Kebijakan Enkapsulasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia

77 pelestarian modern dan masih terhitung muda. Pelaksanaannya dimulai pada tahun 1989 berdasarkan rekomendasi Internasional Review Team IRT yang terdiri atas para pakar pelestarian berasal dari Public Record Office Inggris, National Library of Australia, Royal Library of the Nederlands Belanda, Leiden University Belanda, National Diet Library Jepang, New York State Library Amerika, Library of Congress Amerika. Hasil kajian tim tersebut mencakup sumber daya manusia, kondisi fisik koleksi serta faktor lingkungan yang mempengaruhi rusaknya bahan perpustakaan. Salah satu rekomendasi IRT ialah perlu didirikannya Pusat Pelestarian bertaraf Nasional yang mampu mengakomodasi masalah pelestarian di Indonesia. Sebagai acuan dalam pelaksanaan pelestarian direkomendasikan untuk mengadopsi prinsip-prinsip dasar pelestarian Principles for the preservation and conservation of library materials yang diterbitkan oleh International Federation of Library Association and Institutions IFLA, 1986, yaitu meliputi pelestarian mengenai fisik bahan pustaka dan kandungan informasinya. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia telah melaksanakan enkapsulasi sesuai dengan teori enkapsulasi yang sudah ada. Tujuan menggunakan teori-teori yang sudah ada ialah agar pelaksanaan pelestrian bahan pustaka tidak keluar dari kaidah-kaidah yang sudah ada mengenai enkapsulasi itu sendiri. Menurut ESA, bahwa: 78 “Ya sudah sesuai, jadi kita pakai teori enkapsulasi yang bahannya sudah sesuai bebas asam baik mylar maupun double tape. 94 Diantaranya teori yang digunakan Pepustakaan Nasional Republik Indonesia ialah yang diungkapkan oleh Muhammad Razak , bahwa: “Enkapsulasi adalah salah satu cara preservasi kertas dengan menggunakan bahan pelindung untuk menghindarkan dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, rusak karena pengaruh asam, polusi udara, berlubang karena dimanakan serangga, kesalahan penyimpanan atau salah dalam pemakaian seperti menggulung atau melipat atau rusak karena selalu sering mengalami kerusakan kecil pada bagian pinggirnya lebih baik dienkapsulasi, karena untuk menambal kerusakan itu akan menghabiskan waktu yang terlalu lama.” 95 Teori lain yang diungkapkan oleh Karmidi Martoatmodjo, Enkapsulasi merupakan salah satu cara melindungi kertas dari kerusakan yang bersifat fisik, misalnya rapuh karena umur, pengaruh asam, karena dimakan serangga, kesalahan menyimpan, dan sebagainya. 96 Dengan teori-teori yang ada, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mengembangkan teori-teori yang sudah ada dengan cara studi banding ke beberapa negara. Negara-negara tersebut diantaranya Jepang, Belanda dan Malaysia. Teori-teori tersebut lalu dibandingkan dengan literatur-literatur yang ada di luar negeri. Setelah studi banding dan membandingkan dengan literatur- literatur yang ada diluar negeri, selanjutnya pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan pengembangan pembahasan mengenai 94 Wawancara dengan informan Ellis Sekar Ayu pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.30 95 Muhammad Razak. Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, Jakarta: Program Pelestarian Bahan Pustaka dan Arsip, 1992.h.39 96 Karmidi Martoatmodjo. Materi Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010.4.21 79 enkapsulasi secara fokus. Perpustakaan menjelaskan mengenai pelestarian bahan pustaka lebih mendalam hingga penjelasan mengenai praktek di lapangan mengenai enkapsulasi. Teori tersebut dikembangkan disesuaikan dengan kondisi bahan pustaka yang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia namun tidak menyimpang dari teori enkapsulasi itu sendiri. Tidak semua bahan pustaka yang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dienkapsulasi. Sejauh ini Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi bahan pustaka berupa surat kabar lama, sedangkan bahan pustaka berupa peta baru dienkapsulasi pada tahun 2015. Peta dienkapsulasi karena melihat kondisi yang tidak memungkinkan untuk dilining memperkuat kertas dengan memberikan lapisan tisu Jepang pada sisi belakang dokumen karena warna peta menjadi buram, maka dilakukan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Pernyataan tersebut diutarakan oleh informan ESA, bahwa: “Kebijakannya kalo untuk enkapsulasi itu biasanya surat kabar lama, peta yang memiliki dua sisi tapi biasanya peta itu dilining jika satu sisinya tidak ada kecuali kalau dua sisinya ada gambar baru dienkapsulasi. Terus kalo untuk naskah jarang sekali dienkapsulasi tapi mungkin kedepannya ya karena biasanya kalau naskan suka ada komplain, kalau di tisuin itu jadi buram.” 