69
baru, seperti komunisme. Koleksi deposit tahun 1924-1989, terdiri atas terbitan Indonesia pada masa itu.
Berikut ini adalah jumlah koleksi buku monograf di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia :
Tabel 2. Koleksi Buku Monograf
Kelas Judul
Eksemplar
000 453
1332
100 740
2212
200 3064
10.276
300 3003
8168
400 358
1153
500 551
1452
600 2695
8354
700 1804
5814
800 3061
7827
900 761
1770
Referensi 458
939
Jumlah 16.948
42.295
b. Koleksi Surat Kabar Koleksi surat kabar terjilid yang dimiliki Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia, terdiri atas terbitan masa kolonial
70
Belanda, zaman pendudukan Jepang, masa awal kemerdekaan, periode 1950-an sampai dengan terbitan tiga tahun lalu.
Tersedia lebih dari 1000 judul koleksi surat kabar terjilid, terbitan dalam dan luar negeri dalam bahasa Indonesia, bahasa
daerah, bahasa asing seperti Bahasa Belanda, Inggris, Perancis, Arab, Cina, dan Jepang. Selain terbitan LKBN antara, Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia memiliki surat kabar tua terbitan tahun 1812 yang merupakan koleksi unggulan Perpustakaan Nasional
Republik Indonesia. c. Koleksi Majalah
Meliputi terbitan sebelum perang dunia II, zaman pendudukan Jepang, periode kemerdekaan sampai yang diterbitkan
tiga tahun terakhir. Majalah tertua Perpustakaan Nasional Republik Indonesia terbit tahun 1731, majalah luar negeri tahun 1779, dan
majalah dalam negeri berbahasa Indonesia tahun 1903. d. Koleksi Kliping
Koleksi kliping ini mencakup kumpulan guntingan berita dan artikel berbagai surat kabar khususnya terbitan tiga tahun terakhir
tentang berbagai subjek. b. Koleksi Peta
Koleksi peta yang tersedia terbitan dari tahun 1609 sampai dengan sekarang. Peta Batavia merupakan koleksi tertua yang
diterbitkan tahun 1669. Jenis koleksi peta yang tersedia meliputi peta
71
topografi, geologi, kemampuan tanah, pertambangan, pertanian, dan sejarah. Media yang digunakan berupa kain, kertas, dan plastik.
c. Koleksi lukisan Untuk koleksi lukisan sebagaian besar merupakan reproduksi
lukisan arkeologi Indonesia seperti candi, patung, keris, dan sebagainya. Reproduksi lukisan tersebut merupakan hadiah dari The
British Library kepada Perpustakaa Nasional Republik Indonesia pada tahun 1995 yang aslinya masih disimpan di sana. Koleksi
lukisan unggulan lainnya adalah karya pelukis berkebangsaan Belanda dimasa kolonial yang bernama Johannes Rach.
d. Koleksi Audio Visual Koleksi audio visual disebut juga koleksi pandang dengar,
yang terdiri atas mikrofilm, mikrofis, foto, video, dan kaset yang berisi tentang film dokumenter seni serta berbagai koleksi PNRI
dalam format mikrofilm, mikrofis, maupun digital. e. Koleksi ManuskripNaskah Nusantara
Koleksi yang tersedia sebagian besar diantaranya hasil pengumpulan kolektor seperti Pigeaud, Brandes, Cohen, Von de
Wall, Van der Tuuk dan Artati Soedirjo, serta Gusdur. Jumlah koleksi naskah sekitar ± 10000 judul. Koleksi ini berusia ± 100
tahun, dan yang sudah dialih media ke bentuk mikrofilm sekitar ± 80 dari jumlah koleksi. Dan yang dialih media dalam bentuk
layanan digital baru sekitar 300-an judul naskah.
72
Berikut ini adalah jumlah koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia berdasarkan jenis bahan pustaka :
Tabel 3. Jumlah Koleksi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Jenis Bahan Pustaka Judul
Eksemplar Visual
51 212
Buku 15.508
44.259 Suara
1.908 3.956
Rekam Video 291
868 Jumlah
16.948 49.295
Gambar 2.
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
73
B. Hasil Penelitian
Pada bab ini selain menjelaskan profil objek penelitian, penulis akan memaparkan mengenai hasil obeservasi dan wawancara terhadap pelaksanaan
kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia yang mencangkup mengenai kebijakan,
prosedur, dan kendala yang dihadapi dalam pelaksanaan kegiatan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi pada Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia. Pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi merupakan upaya
penyelamatan khazanah pemikiran manusia. Upaya pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi pada Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
mencakup dua aspek mendasar yaitu menyelamatkan isi yang terkandung pada suatu bahan pustaka dan memperkuat bahan pustaka itu sendiri.
Untuk memperoleh informasi yang akurat, maka penulis melakukan wawancara terhadap informan yang ada di ruangan Sub. Bidang Perawatan
dan Perbaikan Bahan Pustaka Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Hasil wawancara terhadap informan-informan tersebut, selanjutnya akan
dijabarkan mengenai kebijakan, prosedur, dan kendala Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam melaksanakan pelestarian bahan pustaka dengan
enkapsulasi.
