Kehidupan Masyarakat Batak Toba di Manduamas

3.2 Kehidupan Masyarakat Batak Toba di Manduamas

Pada waktu itu masyarakat Pakpak Kelasen sudah hidup bercocok tanam membuka persawahan, perkebunan, dan sebagai sumber mata pencaharian juga mengambil hasil hutan yaitu rotan, damar, dan kapur barus. Orang Batak Toba yang datang kemudian ikut membuka lahan perkebunan dan persawahan sebagai salah satu upaya memanfaatkan lahan yang luas yang selama ini nampak sebagai hutan. Sistem nilai pada orang Batak Toba tradisional, tanah merupakan lambang kekayaan dan kerajaan. Memiliki tanah terutama persawahan memberi status yang tinggi bagi mereka, seperti dalam ungkapan Lulu Anak, Lulu Tano. 20 Kehadiran migran tersebut membuat mereka memilih tinggal menetap dan membuka lahan pertanian di daerah tujuan, sehingga berimplikasi pada meningkatnya kebutuhan akan tanah-lahan. Di daerah tujuan mereka yang bermigrasi tidak dapat terlepas dari kebutuhan akan tanah yang telah bermakna seperti di daerah asalnya. Untuk memenuhi kebutuhan tanah, penguasaan tanah biasanya di dapat melalui pelepasan adat maupun penyerobotan. Pelepasan secara adat dapat diberikan kepada anggota kelompok setempat atau kelompok luar dengan status kepemilikan hak pakai, dimana tanah dapat digunakan sampai keturunan selanjutnya. Bila tanah tidak dikelola lagi maka tanah tidak dapat dijual dan kembali kepada pemilik semula atau pemilik ulayat. 21 Pada awal mulanya masyarakat Pakpak Kelasen hidup dengan bercocok tanam di Manduamas dan seiring berjalannya waktu mereka mengusahakan dan menanam kemenyan untuk komoditi, yang hingga saat ini masih ada di Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Lintong Nihuta. Kemenyan yang merupakan salah satu usaha pertanian merupakan salah satu usaha yang berasal dari sub sektor perkebunan rakyat, belum dikenal secara luas dibandingkan dengan kopi, 20 Arti harafiahnya adalah suka akan anak gabe juga suka akan tanah. Ungkapan ini mengandung arti semakin banyak anak keturunan dibutuhkan areal pertanian yang luas untuk menghidupi mereka. 21 Simanjuntak, B.A. 2004. Arti dan Fungsi Tanah Bagi Masyarakat Toba .Medan: Masa Baru, hal 20. padi, kelapa sawit, karet dan produk perkebunan rakyat lainnya. Hal ini disebabkan manfaat secara nyata kemenyan ini belum jelas diketahui. Bahkan petani kemenyan sendiri pada waktu itu kurang jelas mengetahuinya. Petani dalam hal ini merupakan pekerja, pengumpul, dan penjualnya, dimana kemenyan yang mutunya sangat bagus memiliki harga jual yang relatif tinggi. Kemenyan merupakan jenis tanaman tua yang dapat tumbuh selama berpuluh-puluh tahun bahkan beratus tahun. Sehingga dalam memanen dapat dikerjakan beberapa generasi berikutnya. Begitu juga setelah mereka mengenal kapur barus juga untuk komoditi ekspor dengan memanfaatkan kayu kapur yang banyak tumbuh di negeri Si Onom Hudon seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya. Motivasi suku Batak Toba datang ke Manduamas dari jalur yang berasal dari Kabupaten Dairi adalah untuk penyebaran injil di Tanah Pakpak setelah sebelumnya Badan Zending masuk ke Tanah Toba. Pada mulanya Tanah Batak yang selama berabad-abad berada dalam keterkungkungan dan hal itu menjadi kebiasaan masyarakat Batak kala itu. Bahkan mereka memproteksi diri dari kehidupan lain di luar sistem sosio kemasyarakatan yang sudah terbangun pada orang Batak Toba. Badan