97 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi pada surat kabar lama, peta, naskah kuno dan jenis surat perjanjian berupa sertifikat-sertifikat zaman Belanda. Pernyataan tersebut diutarakan oleh informan MAW, bahwa: 97 Wawancara dengan informan Ellis Sekar Ayu pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.30 80 “Selain surat kabar lama, peta, dan naskah kuno biasanya kalo dikoleksi langka itu ada jenis-jenis surat-surat perjanjian, ada sertifikat-sertifikat zaman Belanda itu juga dienkapsulasi.” 98 Pernyataan tersebut sesuai dengan teori yang dijelaskan Martoatmodjo, bahwa: “Pada umumnya kertas yang akan dienkapsulasi berupa lembaran kertas seperti naskah kuno, peta, poster, yang umumnya sudah rapuh. Pada enkapsulasi setiap lembar kertas diapit dengan cara menepatkannya di antara dua lembar plastik transparan.” 99 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan enkapsulasi tentu saja memiliki tujuan. Tujuan Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan enkapsulasi diantaranya: a. Faktor history yang sangat bernilai b. Enkapsulasi dilakukan untuk menghindari sentuhan langsung dengan tangan manusia, karena tangan manusia memiliki keasaman. c. Untuk menyelamatkan informasi yang terkandung pada suatu dokumen. Menyikapi tujuan yang dilakukan oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia, maka pihaknya berusaha mengajak perpustakaan- perpustakan yang ada di Indonesia untuk melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Informan ESA mengatakan, bahwa: “memberikan penyuluhan kesetiap provinsi, dari setiap provinsi biasanya mengundang perpustakaan yang ada di kabupaten kota, 98 Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.00 99 Karmidi Martoatmodjo. Materi Pokok Pelestarian Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2010 81 jadi kita mempraktekkan bagaimana cara enkapsulasi, semacam Bimtek bimbingan teknis.” 100 Usaha tersebut dilaksanakan dengan melakukan penyuluhan ke daerah-daerah yang ada di Indonesia dengan tujuan agar perpustakaan- perpustakaan yang ada di Indonesia melakukan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Himbauan tersebut dituangkan dalam bentuk penyuluhan mengenai pelestarian bahan pustaka termasuk di dalamnya mengenai enkapsulasi. Selain itu, pendidikan dan pelatihan merupakan bentuk upaya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk mengajak perpustakaan-perpustakaan yang ada di Indonesia melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Pendidikan dan pelatihan penunjang kepustakawanan yang di dalamnya terdapat materi enkapsulasi termasuk upaya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk menerangkan betapa pentingnya dan berharganya bahan pustaka yang ada di perpustakaan. Maka bahan pustaka tersebut harus diselamatkan dengan melaksanakan pelestarian bahan pustaka termasuk di dalamnya enkapsulasi. Namun hingga saat ini, pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum mengetahui secara keseluruhan perpustakaan yang telah melakukan enkapsulasi di Indonesia. Pihaknya hanya mengetahui yang telah melakukan enkapsulasi diantaranya ANRI Arsip Nasional Republik Indonesia, selain itu Museum Bung Karno dan Bung Hatta melakukan 100 Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.30 82 enkapsulasi mata uang kertas mengingat kedua museum tersebut merupakan anak dari Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Dengan demikian menurut penulis, kebijakan yang berlaku di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yaitu mengacu pada isi yang tertera pada draf yang dibuat oleh Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Draf tersebut menjelaskan pelestarian bahan pustaka secara umum dan tentang organisasi dan tata kerja Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.

