22
diberikanan arahan agar bahan pustaka tidak cepat rusak dalam penggunaannya. Dengan pengetahuan tersebut, mereka
harus menerapkannya dengan menjaga disiplin seperti tidak membawa
makanan dan minuman ke dalam perpustakaan, tidak mengotori bahan pustaka maupun ruangan perpustakaan. Mengajarkan kepada pemustaka
untuk senantiasa disiplin dan menghargai kebersihan. Dengan demikian, pemustaka dengan sendirinya memiliki rasa tanggung jawab
saat menggunakan bahan pustaka tersebut. e. Fungsi kesabaran
Menjaga dan merawat bahan pustaka dengan penuh perhatian, melatih dan mengajarkan tentang kesabaran. Bagaimana kita menjaga bahan
pustaka agar tetap baik. Jika bahan pustaka mengalami kerusakan, maka bahan pustaka tersebut harus segera diperbaiki agar informasi yang
terkandung tetap terselamatkan. Pelestarian bahan pustaka mengajarkan bagaimana merawat bahan pustaka dengan cara menambal kertas yang
berlubang, membersihkan dari kotoran binatang kecil, kutu buku, noda dan lain sebagai dengan sabar.
f. Fungsi sosisal Pelestarian bahan pustaka mengajarkan untuk bersosisal, kerena
menjalankan pelestarian bahan pustaka tidak bisa dilakukan oleh seorang diri melainkan dengan bantuan orang lain. Pustakawan dan
pemustaka harus senantiasa bekerja sama untuk tetap menjaga bahan pustaka yang ada dengan baik.
23
g. Fungsi ekonomi Pelestarian bahan pustaka yang dilakukan melalui pengawasan yang
baik, menjadikan bahan pustaka lebih awet dan terjaga baik fisik maupun informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka tersebut.
Dengan demikian, dapat menghemat anggaran keuangan perpustakaan. h. Fungsi keindahan
Pelestarian bahan pustaka harus dilakukan dengan baik agar bahan pustaka senantiasa indah dan nyaman saat digunakan. Bahan pustaka
yang baik akan terlihat lebih indah diperhatikan mengenai penataannya. Bila penataan bahan pustaka sudah baik maka bahan pustaka tersebut
akan terlihat lebih menarik. Sehingga menambah daya tarik orang untuk datang keperpustakaan guna memanfaatkan informasi yang ada.
22
Menurut penulis, fungsi pelestarian bahan pustaka yaitu sebagai penyelamat bahan pustaka baik untuk menyelamatkan fisiknya maupun
informasi yang terkandung di dalamnya. Pelestarian bahan pustaka berfungsi untuk melindungin bahan pustaka dari hal-hal yang dapat
merusaka bahan pustaka itu sendiri, seperti tangan jahil manusia, serangga, jamur, maupun rusak karena dimakan usia. Pelestarian bahan pustaka
dimaksudkan untuk menyelamatkan informasi yang terkandung di dalam bahan pustaka tersebut.
22
Karmidi, Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarata: Universitas Terbuka, 1999.h.6-7
24
3. Unsur-unsur Pelestarian Bahan Pustaka
Untuk melaksanakan pelestarian bahan pustaka, maka terlebih dahulu harus diketahui unsur-unsur pelestarian bahan pustaka.
Penyimpanan dan pelestraian bahan pustaka terdiri atas kegiatan-kegiatan diantaranya:
a. Menyusun rencana operasional penyimpanan dan pelestarian b. Mengidentifikasi bahan pustaka
c. Mengelola jajaran bahan pustaka d. Merawat bahan pustaka
e. Melakukan opname bahan pustaka f. Mereproduksi bahan pustaka
g. Pengembanganpenambahan bahan pustaka
23
Berbagai unsur penting yang perlu diperhatikan dalam pelestarian bahan pustaka adalah:
a. Manajemennya, perlu diperhatikan siapa yang bertanggung jawab dalam pekerjaan ini. Bagaimana prosedur yang harus diikuti. Bahan
pustaka yang akan diperbaiki harus dicatat dengan baik, apa saja kerusakannya, apa saja alat-alat dan bahan kimia yang diperlukan dan
sebagainya. b. Tenaga yang merawat bahan pustaka dengan keahlian yang mereka
miliki. Mereka yang mengerjakan pelestarian ini hendaknya mereka yang telah memiliki ilmu atau keahlianketerampilan dalam bidang ini.
