Perkembangan Kota Medan Melalui Pertumbuhannya

Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 34 Dari tabel di atas jelaslah bahwa perkembangan jumlah penduduk kota Medan yang cukup drastis menyebabkan tingkat urbanisasi yang tinggi sehingga dari analisa yang didapat bahwa jumlah penduduk yang semakin meningkat dapat menimbulkan gejala-gejala masalah kependudukan dimana pada akhirnya akan membawa masyarakat itu sendiri pada persoalan banjir yang didasari pada konsep lingkungan yang tidak seimbang antara manusia dan alamnya.

2.2 Perkembangan Kota Medan Melalui Pertumbuhannya

Perkembangan kampung Medan menjadi sebuah kota berhubungan erat dengan dibukanya perkebunan-perkebunan asing yang mengambil keuntungan dari komoditi ekspor ketika itu. Kesuksesan perkebunan-perkebunan ini diawali setelah berita kehebhan yang ada di negeri Belanda ketika Jacobus Nienhuys membawa hasil panen tembakau ke negeri Belanda dengan kualitas terbaik dan mencapai keuntungan yang besar. Maka dari banyak pengusaha-pengusaha perkebunan mengadu peruntungan di tanah Deli yang juga dijuluki sebagai Paris van Sumatera ini. Setelah dibukanya perkebunan-perkebunan tembakau swasta, maka keadaan kampung Medan telah beubah menjadi sebuah kampung yang sudah dapat dikatakan sebagai sebuah kota karena jumlah penduduknya telah mengalami peningkatan yang cukup tinggi. Maka dari itu, dari pihak pemerintah Belanda memiliki ide untuk memindahkan keresidenan Sumatera Timur yang awalnya berada di Riau untuk pada akhirnya Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 35 dipindahkan ke kota Medan karena lokasinya yang strategis, mudah dijangkau dari daratan dan lautan. Maka, ide itu disetujui oleh Gubernur Sumatera Timur sehingga kota Medan menjadi Ibukota Keresidenan Sumatera Timur. Sejak Medan menjadi ibukota Keresidenan Sumatera Timur pada tanggal 1 bulan Maret tahun 1887 maka tumbuhlah kampung- kampung seperti Petisah Hulu, Petisah Hilir, kampung Sungai Rengas, Kampung Aur dan Kampung Keling. Kemudian muncul kampung lain yang masuk ke wilayah Sultan Deli yaitu Kampung Maksum, Kampung Baru, Kampung Sungai Mati dan lain-lain. Dalam rangka kota Medan bersiap menjadi ibukota Sumatera Timur, sejak tahun 1886 dicari cara untuk membenahi kota agar pantas dalam kedudukan itu. Saluran-saluran yang lama diganti dengan sistem drainase yang baik, jalan-jalan diaspal, penerangan listrik dipasang kecuali air minum yang kondisinya belum baik. Komiaris-komisaris dari Deli Mij, tuan-tuan perkebunan seperti Tuan P. Kolf dan J. van Vollenhoven berhasil membujuk direksi mereka untuk mengatasi hal ini. Kemudian dibangunlah perusahaan air minum PDAM Tirtanadi saat ini pada akhir 1907 dengan kemampuan tandon air 1200 m³ dengan 21 km menyuplai 283 rumah. 14 Untuk memenuhi kebutuhan air bersih yang semakin meningkat di kota Medan, pada tahun 1929 mulai dipasang pipa-pipa besar untuk menyalurka air dari Sibolagit ke medan. 15 14 Hasibuan, Gindo Maraganti., Peran Serta Masyarakat dan Kelembagaan Terpadu dalam Pengelolaan banjir di Kota Medan Studi Kasus Banjir Kota Medan, Medan, 2005, hlm. 2 15 Tim Penguumpulan, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan pemerintahan Kotamadya Daerah Tingkat II medan, Loc Cit, hlm. 36 Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 36 Pembangunan perusahaan listrik Medan dimulai tahun 1898 dan mulai berperasi pada Maret tahun 1900 untuk menerangi jalan-jalan di Medan dan kebutuhan pasokan listrik untuk Medan Hotel, rumah Tjong A fie, Hotel De Boer, Istana Maimoon dan