Pemberian OlesUlos Bahasa yang digunakan dalam adat perkawinan Bentuk OlesUlos

pengantin perempuan. Selanjutnya adalah acara ruhut-ruhut, yaitu syarat-syarat adat, dimana pihak perempuan akanmengolesi para pengetua adat kedua belah pihak yang artinya adalah adat perkawinan pada hari tersebut telah dijalankan olehnya para pengetua adat dengan baik, yaitu dengan memberikan uang kepada mereka. Pengetua adat kedua belah pihak juga saling mengolesi, yaitu saling menyalamkan uang diantara pengetua adat tersebut.Tujuannya adalah diantara pengetua adat atau raja-raja adat harus saling menghargai antara satu dengan yang lainnya. Setelah acara ini selesai, maka kegiatan atau adat perkawinan secara utuh telah dilaksanakan.Ucapan selamat jalan dan kata-kata olop-olop atau ucapan yang sangat menyenangkan juga turut menyemarakkan akhir pesta tersebut.Para pengetua adat meresmikan acara pesta perkawinan tersebut serta mengumumkan kepada seluruh undangan bahwa pesta telah selesai dilaksanakan dengan baik. Pada saat ini masyarakat Pakpak Kelasen telah menggunakan adat Toba dalam pesta perkawinan dan mulai meninggalkan adat Pakpak. Adat Pakpak yang berubah tersebut adalah :

1. Pemberian OlesUlos

Dalam adat Pakpak yang memberikan olesulos adalah pihak pengantin laki-laki paranak kepada pihak pengantin perempuan perberruhula-hula.Artinya adalah sebagai balasan kepada orangtua pengantin perempuan atas jasanya selama ini dalam merawat putri mereka, dimana oles tersebut dapat memberikan kehangatan bagi orangtua pengantin perempuan. Tetapi saat ini setelah adat Batak Toba digunakan yang memberikan olesulos adalah pihak pengantin perempuan perberruhula-hula kepada pihak pengantin laki-laki anak berruparanak. Maka sebagai balasan, pihak pengantin laki-laki akan memberikan uang kepada pihak pengantin perempuan. Artinya adalah denganmemberikan ulos kepada pihak pengantin laki-laki maka akan banyak berkat yang akan diterima oleh pihak pengantin laki-laki tersebut. Selain perubahan yangmemberikan olesulos, makna dari pemberian olesulos tersebut juga berubah.Dalam acara mengolesimangulosi diiringi musik Batak Toba dan tari-tarian Batak Toba tortor. Sebagai balasan dari ulosoles yang diberikan pihak pengantin perempuan, pihak pengantin laki-laki akan memberikan uang yang jumlahnyabermacam-macam tergantung jenis olesulos yang diberikan.

2. Bahasa yang digunakan dalam adat perkawinan

Dalam adat perkawinan dari awal acara sampai akhir bahasa yang digunakanadalah bahasa Batak Toba. Seperti dalam penyambutan pihak pengantin perempuansetelah sampai di depan rumah pengantin laki-laki, pengetua adat akan mengucapkan kata Horas sebanyak tiga kali yang mempunyai arti selamat datang dan semoga sehat walafiat. Dalam penggunaan pantunperibahasa juga menggunakan bahasa BatakToba, seperti: Bintang na rumiris tu ombun na sumorop Anak per iris dohot boru pe torop Artinya adalah: Bintang-bintang yang berbaris di atas embun kedua pengantin akan melahirkan anak perempuan dan laki-laki yang jumlahnya banyak.

3. Bentuk OlesUlos

Selain pemberian ulosoles, bentuk dan ciri ulosoles juga berubah. Saat ini oles yang dipakai bukan lagi oles khas Pakpak, seperti kitir-kitir, cap padi sebagai mandar, oles mercimata, akan tetapi telah menggunakan ulos Batak Toba seperti Sadum, Ragi Idup, Ragi Hotang, dan lain-lain. Jadi pihak pengantin perempuan tidak lagi membawa tikar, kembal, silampis putih, pisang, lemang, pinahpah, itak, dan ayam, tetapi telah digantikan oleh ulos Batak Toba. Barang yang dibawa pihak pengantin perempuan adalah beras, ikan mas yang namanya disebut Ikan Merbaris, nasi, dan daging ayam. Pihak pengantin laki-laki akan memberikan daging hewanatau Jagal kepada pihak perempuan dan pihak perempuan memberikan Ikan Sayur yaitu ikan mas dan ayam yang telah dimasak untuk dimakan pihak kerabat laki-laki pada acara tersebut. Salah satu adat Pakpak yang masih digunakan walaupun menggunakan adat Batak Toba adalah pemberian Todoan.Todoan ini diberikan kepada ibu pengantin perempuan berupa emas, yang mempunyai arti ibu adalah yang mengandung, melahirkan, membesarkan, dan merawat anaknya tersebut yang sekarang sudah menjadi milik orang lain. Tetapi pemberian Todoan ini juga tergantung kesepakatan kedua belah pihak, misalnya perkawinan perempuan Pakpak Kelasen dengan BatakToba. Jika sudah sepakat maka pihak laki-laki akan memberikan Todoan kepada ibu pengantin perempuan pada saat upacara adat perkawinan.

4.3 Faktor Internal 1. Adat Pakpak yang Rumit

Berdasarkan hasil wawancara dengan informan penelitian bahwa menurut mereka pelaksanaan adat Pakpak yang dirasakan oleh masyarakat saat ini sangat rumit dan terlalu banyak.Seperti yang diungkapkan seorang informan sebagai raja adat, berubahnya adat perkawinan yang digunakan oleh Pakpak Kelasen dengan menggunakan adat Batak Toba diakibatkan sangat sulit mencari bahan-bahan yang diperlukan untuk pesta perkawinan dan itu sulit didapatkan pada saat ini. Dalam adat Pakpak harus dipersiapkan belagen kembal, tikar, baka sumpit kecil, cinahpah, pisang, beras, lemang,nitak, ayam, dangaram. Untuk mempersiapkan semua itu sangat sulit, apalagi belagen kembal dan baka sudah sangat sulit dan jarang ditemukan.Hal ini disebabkan pengrajinpembuat belangen kembal dan baka sudah tidak ada lagi, begitu juga dengan bahan untuk membuatnya yaitu daun pandan tidak ada ditanam lagi.Para orangtua juga tidak mau mewariskan atau mengajari anak-anaknya untuk menenun belagen kembal dan tikar ini.Sehingga saat ini sudah sangat jarang ditemukan orangtua dan anak muda yang dapat membuat belangen kembal, tikar, baka, dan cinahpah tipa-tipa.Mereka berpendapat bahwa semua itu sangat sulit dibuat dan merupakan pekerjaan yang membosankan.Bahkan ada anggapan dikalangan masyarakat muda Pakpak Kelasen membuat belangen kembal sudah tidak zamannya lagi. 34 Menurut informasi dari para informan bahwa perkembangan adat Pakpak daritahun ke tahun mulai mengalami penurunan yang disebabkan kurangnya dukungandari masyarakat

2. Adat Pakpak yang Kurang Mendapat Perhatian Dari Masyarakat

34 Wawancara dengan Gustaman Tumanggor, 32 Agustus 2014 di Manduamas