Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009
77 kerja, dan lebih mudah mendapatkan pekerjaan di kota, dimana yang seharusnya
berdasarkan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Utara no. 5 tahun 1995 tentang garis sempadan sungai mereka dilarang bermukim di bantara sungaianak sungai disamping
dapat menganggu kapasitas pengaliran sungai juga berbahaya jika sewaktu-waktu sungai banjir. Demikian juga dengan kondisi drainase yang sangat burukdangkal dan kadang-
kadang penuh sampah di hadapan rumah-rumah penduduk yang bilamana hujan turun akan penuh dengan aliran, akhirnya menjadi banjir dan tergenang yang sebenarnya jika mereka
sadar harus ikut memelihara sebagai bagian dari menjaga lingkungan di sekitarnya.
3.5 Urbanisasi dan Aspek Sifat-sifat Wilayah Perkotaan
Di dalam sejarah, urbanisasi besar-besaran timbul serentak dengan lahirnya revolusi di Eropa pada abad ke-18 dan ke-19. Bertumbuhnya industri secara besar-besaran telah
mengundang tenaga kerja dari desa untuk bekerja di kota dan pusat-pusat industri.
39
Seperti halnya yang dialami negara-negara yang sedang berkembang, Indonesia juga mengalami arus perpindahan penduduk dari desa ke kota cukup tinggi, walau secara
presentase belum setinggi tingkat urbanisasi di negara industri. Tetapi berbeda dengan di
39
Marbun, B.N ., Kota Indonesia Masa Depan, Masalah dan Prospek, Jakarta : Erlangga, 1990, hlm. 56
Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009
78 Negara industri , arus urbanisasi di Indonesia tidak diimbangi dengan adanya perluasan
kesempatan kerja di kota-kota. Ini menyulut permasalahan tempat tinggal dan taraf hidup. Di samping masalah tersebut, timbul pula berbagai masalah seperti dalam bidang ekologi.
Semakin tinggi arus urbanisasi yang tidak seimbang, dengan daya tampung kota, maka masalah sosial akan semakin bertambah pula.
40
Pada tanggal 12 Desember 1952, walikota Medan diangkat, yaitu A.M. Djalaludin, pada periode kepemimpinan beliau, kota Medan mulai menhgadapi tantangan-tantangan
terutama munculnya urbanisasi dari daerah-daerah di sekitarnya. Dan yang menonjol arus urbanisasi ini datang dari daerah Tapanuli. Kemudian disusul pula dari daerah-daerah
lainnya termasuk Aceh yang ketika itu dilannda pemberontakan sehingga penduduknya banyak yang mengungsi ke Medan.
41
Untuk daerah seperti kota Medan, mendapatkan pekerjaan dan pendapatan tidaklah terlalu sulit, kaum urbanisasi bisa menjual jasa berdasarkan kemampuan fisik native
capacity yang mereka miliki dengan melakukan pekerjaan kasar seperti kulu bangunan, kuli angkutan, buruh industri, tukang becak, kenek angkot, pedagang kaki lima, mereka
bisa mendapatkan pendapatan. Dan semuanya itu bisa terbuka. Optimisme hidup mereka justru tercipta di daerah yang baru ini dan merupakan daya tarik tersendiri yang mendorong
mereka untuk berurbanisasi ke kota. Beberapa factor penyebab urbanisasi adalah :
40
Ibid, hlm. 581
41
Sama. Hlm. 203. setelah masa pemerintahannya, diangkatlah Abdul Hakim menjadi walikota Medan yang pada masa pemerintahannya bersama-sama dengan Dr. T. Mansyur dan Dr. Sumarsono
mendirikan Yayasan Universitas Sumatera Utara yang kemudian dikenal hingga kini dengan nama Universitas Sumatera utara.
Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009
79 1.
Pendapatan perkapita yang relatif lebih tinggi di wilayah perkotaan. 2.
Tersedianya pelayanan yang lebih baik di wilayah perkotaan. 3.
Rendahnya pendapatan perkapita dan bertambah sulitnya lapangan pekejaan di wilayah pedesaan.
4. Keamanan yang kurang baik di wilayah pedesaan.
5. Faktor-faktor sosial lainnya, seperti rasa prestise yang tinggi apabila tinggal di
perkotaan.
Dari uraian di atas, kiranya pemerintah kota Medan bersama pemerintah provinsi Sumatera Utara dapat mencegah arus urbanisasi ini dengan prinsip kota Medan harus
menjadi kota dengan kondisi yang layak dengan membuat kesepakatan dengan kota-kota sekunder di sekitar kota Medan. Yang seharusnya dilakukan demi kelancaran kehidupan di
perkotaan dan di pedesaaan yaitu : 1.
Membangun fasilitas-fasilitas kota yang lebih baik dan lokasi industri didorong ke kota-kota sekunder seperti ke kota Binjai, Lubuk Pakam, Deli Tua dan Pancur Batu,
yang semua terletak di pinggiran kota. 2.
Mendorong perkembangan ekonomi pedesaan melalui rencana pembangunan sekunder dalam bentuk usaha memberikan pelayanan dan pemasaran barang-barang
pertanian untuk mendorong penyerapan tenaga kerja yang lebih banyak di sector pertanian.
Piolina : Banjir Di Kota Medan : Suatu Tinjauan Historis 1971-1990-An, 2009. USU Repository © 2009
80 3.
Mengusahakan pengingkatan kapasitas administrasi untuk kota-kota sekunder tersebut.
BAB IV DAMPAK DAN PENANGGULANGAN BANJIR DI KOTA MEDAN
4.1 Kerugian yang Diderita