1. MengriritMengindangi meminang
Mengririt pada masyarakat Pakpak merupakan tahap pertama untuk memulai proses perkawinan. Mengriritadalah suatu tahap dimana seorang laki-laki dibantu dengan kerabatnya
untuk memilih atau meneliti seorang gadis idaman yang maudinikahi oleh sipemuda tersebut.Mengriritatau Mengindangimemiliki arti bagaimana seorang pemuda menyaksikan atau
melihat secara langsung bagaimanawatak dan kepribadian atau sifat-sifat seorang gadis. Sipemuda bahkan membutuhkan waktu yang sangat lama untuk mengririt sigadis pujaannya,
dimana bisa mencapai lima tahun. Perkenalan mereka pun biasanya dengan cara menggunakan alat atau bendayang memiliki arti simbolis misalnya silaki-laki meletakkan sisir sori banban
dimana kira-kira si gadis yang diidamkan tersebut biasa melintas atau memberikan sesuatu benda melalui seorang janda. Wadah mereka bertemu atau saling mengenal antara satu dengan yang
lain biasanya di tempat-tempat sebagai berikut:
a. Pesta Njahat dan Mengadati. Adapun makna dari Pesta Njahat adalah suatu acara berkabung
kematian, sedangkan mengadati adalah upacara perkawinan. Pada saat pesta tersebut biasanya peran para pemuda dan pemudi sangat diperlukan, misalnya sebagaipelayan.Bagi para pemuda
sering disebut sebagai pemberi tenaga, sepertimencari kayu bakar, memasak nasi, mencuci peralatan makan, dan jeniskegiatan lainnya.Sedangkan bagi pemudi disebut sebagai peramai
pesta ataupelayan terutama pada waktu makan.
b. Mosin Ulan atau Sirimpah. Mosin Ulan atau Sirimpah yaitu suatu bentuk pekerjaan yang
saling memberi dan menerima, maksudnya adalah parapemuda dan pemudi saling bergantianbekerja di ladang atau sawah yang jumlah waktunya atau harinya
telahditentukan.Begitu juga dengan menanam padi dan menanam jagung diladang. Pekerjaan
berikutnya yakni pada musim menanam padi, umumnyapara pemilik ladang akan mengundang para pemuda dan pemudi untuk turutserta dalam pekerjaan tersebut.
c. Melalui Perkenalan. Biasanya di desa-desa sekali seminggu aka nada hari pekan di
kotakecamatan. Tempat inilah salah satu perkenalan diantara pemuda dan pemudi.
d. Ipertandangen rumah seorang janda. Ipertandangen artinya tempat dimana biasanya para
gadis berkumpul dan tidur dimalam hari. Umumnya tempat mereka berkumpul tersebut di rumahseorang janda.Adapun tujuan mereka berkumpul biasanya untuk belajarbernyanyi dan
bercengkrama seputar pemuda yang disukainya. Biasanya saatmereka saling bercerita, maka para pemuda desa akan datingmenghampirinya untuk ikut dalam belajar bernyanyi dan
bercerita.Kebersamaan ini biasanya akan ada diantara mereka yang saling jatuh cinta.Mengririt bukan hanya kewajiban laki-laki, namun juga merupakan kewajiban perempuan, dalam falsafah
Pakpak disebut “Pengririt pe daholi, pengririten dengdaberu” , artinya walaupun laki-laki pintar untuk meneliti calon isteri, namun wanita jauh lebih pintar lagi untuk mencari pasangan suami.
30
Setelah dipertemukan antara laki-laki dengan sigadis dan mereka sepaham dansaling mencintai, maka mereka membuat suatu janji padan ditandai dengan saling tukar
cincin.Pertukaran cincin ini disaksikan oleh pengetua adat dan masing-masing orangtua kedua belah pihak.Janji padan disebut juga dengan Merbulaban. Dalam tukar cincin tersebut kedua
pasangan biasanya mengucapkan janji seperti “kong peurat ni buluh, kongen deng kata ni padan,” artinya kuat pun hukum lebih kuat lagi janji. “Ise siobah padan bana roji jopok, janah
jopok mo umurna,” artinya siapa yang mengingkari janji pendeklah umurnya. Apabila ada
2. Mersiberen Tanda Burju Tukar Cincin
30
Op.CIt Berutu, Lister, hlm 30
mengingkari janji, makadijatuhkanlah hukuman atau sanksi dan berlakulah hukum ganda.“Sigandua uratdipadempade, sada gabe dua, dua gabe enam,” apabila tanda yang
diterima dari laki-laki oleh perempuan kemudian diingkari, maka harus dibayar dengan dua kali lipat atau lebih dari jumlah yang diterima. Sedangkan apabila laki-laki yang mengingkari
berlakulah hukum “tinunjang ma milikna” , apa yang diberikan oleh pihak laki-laki kepada perempuan apabila diingkari maka dianggap hilang. Selanjutnya setelahselesai tukar cincin,
barulah disampaikan kepada orangtua masing-masing untukdilanjutkan ke jenjang perkawinan.
