Penanganan drainase Peran Serta Pemerintah dan Masyarakat Terhadap Pemeliharaan Drainase .1 Defenisi Banjir

Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 58 8. Sektor Small Town Deli Serdang 9. Sektor Small Town Binjai 10. Sektor Pengendalian Banjir 27 Sebagai catatan, sekktor pengendalian banjir hingga belum tercapai sepenuhnya sehingga proyek yang sangat memakan banyak waktu dan biaya ini bias dikatakan gagal bahkan dengan dana yang besar itu ada pejabat pemerintah yang melakukan korupsi dengan memenggal dana untuk pengendalian banjir dan dana itu untuk selanjutnya masuk ke kantong pribadi.

3.1.5 Penanganan drainase

Disamping perbaikan saluran limbah, kegiatan lain yang penting dalam program penyelamatan lingkungan pemukiman adalah pembangunan drainase. Kegiatan ini sangat diperlukan terutama bagi daerah-daerah perkotaan yang ssering mengalami banjir akibat letaknya yang rendah atau tofografinya yang datar. Genangan-genangan air tersebut akan menyebabkan terjadinya kerusakan pada badan-badan jalan dan prasarana lingkungan lainnya. 28 Masyarakat tidak peduli dengan kondisi drainase yang ada di depan rumah atau lingkungannya yang rata-rata memiliki kedalaman hanya 10 m dimana pada awalnya 27 Tim Penguumpulan, Penelitian dan Penulisan Sejarah Perkembangan pemerintahan Kotamadya Daerah Tingkat II medan Ibid, hlm. 233 28 Pemprov Daerah Tingkat I,Rencana PembangunanREPELITA Provinsi Daerahh Tingkat I Sumatera Utarra,198990-199394,Medan 1989 Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 59 kedalaman drainase adalah 60 cm, akibat dari minim atau tidak adanya pemeliharaan maka sedimen atau sampah masuk di dalamnya, yang berakibat jika hujan turun satu jam saja maka akan terjadi banjir atau genangan-genangan di lokasi ini. Hasil wawancara dengan masyarakat di lokasi Jalan Garuda Raya Perumnas Mandala membenarkan bahwa aparat pemerintah kecamatan atau desa khususnya kepala daerah tidak berperan untuk melibatkan masyarakat agar berpartisipasi menangani Operasi dan Pemeliharaan OP drainase, padahal mereka siap bergotong royong dan siap membayar iuran. Demikikan juga kondisi drainase di sepanjang Jalan Asia simpang Jalan Bakaran Batu, kedalaman drainase hanya 5- 10 cm. Dalam pembangunan drainase dulunya kurang melibatkan masyarkaat setempat sehingga peran serta masyarakat dalam memelihara drainase pasca konstruksi dapat dikatakan sangat minim sekali atau tidak ada, padahal mereka siap untuk berperan serta dan ingin membayar apabila iuran ditetapkan bagi mereka. Maka dari itu, ada kiranya kita perlu mengetahui defenisi peran serta masyarakat dalam pembangunan untuk melihat apakah msyarakat merupakan elemen untuk menciptakan dan menanggulangi banjir. Defenisi masyarakat dalam pembangunan : 1. Suatu masyarakat dikatakan berdaya apabila mereka dapat tampil sebagai pelaku utama dalam memecahkan masalah dan memenuhi kebutuhannya. Masyarakat yang bergantung pada pihak lain adalah masyarakat yang tidak berdaya. Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 60 2. Pembangunan komunitas : Pembangunan yang dimulai dengan masyarakat menyatakan keinginannya untuk masa depannya. Jadi pada prinsipnya bahwa setiap pembangunan baik fisik maupun non-fisik memerlukan sosialisasi sebelumnya kepada masyarakat terlibat di dalam proses pembangunan dan proses pemeliharaan setelah pembangunan itu selesai. Sehingga peran fasilitator dalam pembangunan itu selesai. Sehingga peran fasilitator dalam pembangunan masyarakat adalah sebagai dimulai dengan donor dan memberikan setelah mengenali kebutuhan masyarakat yang akan menguntungkan mereka, serta membantu masyarakat dalam kesejahteraannya dengan turut merencanakan masa depan masyarakat. 3. Peran serta masyarakat sebagai suatu cara melakukan interaksi antar dua kelompok atau sebagai proses dimana masalah-masalah dan kebutuhan lingkungan sedang dianalisa oleh badan yang bertanggungjawab. 4. Pembangunan dengan peran serta masyarakat secara aktif disebut juga dengan pembangunan partisipatif yaitu suatu proses pembangunan yang memberdayakan masyarakat mulai dari tahap perencanaan, pelaksanaan hingga pengwasan hingga pengawasan pembangunan. Di samping itu masyarakat juga menjadi prioritas dalam menikmati hasil-hasil pembangunan. 