Kendala-Kendala Dalam Pelaksanaan Kegiatan Pelestarian Bahan

105 pelestaraian bahan pustaka dengan enkapsulasi, dan kendala yang dialami oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan yang melaksanakan pelestarian bahan pustaka termasuk di dalamnya enkapsulasi. Dalam melaksanakan pelestarian bahan pustaka, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengacu pada undang-undang nomor 4 tahun 1990 tentang Serah Terima Karya Cetak dan Karya Rekam pasal 1, undang- undang nomor 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, dan peraturan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia no. 3 tentang organisasi dan tata kerja Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dalam hal ini, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis mengenai pelestarian bahan pustaka. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan landasan undang-undang tentang perpustakaan secara umum. Artinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis secara khusus untuk melaksanakan enkapsulasi. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi, dengan landasan yang dijelaskan di dalam draf. Draf tersebut dibuat oleh pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang isinya mengenai pelestarian bahan pustaka secara umum. Menurut penulis, meskipun undang-undang mengenai perpustakaan dan draf yang dibuat oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia hanya dijelaskan secara umum, namun landasan tersebut cukup kuat dari segi 106 relugasi-nya. Di antara penyebab Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis mengenai pelestarian bahan pustaka termasuk di dalamnya enkapsulai ialah karena adanya pergantian pemimpin Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pemimpin yang silih berganti dan pindah jabatan dari satu orang ke orang yang lain merupakan faktor yang membuat kebijakan tertulis tersebut belum terselesaikan. Pasalnya, apabila seorang yang menduduki jabatan tersebut dengan mempelajari dan membuat kebijakan tertulis namun belum selesai dan ada pergantian pimpinan baru, maka kebijakan tersebut harus dipelajari dan disusun dari awal kembali oleh pemimpin baru tersebut. Dengan demikian, pejabat tersebut harus mempelajari dari awal agar kebijakan tersebut lebih terarah alur pelaksanaan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Sementara itu, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan enkapsulasi pada surat kabar lama, naskah kuno, surat-surat perjanjian pada zaman Belanda, dan peta yang umumnya sudah rapuh. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi pada bahan pustaka tersebut sesuai dengan yang dijelaskan Martoatmodjo, bahwa: “pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi adalah berupa kertas lembaran seperti naskah kuno, peta, poster, dan sebagainya yang umumnya sudah rapuh.” 110 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi pada surat kabar lama karena dinilai enkapsulasi tersebut lebih efisien dibandingkan laminasi. Bahan pustaka yang dienkapsulasi, apabila suatu saat 110 Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 1993.h.113 107 ingin digunakan atau diambil aslinya maka tinggal memotong bagian pinggir mylar-nya saja dan dapat diambil dengan utuh. Selain itu, bahan pustaka yang dienkapsulasi tidak terlihat buram saat dibaca dibandingkan dengan metode laminasi. Surat kabar lama memang sudah selayaknya dienkapsulasi untuk menyelamatkan informasi, fisik, dan nilai history yang terkandung di dalamnya. Sedangkan naskah kuno, dienkapsulasi apabila ada permintaan dari bagian pelayanan yang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengingat tidak semua naskah kuno bisa dienkapsulasi karena berbagai macam bentuk dan bahan dari naskah kuno tersebut. Selain itu, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapulasi surat-surat perjanjian pada zaman Belanda. Enkapsulasi pada surat-surat tersebut dilakukan mengingat betapa pentingnya surat-surat tersebut terhadap sejarah bangsa Indonesia. Bahan pustaka lainnya yang dienkapsulasi ialah peta. Peta dilakukan enkapsulasi mengingat peta yang memiliki warna dan tidak selayaknya menggunakan metode bleaching karena dapat menyebabkan memudarnya warna yang terdapat di peta. Selain itu, metode lain pelestarian bahan pustaka pada peta yaitu dengan laminasi. Menurut hemat penulis, pelestarian bahan pustaka dengan laminasi pada peta mengakibatkan peta menjadi terlihat buram karena menggunakan Japanes tissue atau tisu Jepang. Namun apabila peta dienkapsulasi, maka warna yang ada pada peta akan terselamatkan. Selain itu, tampilan pada peta tidak terlihat buram mengingat enkapsulasi menggunakan plastik bebas asam transparan atau mylar. Akan