2. Prosedur Kegiatan Pelestarian Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi

di Perpustakan Nasional Republik Indonesia Pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi memang belum diketahui oleh banyak orang. Untuk mengetahui kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi, maka terlebih dahulu kita ketahui jenis bahan pustaka yang akan dienkapsulasi, alat dan bahan, dan prosedur enkapsulasi.

a. Jenis Bahan Pustaka yang Dienkapsulasi di Perpustakaan

Nasional Republik Indonesia Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan perpustakaan yang melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Sebelum melakukan enkapsulasi, maka terlebih dahulu diketahui jenis bahan pustaka seperti apa yang akan 83 dienkpasulasi agar kegiatan tersebut terlaksana sesuai dengan kaidah- kaidah yang berlaku. Jenis bahan yang dienkapsulasi di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan jenis bahan pustaka yang tercetak. Bahan pustaka tercetak tersebut diantaranya seperti surat kabar lama, naskah kuno, peta, dan sertifikat-sertifikat zaman Belanda. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melakukan enkapsulasi sejak tahun 1998 hingga saat ini. Sejak tahun tersebut, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi pada bahan pustaka jenis surat kabar lama. Menurut Made Ayu Wirayati, bahwa: “Untuk enkapsulasi itu sendiri sudah dilakukan berjalan sejak tahun 1998 dan itu sudah berjalan sampai sekarang dan dilakukan untuk surat kabar lama.” 101 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi pada surat kabar lama, dengan tujuan untuk menyelamatkan informasi yang terkandung di dalamnya. Selain itu Perpustakaan Nasional Republik Indonesia ingin menyelamatkan nilai- nilai history yang ada di dalamnya. Enkapsulasi yang dilakukan pada surat kabar lama untuk memperkuat bahan pustaka tersebut dan menghindari sentuhan langsung tangan manusia terhadap bahan pustaka berupa surat kabar lama yang dinilai rentan terhadap kerusakan karena termakan usia. 101 Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.00 84 Jenis surat kabar lama yang dienkapsulasi yang ada di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia merupakan surat kabar terbitan Indonesia dan Belanda. Surat kabar lama tersebut mayoritas warna kertasnya sudah berubah berwarna kuning dan sudah rentan terhadap kerusakan karena termakan usia. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia juga melaksanakan enkapsulasi pada naskah kuno. Namun enkapsulasi ini dilakukan apabila ada permintaan dari pihak bagian layanan naskah kuno saja, karena tidak semua naskah kuno dapat dienkapsulasi. Mayoritas naskah kuno dipertahankan bentuk aslinya karena dinilai itu merupakan bahan pustaka yang memiliki nilai history yang sangat tinggi. Seperti halnya enkapsulasi pada surat kabar lama, naskah kuno juga dienkapsulasi sesuai dengan teori dan teknik enkapsulasi yang dimiliki Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Pada tahun 2015, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia baru melaksanakan enkapsulasi peta seperti halnya pada surat kabar lama. Saat ini pihaknya melaksanakan enkapsulasi pada peta, karena dinilai peta merupakan bahan pustaka yang tidak dapat dibleaching memutihkan kertas. Seiring berjalannya waktu, Perpustakaan Nasional Republik Indonesia mempelajari pelestarian bahan pustaka untuk tidak dilakukannya bleaching pada peta. Bleaching pada peta mengakibatkan memudarnya warna pada peta. Oleh sebab itu 85 Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan pelestarian bahan pustaka pada peta tidak menggunakan metode bleaching lagi melainkan menggunakan metode enkapsulasi.

b. Alat dan Bahan Yang Digunakan Pada Proses Enkapsulasi

Setelah mengetahui jenis bahan pustaka dan bahan pustaka dalam kondisi seperti apa, selanjutnya yang perlu diperhatikan adalah mengenai alat dan bahan yang digunakan untuk melaksanakan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi dengan dua cara dalam pelaksanaannya. Cara tersebut yaitu enkapsulasi secara manual dan enkapsulasi dengan cara menggunakan mesin. Alat dan bahan yang digunakan untuk enkapsulasi secara manual diantaranya ialah: 1 Plastik PolietilenPolister yang bebas asam contohnya mylar dengan ukuran lebih besar dari kertas dokumen sebanyak dua lembar. 2 Double side tape yang bebas asam contohnya 3M dengan lebar 5mm. 3 Pemberat 4 Cutter 5 Cutter mate