3. MengloloMengkata Utang menentukan mas kawin
Setelah tukar cincin selesai dilaksanakan, maka dilaksanakan mengkata utang menentukan mas kawin. Mengkata utangdilakukan setelah ada kesepakatan kedua pemuda-
pemudi untuk melangkah ke jenjang pernikahan yang disampaikan kepadaorangtua masing- masing dan keluarga terdekat. Setelah ada kesepakatan dariorangtua silaki-laki, maka orangtua
silaki-laki mengundang keluarga dan kerabat sibeltek dan anak berru. Orangtua silaki-laki akan mengutus anak berru dan perkata adatpersinabul tokoh adat ke rumah orangtua
perempuan untuk membicarakan mas kawin tersebut. Pihak persinabul laki-laki harus terlebih dahulu mengetahui beberapa hal sebelum mereka berangkat ke rumah pihak perempuan,yaitu
benda-benda apa saja yang akan dibawa ke sana sebagai mas kawin. Orangtua laki-laki akan memberikan emas dan perak borgot, cimata, siceger ari, tali abak, dan perhiasan lainnya. Atau
bisa juga dengan memberikan hewan ternak, tanah ataupersawahan, dan juga uang dan mandar kain sarung. Kemudian pihak persinabul juga harus tahu keberadaan atau tempat tinggal
orangtua calon pengantin perempuan, dan mencari tahu siapa persinabul pihak perempuan supaya mereka dapat mencari kesepakatan dalam mengkata utang menentukan mas kawin
Kedatangan rombongan kerabat silaki-laki telah diberitahukan sebelumnyabahwa kerabat silaki-laki akan datang ke rumah orangtua perempuan. Orangtuaperempuan juga
mengundang kerabatnya atau sibeltekna dan anak berru untuk membicarakan mas kawin anak gadisnya. Sebelum menentukan mas kawin, makaterlebih dahulu orangtua perempuan
menyiapkan hidangan makanan untuk perjamuanmakan bersama sebelum membicarakan mas kawin. Menurut adat Pakpak segalapekerjaan adat terlebih dahulu dilakukan makan
bersama.Setelah habis makanbersama, pihak keluarga perempuan menanyakan maksud kedatangan para kerabatsilaki-laki tersebut. Dari pihak laki-laki menjawab apa maksud dari
kedatanganmereka, yaitu untuk membicarakan mas kawin dan pihak laki-laki menyerahkanmarpurun dudur sirih. Selain sirih diberikan juga sira garam oleh-oleh tanda
sayang, ikan asin , nitak kue-kue, yang diberikan kepada orangtua siperempuan agar kiranya kula-kula menerima anak mereka menjadi menantunya.
Adanya kesepakatan antara kedua belah pihak mulailah dibicarakan maskawin atau disebut dengan acara mengelicing utang menentukan uang mahar boli.Dalam musyawarah
tersebut pihak perempuan meminta beberapa hal yang harusdipenuhi oleh pihak laki-laki. Hal- hal yang disepakati tentang mas kawin tersebut adalah:
1. Takal unjuken atauupah kesukuten.Berapa jumlah untuk takal unjuken kepada orangtua siperempuanbiasanya dalam bentuk uang, emas, tanah,sawah, yang khusus kepada orangtua
siperempuan. Yang terjadi saat inidikalangan masyarakat Pakpak hanya uang dan mas saja yang diminta karenabentuk yang lainnya sudah sulit dipenuhi. Pihak laki-laki juga harusmenyerahkan
Penanda, Tandean Kela bantal pengantin laki-laki, Olesperaleng,Oles culiknai, Olescabal- cibal, dan Oles penantum.
2. Upah Turang diserahkan kepada saudara laki-laki dari ayah si calon pengantin perempuan.Ini diberikan dalam bentuk uang, emas, dan kain.Jumlah danbesarnya tergantung kemampuan dari
pihak pengantin laki-laki atau orangyang berkewajiban membayarnya.Biasanya yang menyediakan atau yangberkewajiban adalah saudara kandung laki-laki dari ayah calon
pengantinlaki-laki atausaudara sepupu dari ayah calon pengantin laki-laki. 3. Togoh-togoh diserahkan kepada saudara dari ayah nomor dua. Togoh-togoh artinya yang
memberi makan sang pengantin ketika masih tinggal di rumahkeluarga sigadis. Jenisnya dapat berupa uang, emas sipihir-pihir dan oles satu helai.
4. Pertadoen diserahkan kepada saudara laki-laki dari ayah nomor tiga. Jenisnya uang dan oles satu helai.
5. Penampati diserahkan kepada saudara ayah satu kakek. Jenisnya uang dan oles satu helai. 6. Persinabulidiserahkan kepada pemerre. Jenisnya uang dan oles satu helai.
7. Upah Turang diserahkan kepada saudara laki-laki dari ibu si calon pengantin.Jumlah biayanya sama dengan upah turang. Yang menyediakannya adalahsaudara perempuan dari calon
pengantin laki-laki atau saudara perempuanayah calon pengantin laki-laki. 8. Upah Empung, jumlahnya setengah dari upah turang dan diserahkan kepada orangtua dari ibu
calon pengantin perempuan. 9. Penelangkeen Mbelen,diserahkan kepada saudara perempuan kakekayah sigadis.
Penelangkeen ini disebut juga takal pegu. 10. Telangke mangemolih, diserahkan kepada saudara perempuan ayah dari sigadis. Telangke
mangimolih ini disebut juga ekur pegu.
11. Upah mendedah, diserahkan kepada saudara perempuan dari ayah sigadis paling bungsu dan sering juga disebut ekur pegu.
12. Peroles,jumlahnya didasarkan pada kesepakatan bersama. Peroles yang ditunjuk dari pihak laki-laki harus menyediakan sejumlah uang dan sehelaioles sarung. Sebaliknya dari pihak
perempuan disebut simenjalo oles dan dia harus menyediakan senjalaken adat yang terdiri dari ayam satu ekor, beras, tikar dan sumpit kembal dan silampis.
Setelah menentukan jumlah dari mas kawin dan pembagiannya selesaidilanjutka dengan pembicaraan tentang jumlah kerabat pihak perempuan yang akanmenerima Olesyang harus
dibayar pihak laki-laki kepada keluarga perempuan.Peroles terbagi atas dua jenis, yaitu Peroles Mbelgah Kaing sisosiat dan Peroleskedek. Peroles mbelgah kedudukannya dalam kerabat
masih dekat, namun karena jumlah kaing terbatas, maka disebut peroles mbelgah.Pihak yang berhak menerima iniadalah saudara laki-laki dari pengantin perempuan yang telah
berkeluarga.Jenis kedua adalah peroles kedek yang diberikan kepada pihak pengantin perempuan dari kerabat ayah dekat lainnya.
