Latar Belakang Masalah Pengaruh Budaya Batak Toba Terhadap Masyarakat Pakpak Kelasen Di Kecamatan Manduamas (1946-1992)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Kebudayaan menurut Koentjaraningrat 1980, kata “kebudayaan” berasal dari Bahasa Sansekerta budhayah, yaitu bentuk jamak dari budhi yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian budaya dapat diartikan “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Sedangkan kata “budaya” merupakan perkembangan majemuk dari “budi daya” yang berarti “daya dari budi” sehingga dibedakan antara “budaya” yang berarti “daya dari budi” yang berupa cipta, karsa dan rasa dengan “kebudayaan” yang berarti hasil dari cipta, rasa dan karsa. Unsur-unsur kebudayaan. Menurut konsep B. Malinowski, kebudayaan di dunia mempunyai tujuh unsur universal, yaitu: Bahasa, Sistem Teknologi, Sistem Mata Pencaharian, Organisasi Sosial, Sistem Pengetahuan, Religi, Kesenian. Dari ketujuh unsur kebudayaaan ini merupakan acuan bagi penulis dalam mengkaji budaya dan perubahan budaya yang terjadi pada masyarakat Pakpak Kelasen dan pengaruhkebudayaan suku Batak Toba terhadap kebudayaan Pakpak Kelasen di Kecamatan Manduamas. Pakpak Kelasen merupakan salah satu wilayah yang menjadi bagian dari suku bangsa Pakpak yang berada di Kecamatan Parlilitan dan Kecamatan Tarabintang Kabupaten Humbang Hasundutan, dan Kecamatan Manduamas.Beberapa wilayah Pakpak yang lainnya adalahPakpak Keppas, Pakpak Pegagan, Pakpak Simsim, dan Pakpak Boang.Kelimawilayah ini berbeda dalam sistem administrasi pemerintahan, sehingga namanyadibedakan berdasarkan tempatnya atau wilayahnya.Penelitian yang dikaji hanya satu wilayah saja yaitu Pakpak Kelasen. Alasan penulis meneliti wilayah ini karena makin hilangnya identitas kebudayaan dari Pakpak Kelasen tersebut, dimana saat ini adat budaya Pakpak Kelasen telah berubah dengan menggunakan adat budaya Batak Toba. Suku Pakpak mendiami wilayah yang disebut dengan Tanah Pakpak, yanglingkungan wilayahnya berbeda dengan wilayah Dairi yang sekarang, yaitu daerahKeppas yang daerahnya mulai dari batas Tele di Humbang Hasundutan sampaidengan ke perbatasan Aceh. Daerah Pegagan mulai dari daerah Silalahi, Paropo,sampai dengan pesisir Bllo Kotacane.Daerah Simsim mulai dari batas Dolok Sanggul sampai ke Penanggalan Aceh. Daerah Kelasen yang sekarang masuk ke wilayahKabupaten Humbang Hasundutan yang berbatasan dengan Tapanuli Tengah, dandaerah Boang dengan wilayah Simpang Kiri dan Simpang Kanan yang masuk daerahKabupaten Aceh Singkil, dan Subulussalam. Secara umum Pakpak dapat digolongkan menjadi lima bagian berdasarkanwilayah komunitas marga dan dialek masing-masing. Pertama, Pakpak Simsimyaitu orang orang Pakpak yang menetap dan memiliki wilayah Simsim. Marga yangmenetap di sana yaitu marga Berutu, Sinamo, Padang, Solin, Banuarea, BoangManalu, dan Cibro Sitakar. Kedua, Pakpak Keppas yaitu orang Pakpak yangmenetap dan berdialek Keppas dengan marga Ujung, Bintang, Bako, dan Maha,dengan menempati wilayah Kecamatan Silimapungga-pungga, Kecamatan TanahPinem, Kecamatan Parbuluan, dan Kecamatan Sidikalang. Ketiga, PakpakPegagan yang juga berdialek Pegagan dengan marga Lingga, Mataniari, Maibang,Manik, dan Siketang, menempati wilayah Kecamatan Pegagan Hilir, KecamatanSumbul, dan Kecamatan Tigalingga. Keempat, Pakpak Kelasen, yaitu orangPakpak yang berdialek Kelasen dengan marga Tinambunan, Tumangger, Maharaja,Turuten, Pinayungen, dan Nahampun atau sering disebut dengan Si Onom Hudon, kemudian marga Kesogihan, Meka, Berasa, Mungkur yang menempati wilayahKabupaten Humbang Hasundutn di Kecamatan Parlilitan, Kecamatan Tara Bintang,dan Kabupaten Tapanuli Tengah di Kecamatan Barus dan Kecamatan Manduamas. Dan kelima, Pakpak Boang yang berdialek Boang, dengan marga Sambo, Penarik, danSaraan. Wilayah yang ditempati Pakpak Boang ini adalah Kabupaten Aceh Singkildan kota