5. Peran masyarakat dapat dibedakan menjadi tiga tahapan yaitu : a. Tahap perencanaan yang biasanya diwakili oleh tokoh-tokoh masyarakat. Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 61 b. Tahap pelaksanaan yaitu masyarakat berperan serta dalam pelaksanaan kegiatan baik secara fisik maupun non-fisik. c. Tahap pemanfaatan yaitu masyarakat ikut berperan serta dalam menikmati dan memanfaatkan hasil-hasil pembangun 6. Partisipasi masyarakat menjadi bagian terpenting dalam pengambilan keputusan atas alokasi sumberdaya. Faktor-faktor yang mempengaruhi peran serta masyarakat terdiri dari tiga hal yakni keadaan sosial masyarakat, kegiatan program pembangunan meliputi kegiatan yang direncanakan dan dikendalikan pemerintah yang dapat berupa organisasi masyarakat dan tindakan kebijakan, serta keadaan alam faktor fisik atau keadaan geografis daerah. 7. Para ahli perencanaan hutan dan lingkungannya, sebagaimana halnya para pengambil keputusan semakin memikirkan rehabilitasi daerah aliran sungai. 29 Walaupun suatu DAS merupakan suatu unit fisik, bukan unti sosial, unit ini didiami oleh manusia, sumberdayanya dipakai untuk kegiatan-kegiatan produktif manusia, diperburuk dan dirusakkan oleh mereka. Hal inilah penyebab mengapa perencanaan tata guna lahan atau sebuah program pengawasan erosi tidak dapat difektifkan dan tidak dapat ditopasng kecuali apavila dirancang dengan mengikutsertakan penduduk di sekitar DAS dalam pekerjaan rehabilitasi. Proyek-proyek DAS berkaitan dengan manusia. Kunci untuk menjamin partisipasi masyarakat dalam program-program terletak pada rancangan strategi 29 Hasibuan, Gindo Maraganti., Peran Serta Masyarakat dan Kelembagaan Terpadu dalam Pengelolaan banjir di Kota Medan Studi Kasus Banjir Kota Medan, Medan, 2005, hlm. 22-24 Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 62 yang luas dan didasarkan pada suatu pengertian yang lebih baik atas kebutuhan-kebutuhan yang mereka rasakan dan prioritas dan khususyna penguasaan lahan setempat. Hal ini berarti bahwa waktu yang cukup harus disediakan pada awal proyek dalam kajian sosiologi supaya menetapkan bentuk stimulan rangsangan yang diperlukan untuk memperoleh kerjasama petani. Proyek MMUDP I dan II Medan Metropolitan Urban Development Project pada tahun 1982-1990 adalah untuk membuat dan memperbaiki drainase primer dan sekunder non-sungai, dalam hal ini di bawah bimbingan Tata Ruang dan Permukiman Provinsi Sumatera Utara. Namun dikarenakan belum selesainya pekerjaan secara keseluruhan karena adanya masalah pembebasan tanah baik Proyek Banjir Medan MMUDP, maka saluran drainase belum dapat berfungsi secaram optimal ditambah pada pelaksanaannya sulit berkoordinasi walaupun terdapat Provincial Project Management Unit PPMU hal ini terbukti dengan banyaknya subdrain zaman Belanda yang tidak berkoneksi dengan saluran drainase baik baru maupun rehabilitasi, pada beberapa lokasi di kota Medan seperti Sutomo, Sutrisno, Sambu, Jalan Parit Mas, dan lain-lain. Hal utama lain yang terlupakan bahwa proyek-proyek APBN tersebut maupun kota Medan tidak mengalokasikan atau tidak memiliki dana Operasi dan Pemeliharaan untuk pemeliharaan bangunan-bangunan tersebut. Sebagai bahan tambahan seperti apa peran serta pemerintah untuk tetap menjaga Operasi dan Pemeliharaan drainase di kota Medan, maka ada baiknya kita mengetahui Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009 63 defenisi kelembagaan sebagai refleksi peran pemerintah dalam menangulangi banjir dan dampaknya. 1. Kelembagaan adalah aturan main yang berperan penting dalam mengatur penggunaan atau alokasi sumberdaya secara efisien, merata dan berkelanjutan sustainable. 2. Kelembagaan adalah lembaga atau organisasi yaitu bentuk persekutuan antara dua atau lebih yang bekerjasama secara formal terkait formal terkait dalam rangka mencapai tujuan yang telah ditentukan. 3. Kelembagaan secara evolusi tumbuh dari masyarakat atu sengaja dibentuk. Namun pada hakekatnya bentuk kelembagaan mengatur tiga hal esensial yaitu penguasaan, pemanfaatan, dan transfer teknologi. 4. Kelembagaan sosial yang juga disebut lembaga kemasyarakatan merupakan himpunan norma-norma segala tingkatan yang berkisar pada suatu kegiatan pokok di dalam kehidupan masyarakat. 30

3.2 Perubahan Tata Guna Lahan Terhadap Debit Aliran