Oles merupakan mas kawin yang paling tinggi pada etnis Pakpak, karenamereka meyakini bahwa oles ini mempunyai makna magis dan nilai filosofi, yaitu sebagai penghangat
jiwa dan sebagai pengikat antara seseorang dengan orang lain atau antara kerabat laki-laki dengan kerabat si perempuan. Oles juga merupakan lambang berkat bagi siapa saja yang
memakainya dan menjadi pelindung bagidirinya. Untuk itu setiap berru wajib memberikan oles dan uang kepada puang atau setiap anak kepada orangtuanya.
Penentuan pelaksanaan upacara perkawinan disepakati pada saat mengkatautang.Pada waktu dulu masyarakat Pakpak berpedoman pada kalender Pakpak Anggara Peltak dimana
mereka yakin bahwa hari itu akan membawa kebaikan dan kesejahteraan bagi mereka yang melaksanakan pesta perkawinan tersebut. Namunsaat ini dengan perkembangan zaman, hal itu
tidak dipedulikan lagi, tergantungkesiapan dan kesepakatan kedua belah pihak.Tetapi terlebih dahulu ditanyakankepada pihak keluarga perempuan.Setelah ada kesepakatan diantara
pihakperempuan, maka ditentukanlah hari pelaksanaan upacara perkawinan tersebut. Sebagai akhir dari pembicaraan menglolomengkata utangadalah kedua belah pihak
sama-sama membayar biaya pogo-pogo yang berasal dari pihak laki-laki yang diserahkan kepada pengetua adat pihak laki-laki dan pengetua adat pihak perempuan.Sebelum pago-pago
diserahkan, terlebih dahulu persinabul pihak laki-lakimenyerahkan sebagian mas kawin panjar kepada orangtua perempuan.
Mengkata utang telah selesai dilaksanakan, maka disaat pihak kerabat laki-laki akan pulang, pihak kerabat perempuan akan menyerahkan seekor ayam, beras,dan tikar kepada pihak
laki-laki untuk dibawa pulang ke rumah pihak laki-laki yang menandakan bahwa lamaran telah selesai dilaksanakan dan telah diterima oleh pihak kerabat perempuan
4.Muat Nakan Peradupen
Muat nakan peradupen dilakukan setelah diketahui hak dan kewajiban yang harus dipenuhi oleh kerabat calon pengantin laki-laki, setelah pelaksanaan mengkatautang.Muat nakan
peradupen adalah suatu tahapan yang biasa dilakukan oleh pihak orangtua calon pengantin laki- laki sebelum upacara perkawinan dilakukan. Mereka akan mengundang kerabat dekat
khususnya kelompok berru dan sinina untuk berkumpul, makan bersama, danmengadakan perundingan. Tujuan utamanya adalahuntuk merundingkan tentang bagaimana menghadapi
kerabat calon pengantinperempuan pada saat upacara.
Kegiatan ini dipimpin oleh seorang persinabul juru bicara yang ditunjuk oleh sukut.Setelah selesai acara makan bersama juru bicara akan memimpin dengan memberitahukan
tujuan undangan tersebut, yakni telah adanya kesepakatan antarakerabat calon pengantin perempuan dan kerabat calon pengantin laki-laki saatmengkata utang.Hal-hal yang dirundingkan
mencakup mas kawin yang harus disediakan oleh pihak calon pengantin laki-laki, menunjuk kerabat yang akanmenyediakan atau bertanggungjawab untuk membayar kaing dan peroles,
kesediaanundangan lainnya untuk membantu secara material dan menyumbang tenaga, sertamasalah-masalah teknis lainnya.
5. Tangis Berru Pangiren
Tangis berru pangerin merupakan pemberian makanan dari ibu calonpengantin perempuan kepada putrinya setelah pihak laki-laki menyerahkan maskawin kepada orangtua
perempuan. Makanan ini disebut nakan penjalon atau nakanpengendo tangis,yang artinya bahwa pihak laki-laki telah menyerahkan mas kawin mereka kiranya siperempuan mau menerima
kesepakatan yang telah disetujui olehkedua belah pihak. Pada waktu menyerahkan makanan tersebut ibu sigadis berkata:
“En mo berru kubereken ko mangan, imo nakan penjalon, enggo kujalo kamitokormu bai kalak simerkeleng ate bamu asa mangan mono kono” inilah putriku kuberikan kamu makan,
sebagai bukti kami telah menerima mas kawinmu dariorang yang mencintaimu, untuk itu makanlah.
Ada kalanya sebelum selesai si ibu menyampaikan apa maksud dan tujuanpemberian makanan tersebut, langsung disambut sigadis dengan tangisan. Dalamtangisan itu misalnya
diutarakan:
“enggo ngo keppeken peahen inang ni berruna mengukat berru ni inangna…,hargaan mono kepeken riar ni kalak asa berru ni inangna…” rupanya telah bosan ibuku memberi makan
putrinya atau lebih berharga uang orang lain daripada putrinya…. Makanan tersebut sering juga disebut dengan istilah Nakan Pengendo Tangismakanan
untuk dapat menangis. Seorang wanita rading berru akan mendampingi calon pengantin perempuan untuk mengunjungi dan berpamitan kepada semuakerabat dan keluarganya. Kerabat
atau keluarga yang dijumpai adalah saudarakandung ayahnya, saudara laki-laki ibunya, saudara perempuan ibunya dan saudara sepupunya.Semua keluarga yang dikunjungi oleh siperempuan
harus memberikanmakanan dan hadiah kepada siperempuan yang berupa perhiasan dan pakaian baju,selendang, dan mandar.Pihak keluarga juga memberikan nasehat atau didikankepada
siperempuan bagaimana hidup berkeluarga dan menjadi seorang isteri.Harus hormat kepada suami dan pihak keluarga suami, juga sayang kepada anak-anak.