Subulussalam. Sebutan suku Pakpak sering disebut dengan Pakpak Dairi. Dairi merupakan nama yang diberikan oleh pemerintah Hindia Belanda pada saat menjajah Tanah Pakpak yang dinamai dengan Dairi Landen. Tanah Pakpak dibagi-bagi oleh Belanda dalam berbagai wilayah, sehingga dengan mudah melumpuhkan perjuangan Sisingamangaraja XII yang pusat pemerintahannya di Pearaja dan beberapa wilayah Pakpak. Dengan demikian daerah administrasi Dairi Landen dapat dipisahkan dari daerah-daerah masyarakat Pakpak lainnya, misalnya di kecamatan Parlilitan Kabupaten Tapanuli Utara menjadi Kabupaten Humbang Hasundutan, Tongging Karo, Boang Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam, serta Barus dan Manduamas Kabupaten Tapanuli Tengah. 1 1. Daerah Kelasen menjadi wilayah Tapanuli Utara. Sejak kedatangan Kolonial Belanda pada tahun 1908, Tanah Pakpak resmi dibagi-bagi seperti : 2. Daerah Manduamas masuk wilayah Tapanuli Tengah. 3. Daerah Boang masuk wilayah Aceh Selatan. Walaupun pada akhirnya untuk memperluas hegemoni kekuasaan Belanda di Sumatera, hak ulayat tanah Pakpak yang dulunya satu di bawah naungan Dairi secara administratif dipecah. Hasilnya dibawahi oleh tiga Daerah Tingkat II yakni: 1 Flores Tanjung, et.al, Dairi dalam Kilatan Sejarah Medan: Perdana Publishing, 2011 hlm 11 1. Pakpak secara administratif Kabupaten Dairi adalah: Pakpak SIMSIM, Pakpak PEGAGAN, dan Pakpak KEPPAS. 2. Pakpak secara administratif Kabupaten Tapanuli yakni Pakpak KELASEN. 3. Pakpak secara administratif Kabupaten Aceh Selatan yakni Pakpak BOANG. Pakpak Kelasen, yakni orang Pakpak yang berasal dan berdialek Kelasen, dengan marga Tinambunan, Tumangger, Maharaja, Turuten, Pinayungan dan Nahampun atau sering disebut juga dengan Si Onom Hudon. Sionom Hudon bahasa Batak Toba adalah terjemahan dari bahasa Pakpak yaitu si Ennem Koden. Si Onom Hudon secara harfiah berarti enam periuk. Kecamatan Manduamas ini merupakan bagian dari Tanah Pakpak. Secara geografis Manduamas ini berbatasan dengan Kabupaten Dairi sebagai Kabupaten Induk Tanah Pakpak karena secara ideologi dan kebudayaan masih menyatu. Sebab Kabupaten Dairi merupakan bagian dari Pakpak awalnya sebelum dimekarkan. Untuk itu, walaupun telah terjadi pemisahan antara Pakpak dan Dairi, tetapi sebagai sebuah entitas masyarakat antara keduanya tidak dapat dipisahkan dari sisi ideologi dan kebudayaan yang ada di masyarakatnya karena memang keduanya memiliki keidentikan dalam banyak hal sebagai sebuah identitas masyarakat yang satu. Sedangkan di sebelah Timur berbatasan dengan Kabupaten Humbang Hasundutan. Perbatasan sebelah Timur ini jugalah yang menghubungkan Manduamas ke Barus 2 2 Barus dikenal sebagai sentral niaga internasional pengekspor hasil-hasil alam, termasuk juga damar dan kemenyan yang berasal dari Pakpak. sebagai bagian dari kecamatan yang ada di Kabupaten Tapanuli Tengah yang juga dikenal sebagai jalur penetrasi Islam di wilayah ini. Bahkan, tidak hanya itu Barus juga menjadi sentral pertama perkembangan Islam di Indonesia secara umum sebagaimana yang banyak menjadi perhatian para ahli sejarah tentang sejarah awal masuknya Islam di Indonesia selalu merujuk Barus sebagai pusat niaga internasional pada saat itu, yang dibuktikan sekarang banyak ditemukan bukti-bukti makam tua yang menunjukkan fakta tersebut ada. 3 Secara umum etnis Pakpak mengenal dua bentuk upacara kerja.Yangpertama disebut dengan Kerja Baik, yaitu yang berhubungan dengan upacara sukacita.Yang termasuk upacara baik adalah upacara perkawinan, kelahiran anak, panen, dan lain-lain.Sedangkan yang kedua adalah upacara Kerja Njahat atau upacara yang berhubungan dengan perasaan dukacita, seperti upacara kematian. Letak Manduamas yang strategis ini kemudian menunjukkan bahwa Pakpak dilingkupi daerah Dairi dan Humbang Hasundutan yang secara geografis tentu saja perbatasan daerah ini memiliki pengaruh dalam dalam masyarakatnya, terutama dalam hal kedekatan budaya antar kedua daerah ini dan termasuk juga penyebaran masyarakat Pakpak di dalamnya merupakan sesuatu hal yang tidak bisa dihindari mengingat perbatasan ini juga menunjukkan adanya hubungan ekonomi antar kedua daerah terutama Manduamas sebagai bagian dari Pakpak itu sendiri. 