74
1. Kebijakan Enkapsulasi Perpustakaan Nasional Republik Indonesia
Dalam Melaksanakan Kegiatan Pelestarian Bahan Pustaka Dengan Enkapsulasi
Dalam hal ini, undang-undang No. 4 tahun 1990 tentang Serah Simpan Karya Cetak dan Karya Rekam merupakan acuan bagi
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dalam pelaksanaan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi. Selain itu undang-undang no. 43 tahun
2007 tentang perpustakaan juga menjadi landasan pelestarian bahan pustaka dengan enkapsulasi yang diikuti dengan peraturan Perpustakaan
Nasional Republik Indonesia no. 3 tentang organisasi dan tata kerja Perpustakaan Nasional Republik Indonesia.
Dari hasil wawancara kepada informan MAW Selaku Kepala Sub. Bidang Perawatan dan Perbaikan Bahan Pustaka, yang dilakukan
pada tanggal 16 juni 2015, mengatakan bahwa: “Kebijakan mengenai enkapsulasi, belum ada kebijakan tertulis.
Pelestaraian bahan pustaka belum memiliki kebijakan tertulis. Hanya ada penjelasan berupa lembar draf. Isinya tidak teknis
sekali, ini kan hanya menjelaskan secara umum, kita belum membuat kebijakan enkapsulasilaminasi seperti apa, itu belum
ada.”
90
Selain itu, penulis mewawancarai informan ESA, mengatakan bahwa:
“Tidak ada undang-undang khusus, hanya menggunakan undang- undang no 4 tahun 1990 sama no 43 tentang perpustakaan, selain
itu peraturan perpusnas no 3 sebagai landasan dasar hukum.”
91
90
Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.00
91
Wawancara dengan informan Ellis Sekar Ayu pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.30
75
Artinya Perpustakaan Nasional Republik Indonesia belum memiliki kebijakan tertulis secara khusus untuk melaksanakan
enkapsulasi. Perpustakaan Nasional Republik Indonesia melaksanakan enkapsulasi dengan landasan yang dijelaskan di dalam draf tentang
pelestarian bahan pustaka secara umum yang disusun oleh pihak Perpustakaan Nasional Republik Indonesia. Isi di dalamnya menjelaskan
mengenai kewajiban Perpustakaan Nasional Republik Indonesia untuk melaksanakan pelestarian bahan pustaka secara umum saja. Landasan
yang tertera di dalam draf tersebut mengenai pelestarian bahan pustaka diantaranya:
a. Undang-undang Republik Indonesia No. 4 Tahun 1990 tentang Serah Terima Karya Cetak Karya Rekam pasal 1 ayat 5,6.
b. Undang-undang Republik Indonesia No 43 Tahun 2007 tentang perpustakaan.
c. Peraturan Pemerintah No. 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintah Pusat, Pemerintah Daerah Provinsi, dan Pemerintah
Daerah KabupatenKota. d. Peraturan Pemerintah No. 24 Tahun 2014 tentang Undang-undang No.
43 Tahun 2007 tentang Perpustakaan e. Standar Nasional Perpustakaan
Menurut penulis, meskipun undang-undang mengenai pelestarian bahan pustaka hanya dijelaskan secara umum, namun landasan tersebut
cukup kuat dari segi relugasinya. Untuk kedepannya seiring berjalannya
76
waktu, pihak Perpustakaan Nasioanl Republik Indonesia membuat kebijakan tertulis khusus mengenai enkapsulasi. Hal ini tersebut terkait
dengan pengertian bahan pustaka menurut International Federation of Library Assosiation Informan IFLA yaitu mencakup semua aspek usaha
melestarikan bahan pustaka dan arsip. Termasuk di dalamnya kebijakan, pengolahan, keuangan, metode dan teknik penyimpanan.
92
Tujuannya ialah agar pelestarian bahan pustaka di Perpustakaan Nasional Republik
Indonesia lebih terarah. Dengan adanya kebijakan tertulis pelestarian bahan pustaka, jika ada pergantian SDM pada Sub. Bidang Perawatan dan
Perbaikan Bahan Pustaka, maka SDM baru tersebut dapat mempelajari dari kebijakan tertulis tersebut. MAW mengutarakan penjelasannya,
bahwa: “Yang melatar belakangi tidak ada undang-undang khusus, tapi
berdasarkan hasil survey IRT International Riview Team, mengatakan bahwa kondisi koleksi di Perpustakaan Nasional
sebagian sudah mengalami kerusakan termasuk diantaranya surat kabar lama, dan itulah yang menjadi acuan kita untuk melakukan
enkapsulasi terhadap surat kabar di Perpustakaan Nasional ini. Selain itu undang-undang nomor 43 tahun 2007 dan peraturan
Perpustakaan Nasional Republik Indonesia no 3 tentang organisasi dan tata kerja perpusnas juga mendasarinya karena kita
melestarikan. Jadi, berdasarkan hasil survey IRT International Riview Team mengatakan bahwa kondisi koleksi di perpustakaan
nasional sebagian sudah mengalami kerusakan sekitar 70.”
93
Menurut penulis, pelestarian bahan pustaka yang diterapkan di Perpustakaan Nasional Republik Indonesia dikategorikan sebagai
92
Sudarsono Blasius, Antopologi Kepustakawanan Indonesia. Jakarta: Sagung Seto, 2006.h.314
93
Wawancara dengan informan Made Ayu Wirayati pada tanggal 16 juni 2015 pukul 11.00