4.2.1 Upacara Perkawinan
Upacara perkawinan biasanya dilaksanakan di kediaman orangtua calonpengantin perempuan dan itulah yang ideal menurut adat Pakpak.Sekarang ini sering juga dilaksanakan di
rumah calon pengantin laki-laki tergantung kesepakatan kedua belah pihak.Hari pernikahan telah tiba sesuai kesepakatan dan para kerabat laki-laki punberangkat ke rumah pengantin perempuan.
Pihak perempuan telah menunggu pihakkerabat laki-laki di halaman rumah mereka dimana berru mbelen berdiri paling depan dengan membawa pinggan yang berisi beras yang dilapisi dengan
sumpit kembal. Sebelum masuk pihak kerabat laki-laki harus melangkahi bara api yang diletakkan oleh pihak pengantin perempuan di depan rumah yang mempunyai arti
untukmenghangatkan jiwa dan pikiran para kerabat pengantin laki-laki.
Setelah rombongan memasuki rumah, maka pihak pengantin perempuan,pihak beru mbelen menyiramkan beras sambil berkata:
“Ndates mo beritanta karina, panjang umur si tua-tua melaun tua, anak-anakndor mbelen, pedas mo tendi mi juma mi rumah lambang dukut mberas page”makin tinggilah berita,
panjang umur orangtua, anak-anak lekas besar, hangatlah jiwa kita ke ladang dank e rumah, hasil padi melimpah ruah.
Pihak berru pengantin laki-laki selanjutnya menyerahkan oleh-oleh yaitu makanan yang disebut nakan luah.Lauknya terdiri dari ayam yang telah dipotong-potong sesuai
ketentuan.Ayam yang dipotong-potong tersebut harus sesuai dengan adat yang berlaku dan tidak boleh salah atau kurang dari kesepakatan. Jika hal ini terjadi, maka pihak persinabul laki-laki
harus memberikan uang kepada persinabul perempuan. Begitu juga dengan pujian yang diberikan oleh pihak persinabuperempuan jika potongan-potongan ayam tersebut telah lengkap
harus dibayar oleh pihak persinabul laki-laki dengan uang. . Bukan hanya pihak laki-laki saja yang akan memberikan makanan kepadapihak kerabat
perempuan, tetapi pihak kerabat pengantin perempuan jugamenyerahkan makanan-makanan ringan berupa pinahpah, nditak tepung beras, pisang, dan tebu. Acara ini disebut merdohom
dan biasanya pihak kerabat laki-laki juga menanyakan berapa jumlah makanan yang disediakan dan setiap makanan ituditutupi dengan daun pisang dan piringnya dilapis dengan kembal
sumpit. Selesai acara nikah kemudian dilakukan acara makan bersama. Pada saatmakan pihak
pengantin perempuan menyerahkan ndiadepen kepada pihak pengantin laki-laki yang disebut nakan penjalon. Sebaliknya pihak kerabat pengantin laki-laki menyerahkan ndiadepen pada
pihak pengantin perempuan yang disebut nakansilempoh panas.Pemberian nakan kela makanan pengantin diserahkan oleh ibu pengantin perempuan setelah pemberian ndiadepen selesai
dilaksanakan. Persulangen dalam adat Pakpak biasanya telah tertentu siapa-siapa yang menerima dan tidak perludibicarakan lagi pada saat upacara, karena mereka berpendapat bahwa
yang bukanmiliknya tidak bisa diambil atau dimakan, karena ini akan membuat dia merasa malu karena mengambil yang bukan miliknya dan bahkan orang menganggap dia tidaktahu adat.
Selesai acara pembagian sulang dilanjutkan kepada penyelesaian utang-utang adat yang telah disepakati bersama.
Saat membicarakan mas kawin pertama diselesaikan adalah mas kawin untuksukut selanjutnya kepada pihak-pihak lain yang berhak menerimanya. Sebelum pembicaraan mas
kawin dilakukan, terlebih dahulu si ibu pengantin perempuandiberikan minuman yang isinya berupa air beras yang dicampur dengan air asam.
Pihak kelauraga akan memberikan kata-kata pada saat menyerahkan minumantersebut, seperti berikut:“Enum kemo ndirabaren en, asa malum mo karina nasa similias deket
simengentek”minumlah kiranya sembuhlah segala yang sakit sakit hati dan sakit yangmendenyut.
