep yang berkaitan dengan latihan soal tersebut.

D. Keterbatasan Penelitian