lain- lain. Salah satu perbedaan yang mencolok dimana hanya sebuah rumah yaitu rumah Tjong A Fie yang mendapatkan pasokan listrik sementara yang lainnya adalah berupa instansi, hotel-hotel, dan bangunan-bangunan megah. Jelaslah bahwa di dalam sejarah pembangunan kota Medan, peran warga asing dari Eropa dan keluarga Tjong A Fie memiliki peranan yang sangat besar. Bukan hanya perusahaan-perusahaan perkebunan yang berkembang pesat, selain sejumlah kampung-kampung baru mulai dibuka, bangunan-bangunan bergaya Eropa pun mulai dibangun arsitektur yang indah seperti Istana Maimun dan Mesjid Raya Medan yang dibangun tenaga ahli dari Belanda yang bernama Van Erp. Bahkan Medan disebut-sebut sebagai kota ratu queen city dari Pulau Sumatera dan terlebih lagi pionir lokasi pertumbuhan peusahaan perkebunan di Sumatera Timur yang sangat penting dan progresif. Saat ini kota Medan memiliki keanggunannya tersendiri, bersinar dalam hal bisnis yang dikelilingi kota-kota kecil yang indah yang ketika itu memiliki sanitari yang hanya dimiliki kota Medan dan banyak kota di Inggris Raya. Memiliki hotel-hotel yang bagus, jalus kereta api dengan arsitektur yang indah, lapangan pacuan, klub-klub lapangan tennis dan sepak bola, bioskop, dan semua atribut modern dari sebuah kota yang maju. Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 37 Namun tidak hanya itu, jika melihat situasi perkembangan sungai-sungai yang membelah kota Medan untuk mencari tahu penyebab awal ketidakacuhan berbagai pihak untuk lebih mengerti aspek-aspek yang mempengaruhi indikasi penyebab banjir di kota Medan. Maka kita perlu mengetahui berbagai aspek itu termasuk sungai yang dulunya sangat berperan dan sangat penting bagi kehidupan masyarakat di kota Medan. Sekitar tahun 1874 sebuah Benteng Belanda yang cukup besar dan kokoh bangunannya sudah siap dibangun berdekatan dengan kawasan Medan Puteri, yaitu di lokasi wisma Benteng dan Lippoland yang sekarang. Bangunan yang tampaknya menunjukkan identaitas kota medan pada saat sudah mulai tumbuh dan berkembang. Tempat benteng Belanda itu dibangun sangat strategis menurut ukuran masa itu. Karena letaknya berdekatan dengan kawasan pemukiman penduduk pribumu dan sekaligus dekat pula dengan Sungai Deli. Sungai itu dahulu dapat dimanfaatkan oleh serdadu belanda untuk mempermudah hubungan dengan Labuhan yang merupakan kota pelabuhan untuk memasuki Deli dari arah laut atau meninggalkannya dari menuju laut. Dapatlah dilihat betapa penting dan strategisnya kedudukan benteng Belanda itu, yang berdekatan dengan letak kampong Medan selaku pelabuhan tongkang dari laut yang membongkar muatan di situ untuk diteruskan dengan perahu-perahu lebih kecil mudik ke Deli Tua dan mudik Sungai Babura. 16 16 Tim Penguumpulan, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan pemerintahan Kotamadya Daerah Tingkat II medan, Ibid, hlm.63 Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 38 Dari sini, maka jelaslah perkembangan kampong Medan menjadi sebuah kota bergantung pada jalur transportasi yang ketika itu berupa transportasi air dikarenakan jalur darat yang berupa jalan setapak dan masih dikelilingi hutan belantara dianggap lebih aman dan lebih cepat untuk sampai ke tujuan. Berbeda dari sekarang sungai-sungai ini hanya berupa tempat membuang sampah dan diabaikan kebersihannya menyebabkan sungai tampak kumuh dan kotor. Memang sangat ironis apabila dibadingkan dengan perannya ketika sungai sangat diperhatikan dan dijadikan asset untuk mendapatkan nafkah sehari- sehari.

2.3 Kota Medan Menjadi Gemeentee 1918