Sebelum menerima mas kawin, secara bergilir semua pihak pengantinperempuan terlebih dahulu menyerahkan adatnya yang disebut penjukuti hewan ternak,beras, kembal, tikar,
sumpit, nditak kue dari tepung beras, pinahpah atau tipa-tipa, lemang, tebu, dan pisang. Pada saat itu juga sebelum pemberian mas kawin, orangtua perempuanmengajukan
permintaan khusus kepada pihak kerabat laki-laki. Permintaan ini khusus diberikan kepada ibu pengantin perempuan yang disebut dengan gedo-gedo atau todoan.Besarnya nilai gedo-gedoatau
todoan ini tergantung kesepakatan diantara kedua belah pihak dengan mengacu kepada kesanggupan dari pihak laki-laki untukmemenuhinya. Hal ini disepakati pada saat mengkata
utang, dan biasanya bentuk dari gedo-gedo itu adalah emas. Gedo-gedo atau todoan mempunyai arti bahwa ibulah yang mengandung, melahirkan, merawat, dan membesarkan anak gadisnya,
dimanasaat ini telah menjadi milik orang lain dan harus berpisah dari ibunya. Pada saat menerima mas kawin si ibu pengantin perempuan berdiri sambilmengucapkan
kata-kata: “En mo tuhu nggo kujalo tokor berungku, asa ndates mo berita kelangku
deketberrungku, meranak merberu beak gabe neayur ntua” inilah sudah kuterima mas kawin putriku kiranya makin dikenal masyarakatlah kabar menantu danputriku, lahirlah anak laki-laki
dan perempuan, terpandang dan berumurpanjang. Selesai mengucapkan kata-kata tersebut si ibu mengambil beras dari pinggandan
disiramkan ke atas kepala pengantin dan seluruh keluarga laki-laki. Pada saat menerima mas kawin orangtua pengantin perempuan berdiri bersama-sama dengansemua keluarga dekat dan
pada saat itu pula mereka menyampaikan kata-kata berkat melalui pantun. Beberapa oles yang harus diberikan oleh pihak kerabat pengantin laki-laki selain yang telah disepakati saat mengkata
utang, yaitu oles pergemgem untuk pemerintah setempat, oles persinabul diberikan kepada pengetua adat, reme-reme ijuluu tapin biasanya berupa uang utuk dibagi-bagikan kepada
undangan lainnya yang menghadiri pesta pernikahan tersebut, kemudian oles pemasu-masun untuk yang beragama Kristen yang diberikan kepada pendeta yang melakukanpemberkatan.
4.2.2 Pihak-pihak yang Terlibat Dalam Perkawinan
Pihak-pihak yang terlibat dalam perkawinan Pakpak adalah pihak laki-lakiyang disebut berru dan pihak perempuan yang disebut dengan kula-kula. Dalam adat Pakpak sering disebut
dengan Sangkp Nggluh yang sama dengan Dalihan Na Tolu dalam adat Batak Toba. Unsur di dalamnya ada tiga bentuk yaitu Kula-kula atau puang,Dengan Sibeltekkelompok
semarga,danBerru.Realisasi sikap tingkah laku Sangkp Nglluh menjadi pelindung adat dalam perkawinan dan sering juga disebut Sulang Silima. Disebut Sulang Silima karena sikap dan
tingkah laku adat perkawinan dituangkan dalam bentuk persulangan yang terdiri dari lima bagian, yaitu perisang-isang, perekur-ekur bungsu, pertulan tengah anak tengah, takal peggu
berru,tualn tengah kula-kula.
4.2.3 Perubahan yang Terjadi
Perubahan dalam sistem perkawinan. Sistem perkawinan sangat erat hubungannya dengan hal pembatasan jodoh. Adat suku bangsa Pakpak menganggap paling ideal apabila
seorang anak laki-laki mengawini putri saudara laki-laki ibunya puhun. Begitu juga dengan anak perempuan diharapkan kawin dengan putra saudara perempuan ayah namberru.
31
31
Lister Berutu, Adat dan Tata Cara Perkawinan Masyarakat Pakpak, Medan:Grasindo Monoratama, 2006. Hal 50.
Namun kenyataannya pada daerah penelitian, seorang anak laki-laki dan perempuan telah jarang
mengawini putri Puhun nya dan anak Namberru nya bagi anak perempuan yang disebut dengan Impal.Mereka lebih cenderung kawin di luar kerabatnya atau sukunya bahkan dengan suku
bangsa lainnya yaitu Batak Toba.Penyebab dari jenis pemilihan jodoh ini berakibat menjadi adat sistem perkawinan masyarakat setempat menjadi kabur.Sedangkan tahapan yang harus dilakukan
oleh seseorang untuk melakukan perkawinan juga mengalami perubahan. Contohnya jika
seseorang yang ingin kawin dia akan mencari pasangan hidupnya yang cocok tanpa mempedomani adat sukunya sendiri.
Perubahan upacara perkawinan. Jalannya upacara perkawinan dilaksanakan di rumah kediaman pengantin laki-laki.Setelah hari yang ditentukan telah tiba, semua kerabat laki-laki
mempersiapkan segala sesuatu untuk persiapan pesta.Mereka menari-nari yang diiringi musik keyboard dan menyanyikan lagu-lagu suku bangsa Batak Toba yang berhubungan dengan adat
perkawinan. Setelah rombongan pengantin perempuan sampai di depan rumah pengantin laki-laki,
maka mereka menari sambil berbaris diiringi musik dengan tarian Tortor Somba. Tarian menyembah yang dilakukan oleh pihak pengantin laki-laki dan posisi paling depan adalah berru
pengantin laki-laki. Yang berbicara pertama sekali adalah pengetua adat pengantin perempuan yang mengucapkan tiga kali Horas.Artinya adalah selamat berjumpa dan senang bertemu dengan
pihak pengantin laki-laki, serta pemberitahuan bahwa mereka yang datang dalam keadaan sehat walfiat. Sebelum pihak pengantin perempuan masuk ke rumah, maka pengetua adat kedua belah
pihak akan bersahut-sahut dan saling berbalasan, seperti inilah perkataannya: Kata-kata dari pihak pengantin laki-laki bahasa Batak Toba: “Nunga ro hamu tu bagas
name raja ni hula-hula name hundul ma hamu diamakna bolak asa marsipanganon hita. Artinya: Raja kula-kula, kalian telah datang dengan rombongan serta membawa makanan dan
minuman yang banyak masuk dan duduklah di dalam rumah biar kita makan bersama. “Nauli Raja, pamoruon name anak niraja do hape hamu siboto uhum dohot adat,
mauliate ma. Artinya: terimakasih rupanya kalian adalah keturunan dari seorang raja yang tahu dan mengerti akan adat dan hukum.