4 3 Dada Meuraxa, Sejarah Masuknya Islam di Bandar Barus, Sumatera Utara: Lobu Tuo, Fansur Barus lebihdahulu dari Sriwijaya, Lemuri, Perlak, Pasai dan Majapahit Medan: Sasterawan, 1973, hlm. 6 4 Berutu, Lister,Aspek-aspek Kultural Etnis Pakpak. Monora: Medan, 2002, hlm. 5 Salah satu upacara Kerja Baik pada masyarakat etnis Pakpak adalah perkawinan.Sebab perkawinan merupakan suatu tahap yang penting dilalui oleh setiap insanmanusia. Koentjaraningrat menyatakan bahwa: “Perkawinan merupakan peralihan yang terpenting dari life cycle dari semua manusia di seluruh dunia adalah saat peralihan dari tingkat hidup remaja ke tingkat hidup berkeluarga yaitu perkawinan”. Saat ini kebudayaan Pakpak yang juga merupakan kebudayaan PakpakKelasen telah mengalami perubahan.Kebudayaan yang berubah itu adalah dalam hal upacara adat perkawinan.Adat Pakpak sudah mulai ditinggalkan oleh sebagian besar warga Pakpak Kelasen dan beralih menggunakan upacara adat perkawinan yang baru, yaitu adat Batak Toba.Penggunaan adat Pakpak dalam masyarakat Pakpak Kelasenmulai berkurang pemakaiannya.Bila melaksanakan adat pesta perkawinan yangdipakai adalah adat Batak Toba, meskipun perkawinan antara sesama etnis PakpakKelasen adat yang dipakai tetap adat Batak Toba.Akan tetapi yang mengalamiperubahan hanya dalam adat perkawinan saja, sedangkan adat Pakpak lainnya masih tetap dipakai oleh masyarakat Pakpak Kelasen.Hal ini disebabkan orang Batak Toba banyak yang tinggal dan bermukim di sekitar desa Si Onom HudonKecamatan Manduamas.Dulunya juga suku Pakpak Kelasen banyak yang berasal dari suku Batak Toba.Perubahan upacara adat perkawinan ini disebabkan terjadinyaperkawinan antara Pakpak Kelasen dan Batak Toba dengan menggunakan adat BatakToba. Atas dasar pemikiran diataslah penulis menulis skripsi ini dengan judul “Pengaruh Budaya Batak Toba Terhadap Masyarakat Pakpak Kelasen di Kecamatan Manduamas 1946-1992”. Konsep dasar pengambilan judul tersebut adalah bagaimana kebudayaan etnis Batak Toba mudah diterima oleh etnis Pakpak Kelasen yang dengan serta merta memasukkan unsur-unsur budaya Batak Toba ke dalam budaya Pakpak. Penulis juga membuat batasan waktu pada tahun 1946-1992 dalam skripsi ini karena berdasarkan wawancara yang dilakukan penulis dengan Bapak Gustaman Tumanggor selaku tokoh adat di Manduamas, sejak tahun 1946 dia memprakarsai peresmian 19 kampung di Manduamas tepatnya tanggal 5 April 1946. Sejak saat itu Manduamas semakin ramai kegiatan masyarakatnya sekaligus sebagai awal perjalanan kebudayaan di sana antara penduduk lokal dan para pendatang. Kemudian tahun 1992 sebagai periode akhir penelitian ini karena berdasarkan PP No. 35 1992 tanggal 13 Juli 1992 tentang pembentukan 18 kecamatan yang ada di Sumatera Utara, maka Kabupaten Tapanuli Tengah mendapat dua daerah pemekaran yakni Kecamatan Manduamas yang merupakan hasil pemekaran dari Kecamatan Barus dan juga Kecamatan Kolang hasil pemekaran dari Kecamatan Sibolga. Dibutuhkan suatu penelitian tentang kenapa orang Pakpak tidak konsisten dan selalu mengalah atau beradaptasi dengan adat orang lain dalam adat perkawinan. Berbeda dengan orang Karo dan Toba yang selalu konsisten dengan adatnya walaupun kawin dengan etnis lain. Secara umum memang diketahui penyebabnya, antara lain faktorsejarah, faktor pendidikan dan faktor politik. Faktor sejarah dan politik misalnya sangat berperan dengan memecah belah wilayah komunitas Pakpak dan dilanjutkan oleh pemerintah Indonesia setelah kemerdekaan, sehingga wilayah tradisional Pakpak terbagi dalam beberapa kabupaten.

1.2 Rumusan masalah