Zending ini yang membuka isolasi melalui pendidikan yang ditularkan melalui pengajaran Agama Kristen, akhirnya membuahkan hasil dengan timbulnya minat orang Batak Toba melakukan persebaran ke seluruh pelosok. Hal mendasar dari cita-cita filosofi semua Orang Batak yaitu mengejar Hamoraon, Hagabeon, Hasangapon Kekayaan, kehormatan dan kebahagianadalah bagian paling kuat untuk mewujudkan keinginan-keinginan itu. Sebelum injil masuk masyarakat Batak merupakan penyembah berhala. Kehidupan agamanya bercampur antara menganut kepercayaan Animisme, Dinamisme dan Magis. Umumnya mereka percaya pada kekuatan di alam dan kekuatan benda-benda yang dikeramatkan. Masuknya Agama Kristen sangat berpengaruh terhadap perkembangan sosial masyarakat, terutama bagi masyarakat Batak Toba. Agama Kristen masuk ke Tanah Batak disiarkan oleh Misionaris dari Jerman yang bernama Ingwer Ludwic Nommensen pada tahun 1824 dan Nommensen secara Kristiani digelari sebagai Apostel Batak. Nommensen tak dapat dilupakan untuk tidak mencatatnya sebagai seorang yang telah berjasa membuka lembaran sejarah baru suku Batak Toba. Kedatangan etnis Batak Toba juga disebabkan keinginan orang Tapanuli Utara untuk menyebarkan injil ke Tanah Pakpak.Penyebaran injil di Tanah Pakpak terjadi pada tahun 1911 yaitu melalui para pedagang kaum Kristen dari Tapanuli Utara. Penginjilan etnis Batak Toba tidak dilakukan secara langsung akan tetapi melakukan pendekatan dengan masyarakat setempat dengan memperdagangan ulos dan alat-alat pertanian. 22 Memang pada awalnya kedatangan suku Batak Toba mendapat kecurigaanrasa tidak senang tapi lama-kelamaan rasa waswas dari masyarakat setempat hilang. Hal ini karena suku Batak Toba bukan secara langsung mengabarkan injil akan tetapi melakukan pendekatan dengan menjual cangkul dan memperbaiki alat-alat rumah tangga masyarakat Pakpak. Kehadiran missioner membawa pengaruh yang cukup baik yaitu adanya upaya-upaya perbaikan kesejahteraan penduduk setempat.Pemerintah kolonial Belanda yang telah menduduki Dairi mendukung upaya missoner tersebut.Orang-orang Batak Toba yang memasuki daerah Dairi semakin banyak untuk membuka lahan pertanian.Pendidikan modern pun mulai diperkenalkan dan upaya memperbaiki tata kehidupan ekonomi melalui usaha mengubah dan memperkenalkan cara-cara yang baru.Pada bidang pertanian, orang Batak Toba mulai memperkenalkan metode 22 Tulisan surat yang dikeluarkan oleh Kantor Pusat GKPPD “The Story Of TheEstabilishment Of GKPPD”. persawahan dan mulai membuka hutan sebagai lahan pertanian.Orang Batak Toba memperoleh lahan melalui aturan adat setempat.Dimana ada daerah tertentu yang dapat diolah menjadi pertanian seperti hutan dan ada lahan yang tidak dapat diolah yaitu lahan marga.Tempat tinggal orang Batak Toba yang pertama sekali bernamaPeduk. 23 Interaksi orang Batak Toba dengan penduduk asli suku Pakpak Kelasen cukup harmonis dan akrab. Awal perkenalan dari suku Batak Toba dan suku Pakpak akan menanyakan marga dan akan ditarik persamaan marga dari kedua belah pihak sehingga dapat diketahui tuturpanggilan apa yang baik untuk masing-masing. Karena suku Batak Toba dan suku Pakpak adalah sangat menghargai partuturon. Apabila tidak mengetahui dari tutur kepada orang lain dikatakan sebagai orang yang tidak tahu adat. Kerjasama diantara kedua suku juga terjalin

3.3 Interaksi Budaya Masyarakat Batak Toba di Manduamas