Setelah rombongan pengantin perempuan masuk ke rumah, mereka menyerahkan bawaannya kepada pihak pengantin laki-laki. Bawaannya disebut sebagai oleh-oleh atas
kedatangan mereka seperti beras di dalam tandok, sumpit, dan ikan mas yang disebut Ikan merbaris, nasi dan daging ayam telah dipotong sebelumnya. Setelah pihak laki-laki menerima
bawaan tersebut, maka nasi dan daging ayam langsung dimakan bersama pada saat itu juga sebelum pesta dimulai.
32
Acara kemudian dilanjutkan dengan makan bersama menurut adat yang telah diatur sebelumnya.Pihak laki-laki dan pihak perempuan duduk berhadap-hadapan.Pada saat itu juga
pihak kerabat laki-laki memberikan daging atau jagal babi atau kerbau kepada pihak pengantin perempuan sebagai makanan untuk pihak pengantin perempuan. Pihak pengantin perempuan
Setelah makan selesai dilanjutkan dengan tarian secara bergantian.Pihak berru atau saudara perempuan pengantin laki-laki yang pertama sekali menari, didampingi kedua pengantin
serta orangtua pengantin laki-laki dan juga kerabat semarganya.Disaat mereka menari, pihak pengantin perempuan datang menemui mereka serta membawa uang untuk disumbangkan
kepada kedua pengantin dan kepada kerabat pengantin.Memberkati atau memberikan pasu-pasu Kata-kata pemberkatan atau restu kepada semua pihak pengantin laki-laki dan bergabung untuk
menari bersama serta posisi saling berhadapan.Setiap barang yang dibawa oleh rombongan pihak pengantin perempuan dibalas juga oleh pihak pengantin laki-laki. Maksudnya akan ada balasan
dari semua barang yang dibawa oleh pihak pengantin perempuan dan telah ditentukan sebelumnya.
32
Ibid, Hal 20
akan memberikan Ikan sayur yaitu ikan mas dan daging yang telah dimasak sebelumnya untuk dimakan pihak kerabat laki-laki pada acara pesta tersebut.
33
33
Ibid, Hal 34.
Setelah acara makan selesai posisi duduk berhadapan kembali diantara kedua belah pihak sambil melanjutkan acara.Pihak pengantin laki-laki memberikan sebuah piring cantik
kepada pengetua adat pihak perempuan pinggan panungkunan, artinya piring pertanyaan yang isinya adalah uang, daging, dan beras.Setelah piring tersebut dikembalikan dan diterima oleh
pihak pengetua adat pengantin laki-laki, diisi kembali berupa uang dan emas yang sudah dijanjikan atau ditentukan sebelumnya oleh kedua belah pihak. Emas tersebut berupa kalung atau
Todoan yang akan langsung diberikan kepada ibu dari pengantin perempuan. Todoan tersebut diberikan sebagai ungkapan terimakasih bahwa selama ini ibulah yang telah melahirkan,
merawat, dan membesarkan anak perempuannya dan sekarang telah menjadi milik orang lain. Acara penyerahan isi piring telah selesai akan dilanjutkan dengan memperkenalkan
rombongan pengantin perempuan atau undangan mereka. Pihak pengantin laki-laki kemudian memberikan sejumlah uang kepada rombongan tersebut seperti pihak kerabat atau kaum semarga
dengan sibeltk dari orangtua pengantin perempuan dan kerabat sesama perempuan pariban dan pihak saudara perempuan ayah yang berpesta berru.Begitu juga dengan raja, pengetua
adat, arisan semarga, pemerintah setempat dan semua golongan pihak perempuan yang datang menghadiri acara pesta tersebut, semuanya diberikan uang oleh pihak kerabat laki-laki. Uang
tersebut adalah suatu alat atau cara mereka untuk bersalaman, sehingga menjadi saling kenal diantara kedua belah pihak.
Jika seorang laki-laki yang melakukan pesta tidak mengawini putri Puhun nya atau tidak mengawini Impal nya, maka akan dibuat sejenis Perjambaran yang diserahkan orangtua
laki-laki kepada pamannya Puhun yang disebut Tittin Marakkup, yaitu berupa uang yang diberikan sebagai tanda bahwa bere nya tersebut telah mengawini putri orang lain. Begitu juga
halnya dengan pihak pengantin perempuan memberikan sejumlah uang kepada Puhun pengantin laki-laki.Tujuan pemberian tersebut adalah menandakan bahwa mereka adalah sudah Sisada
Berru atau telah sekerabat dengan adanya kesamaan bagi mereka yaitu statusnya adalah pihak pemberi isteri kula-kula kepada orangtua pengantin laki-laki.Pihak pengantin perempuan
beserta rombongan selanjutnya Mengolesi atau memberikan kain kepada pihak laki-laki. Jenis oles yang dipakai adalah Oles Batak yang diberikan oleh kerabat pengantin perempuan kepada
kerabat pengantin laki-laki yang telah disepakati sebelumnya. Acara Mengolesi ini diiringi musik dan tari-tarian. Setiap oles yang diberikan kerabat perempuan akan dibalas oleh kerabat
laki-laki dengan memberikan uang kepada yang mengolesi. Sumbangan atau tuppak dari pihak kerabat pengantin laki-laki akan dibalas oleh pihak
kerabat pengantin perempuan seperti Parjambaran kedua belah pihak kerabat yang berpesta. Bentuk tuppak yang dalam bahasa setempat disebut Roji adalah uang atau sumbangan. Diantara
kedua belah pihak akan saling membalas tuppak, sumbangan dari lawan kerabatnya dengan jenis yang sama. Artinya bahwa pihak kerabat laki-laki akan membalas sumbangan kerabat pengantin
perempuanberupa tuppak atau sumbangan yang sama. Acara berikutnya adalah pemberian Boras Parbue Pir yang diberikan oleh pihak
pengantin perempuan, yaitu berupa beras yang diberikan kepada pengantin laki-laki.Ini bertujuan agar selalu sehat, seia sekata dan menjadi keluarga yang teladan di tengah-tengah masyarakat
serta berbakti kepada orangtua bagi pengantin baru tersebut.Beras ini diberikan oleh ibu
pengantin perempuan. Selanjutnya adalah acara ruhut-ruhut, yaitu syarat-syarat adat, dimana pihak perempuan akanmengolesi para pengetua adat kedua belah pihak yang artinya adalah adat
perkawinan pada hari tersebut telah dijalankan olehnya para pengetua adat dengan baik, yaitu dengan memberikan uang kepada mereka. Pengetua adat kedua belah pihak juga saling
mengolesi, yaitu saling menyalamkan uang diantara pengetua adat tersebut.Tujuannya adalah diantara pengetua adat atau raja-raja adat harus saling menghargai antara satu dengan yang
lainnya. Setelah acara ini selesai, maka kegiatan atau adat perkawinan secara utuh telah
dilaksanakan.Ucapan selamat jalan dan kata-kata olop-olop atau ucapan yang sangat menyenangkan juga turut menyemarakkan akhir pesta tersebut.Para pengetua adat meresmikan
acara pesta perkawinan tersebut serta mengumumkan kepada seluruh undangan bahwa pesta telah selesai dilaksanakan dengan baik.