23
Sutarno, NS. Perpustakaan dan Masyarakat. Jakarta: Sagung Seto, 2006.h.104
25
Paling tidak mereka sudah mengikuti penataran dalam bidang pelestarian dokumen.
c. Laboratorium, suatu ruangan pelestarian dengan berbagai peralatan yang diperlukan, misalnya alat penjilidan, lem, alat laminasi, alat untuk
fumigasi, berbagai sikat untuk memebersihakan debu “vacuum cleaner” dan sebagainya. Sebaiknya setiap perpustakaan memiliki
ruangan laboratorium sebagai “bengkel” atau gudang buat bahan pustaka yang perlu dirawat atau diperbaiki.
d. Dana untuk keperluan kegiatan ini harus diusahakan dan dimonitor dengan baik, sehingga pekerjaan pelestarian tidak akan mengalami
gangguan. Pendanaan ini tergantung dari lembaga tempat perpustakaan bernaung. Kalau tidak mungkin menyelenggarakan bagian pelestarian
sendiri, dianjurkan diadakan kerjasama dengan perpustakaan lain. Ini dapat menhemat biaya yang besar. Kalau di kota ada badan komersial
dalam bidang ini, perpustakaan dapat menggunakan jasa mereka.
24
Dari pemaparan di atas penulis menyimpulkan bahwa, agar pelestarian bahan pustaka dalam pelaksanaannya dapat terarah, maka perlu
diketahui unsur-unsur yang harus dilakukan sebelum melaksanakan pelestarian bahan pustaka. Sebelum melaksanakan pelestarian bahan
pustaka, perlu diketahui jenis bahan pustaka, Sumber Daya Manusia SDM, tempat
pelaksanaan pelestarian
bahan pustaka,
waktu pelaksanaannya dan tidak kalah penting yaitu mengenai biayanya.
24
Karmidi, Martoatmodjo. Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1999.h.7
26
C. Faktor-faktor Kerusakan Bahan Pustaka
Pada umumnya bahan pustaka yang ada di perpustakaan terbuat dari bahan kertas. Bahan pustaka yang terbuat dari kertas mudah rusak bila tidak
mendapat perhatian khusus mengenai pelestarian bahan pustaka. Pelestarian bahan pustaka bukanlah suatu hal yang mudah, perlu keahlian khusus untuk
menerapkan pelestarian bahan pustaka. Untuk mencegah terjadinya kerusakan pada bahan pustaka, maka terlebih dahulu harus diketahui faktor-faktor
penyebab kerusakan bahan pustaka tersebut.
Dalam bukunya yang ditulis tahun 1966, plumbe menjelaskan secara panjang lebar mengenai berbagai perusak bahan pustaka untuk daerah tropis,
terutama yang dikenal di Indonesia yaitu: a serangga, b binatang pengerat, c jamur, d kelembapan, e debu, f gempa bumi, g kekeringan, h
gelombang pasang surut, dan i angin topan.
25
Faktor yang dapat merusak kertas dapat dibagi dalam 4 kelompok.
1. Kerusakan karena faktor Biologi a. Jamur fungi
Fungi adalah tumbuhan yang tidak mempunyai chlorophyl. Mereka mengambil makanan dari makhluk hidup lain sebagai parasit atau
bahan organik mati seperti sapropit. Sapropit penyebab kerusakan yang hebat pada bahan yang mengandung selulosa seperti kertas. Fungi juga
memproduksi beberapa asam organik seperti asam oksalat, asam
25
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.h.2.3
27
fumoric, sitrat, dan menyebabkan asam pada kertas dan akhirnya kertas menjadi rapuh.
26
Jamur juga memproduksi beberapa macam oreganik, seperti: asam oklat, asam fumorik, dan asam sitrat yang menyebabkan kertas
menjadi cepat rapuh.
27
Jamur yang bisa merusak bahan pustaka adalah jenis jamur yang lazim kita lihat pada pakaian, kertas, atau benda-
benda yang lain. Jamur jenis ini akan biasa membiak dengan leluasa jika benda tersebut terkena kotoran, debu serta tingkat kelembapan
yang tinggi yaitu 80 ke atas, dengan temperatur di atas 21 derajat celcius.
28
b. Serangga dan binatang pengerat Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki iklim tropis.
Iklim tersebut merupakan habitat binatang perusak bahan pustaka seperti rayap, kecoa, kutu buku, silverfish ikan perak dan lain-lain.
Serangga sangat berbahaya bagi buku dan merupakan ancaman yang paling potensial, terutama di negara-negara yang beriklim tropis seperti
Indonesia. Serangga seperti silverfish, kecoa, rayap, kutu buku dan bubuk buku cacing buku merupakan serangga pemusnah buku yang
sudah umum dikenal orang. Selain binatang-binatang tersebut, tikus merupakan binatang pengerat
yang dapat merusak buku. Biasanyanya buku yang suka dirusak oleh
26
Darmono. Perpustakaan Sekolah. Jakarta: Grasindo, 2007.h.93
27
Muhammad Razak. Pedoman Teknis Fumigasi. Jakarta: Perpustakaan Nasional RI, 1998.h.13
28
Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.h.2.6-2.7