Pada saat ini masyarakat Pakpak Kelasen telah menggunakan adat Toba dalam pesta perkawinan dan mulai meninggalkan adat Pakpak. Adat Pakpak yang berubah tersebut adalah :
1. Pemberian OlesUlos
Dalam adat Pakpak yang memberikan olesulos adalah pihak pengantin laki-laki paranak kepada pihak pengantin perempuan perberruhula-hula.Artinya adalah sebagai
balasan kepada orangtua pengantin perempuan atas jasanya selama ini dalam merawat putri mereka, dimana oles tersebut dapat memberikan kehangatan bagi orangtua pengantin perempuan.
Tetapi saat ini setelah adat Batak Toba digunakan yang memberikan olesulos adalah pihak pengantin perempuan perberruhula-hula kepada pihak pengantin laki-laki anak
berruparanak. Maka sebagai balasan, pihak pengantin laki-laki akan memberikan uang kepada
pihak pengantin perempuan. Artinya adalah denganmemberikan ulos kepada pihak pengantin laki-laki maka akan banyak berkat yang akan diterima oleh pihak pengantin laki-laki tersebut.
Selain perubahan yangmemberikan olesulos, makna dari pemberian olesulos tersebut juga berubah.Dalam acara mengolesimangulosi diiringi musik Batak Toba dan tari-tarian Batak Toba
tortor. Sebagai balasan dari ulosoles yang diberikan pihak pengantin perempuan, pihak pengantin laki-laki akan memberikan uang yang jumlahnyabermacam-macam tergantung jenis
olesulos yang diberikan.
2. Bahasa yang digunakan dalam adat perkawinan
Dalam adat perkawinan dari awal acara sampai akhir bahasa yang digunakanadalah bahasa Batak Toba. Seperti dalam penyambutan pihak pengantin perempuansetelah sampai di
depan rumah pengantin laki-laki, pengetua adat akan mengucapkan kata Horas sebanyak tiga kali yang mempunyai arti selamat datang dan semoga sehat walafiat. Dalam penggunaan
pantunperibahasa juga menggunakan bahasa BatakToba, seperti: Bintang na rumiris tu ombun na sumorop
Anak per iris dohot boru pe torop Artinya adalah:
Bintang-bintang yang berbaris di atas embun kedua pengantin akan melahirkan anak perempuan
dan laki-laki yang jumlahnya banyak.
3. Bentuk OlesUlos
Selain pemberian ulosoles, bentuk dan ciri ulosoles juga berubah. Saat ini oles yang dipakai bukan lagi oles khas Pakpak, seperti kitir-kitir, cap padi sebagai mandar, oles
mercimata, akan tetapi telah menggunakan ulos Batak Toba seperti Sadum, Ragi Idup, Ragi Hotang, dan lain-lain. Jadi pihak pengantin perempuan tidak lagi membawa tikar, kembal,
silampis putih, pisang, lemang, pinahpah, itak, dan ayam, tetapi telah digantikan oleh ulos Batak Toba. Barang yang dibawa pihak pengantin perempuan adalah beras, ikan mas yang namanya
disebut Ikan Merbaris, nasi, dan daging ayam. Pihak pengantin laki-laki akan memberikan daging hewanatau Jagal kepada pihak perempuan dan pihak perempuan memberikan Ikan Sayur
yaitu ikan mas dan ayam yang telah dimasak untuk dimakan pihak kerabat laki-laki pada acara tersebut.
Salah satu adat Pakpak yang masih digunakan walaupun menggunakan adat Batak Toba adalah pemberian Todoan.Todoan ini diberikan kepada ibu pengantin perempuan berupa emas,
yang mempunyai arti ibu adalah yang mengandung, melahirkan, membesarkan, dan merawat anaknya tersebut yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. Tetapi pemberian Todoan ini
juga tergantung kesepakatan kedua belah pihak, misalnya perkawinan perempuan Pakpak Kelasen dengan BatakToba. Jika sudah sepakat maka pihak laki-laki akan memberikan Todoan
kepada ibu pengantin perempuan pada saat upacara adat perkawinan.
4.3 Faktor Internal 1. Adat Pakpak yang Rumit
Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian bahwa menurut mereka pelaksanaan adat Pakpak yang dirasakan oleh masyarakat saat ini sangat rumit dan terlalu
banyak.Seperti yang diungkapkan seorang informan sebagai raja adat, berubahnya adat perkawinan yang digunakan oleh Pakpak Kelasen dengan menggunakan adat Batak Toba
diakibatkan sangat sulit mencari bahan-bahan yang diperlukan untuk pesta perkawinan dan itu sulit didapatkan pada saat ini. Dalam adat Pakpak harus dipersiapkan belagen kembal, tikar,
baka sumpit kecil, cinahpah, pisang, beras, lemang,nitak, ayam, dangaram. Untuk mempersiapkan semua itu sangat sulit, apalagi belagen kembal dan baka sudah sangat sulit dan
jarang ditemukan.Hal ini disebabkan pengrajinpembuat belangen kembal dan baka sudah tidak ada lagi, begitu juga dengan bahan untuk membuatnya yaitu daun pandan tidak ada ditanam
lagi.Para orangtua juga tidak mau mewariskan atau mengajari anak-anaknya untuk menenun belagen kembal dan tikar ini.Sehingga saat ini sudah sangat jarang ditemukan orangtua dan anak
muda yang dapat membuat belangen kembal, tikar, baka, dan cinahpah tipa-tipa.Mereka berpendapat bahwa semua itu sangat sulit dibuat dan merupakan pekerjaan yang
membosankan.Bahkan ada anggapan dikalangan masyarakat muda Pakpak Kelasen membuat belangen kembal sudah tidak zamannya lagi.
34
Menurut informasi dari para informan bahwa perkembangan adat Pakpak daritahun ke tahun mulai mengalami penurunan yang disebabkan kurangnya dukungandari masyarakat
2. Adat Pakpak yang Kurang Mendapat Perhatian Dari Masyarakat
34
Wawancara dengan Gustaman Tumanggor, 32 Agustus 2014 di Manduamas
Pakpak umumnya dan Pakpak Kelasen khususnya.Mereka tidak maumengembangkan dan mendukung adat kebudayaannya sendiri, bahkan seperti inginmenghilangkan kebudayaannya.
Bahkan masyarakat Pakpak Kelasen lebihmelestarikan dan mengembangkan budaya etnis lain, yaitu budaya Batak Tobadengan menggunakan adat itu dalam upacara pesta perkawinan mereka.
Ini jugasangat mempengaruhi dalam pelestarian adat budaya Pakpak. Banyak masyarakat Pakpak Kelasen saat ini kurang peduli terhadapkebudayaannya
sendiri, sehingga mereka tidak lagi mempertahankan danmelestarikan kebudayaannya.Dikalangan masyarakat Pakpak Kelasen tidak adaregenerasi terhadap adat
Pakpak. Orangtua dan para tokoh adat tidak menurunkan dan melestarikan kebudayaan itu kepada generasi muda, malah mereka menggunakanadat kebudayaan lain dan meninggalkan
budayanya sendiri. Jika ingin tetapmelestarikan adatnya, maka para orangtua dan tokoh-tokoh adat harus tetap memakai dan melestarikan adat Pakpak yang selama ini sudah mulai
ditinggalkan.Lambat laun pada generasi yang berikutnya tidak lagi mengetahui adat Pakpak dan lebihmengenal adat Batak Toba. Para anak-anak muda atau generasi muda di wilayah Si Onom
Hudon juga ikut-ikutan terhadap apa yang dilakukan oleh paraorangtua dan kurang perhatiannya untuk lebih mendalami adat mereka sendiri.Bahkan mereka juga meminta kepada para orangtua
jika ingin melaksanakanperkawinan sebaiknya menggunakan adat Batak Toba.
3. Adat Pakpak yang Kurang Mendapat Dukungan Pemerintah
Selama ini pihak pemerintah tidak memberikan dukungan yang besar terhadappelestarian Kebudayaan Pakpak.Pemerintah cenderung mengikuti keinginan
darimasyarakat yang menggunakan adat Batak Toba dalam pesta adat perkawinan.Para tokoh adat sudah sering meminta kepada pemerintah untuk melakukan langkah-langkah pelestarian
adat Pakpak dengan menggiatkan kembali usaha perkebunandaun pandan sebagai bahan dasar pembuatan kembal dantikar.Serta meminta kesiapan pemerintah untuk melakukan penyuluhan
kepada masyarakat tentangpentingnya melestarikan adat Pakpak.
Seharusnya pemerintah setempatlah yang harus mengajak setiap tokoh adat,para orangtua, dan generasi muda untuk melestarikan adat mereka sendiri.Peranpemerintah adalah
mengajak masyarakat untuk menanam kembali daun pandansebagai bahan dasar untuk membuat belangen kembal dan tikar, juga mendirikan atau membuat usaha tenunan belagen kembal dan
tikar. Kenyataannya saat ini pemerintah belum memberikan perhatian yang serius bagaimana cara supaya adat Pakpak initetap dilestarikan dan tetap digunakan terutama bagi generasi muda.
4.4 Faktor Eksternal
Seperti yang sudah dibahas sebelumnya bahwa migrasi Batak Tobalah yang menjadi faktor yang mempengaruhi perubahan budaya Pakpak Kelasen. Dengan adanya migrasi Batak
Toba pengaruh penggunaan bahasa Batak Toba di kalangan masyarakat sangat kuat. Demikian halnya dengan perubahan adat perkawinan yaang semata-mata berubah karena masyarakat
Pakpak memiliki interaksi yang intensif dengan Batak Toba. Latar belakang perubahan adat Pakpak ini disebabkan anggapan masyarakat mengatakan bahwa adat Pakpak terlalu rumit,
mereka lebih melestarikan adat lain, regenerasi adat Pakpak kurang mendapat dukungan masyarakat daan dukungan pemerintah setempat. Dalam perkembangan zaman sekarang ini
masyarakat ingin melakukan yang praktis dan sederhana saja. Beberapa faktor lain yang mengikuti adalah faktor letak geografis yang berdekatan antara wilayah Pakpak dan Toba,
perkawinan campuran antara kedua suku, dan faktor kedatangan misionaris.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
5.1. Kesimpulan