5.2.2 Sarana Sanitasi
1. Sarana pembuangan air limbah Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa seluruh rumah tidak
memiliki saluran pembuangan air limbah sehingga air tergenang tidak teratur di halaman rumah. Air limbah banyak mengandung mikroorganisme patogen. Salah
satu penyakit yang disebabkan mikroorganisme yang ada pada air limbah adalah diare. Mikroorganisme ini akan dibawa oleh vektor atau serangga yang akan
diinfeksikan kepada manusia melalui makanan dan minuman. Menurut Fauzi 2005, Limbah rumah tangga yang dibuang ke sarana pengelolaan air limbah
yang terbuka dan tidak bebas dari vektor berpeluang meningkatkan risiko diare pada anak. Menurut penelitian Sudasman 2014, SPAL yang tidak memenuhi
syarat memiliki potensi 2 kali lipat untuk menyebabkan diare. Menurut hasil penelitian Nurdiyanti 2008, kondisi saluran pembuangan
air limbah yang tidak memenuhi syarat kesehatan dapat berpotensi untuk menimbulkan penyakit diare karena air limbah ini akan mudah meresap ke dalam
sumber air bersih sehingga menyebabkan pencemaran. Selain itu, saluran pembuangan air limbah yang dibiarkan terbuka, tidak lancar, dan becek ini akan
dengan mudah menjadi tempat berkembangbiaknya jasad renik atau makhluk hidup dan vektor penyebab penyakit diare.
2. Sarana pembuangan sampah Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa pada umumnya rumah
tidak memiliki sarana pembuangan sampah tempat sampah yaitu 55 rumah 91,67. Penghuni rumah sering membuang sampah secara sembarangan, ke
Universitas Sumatera Utara
kebun, atau langsung dibakar. Sementara itu bila terjadi proses pembakaran dari sampah maka asapnya dapat menggangu pernafasan, penglihatan dan penurunan
kualitas udara karena ada asap di udara. Pembakaran juga menghasilkan pertikulat yang bersifar iritan yang dapat menyebabkan iritasi pada saluran pernapasan
sehingga mudah terjadi infeksi saluran pernapasan Widodo, 2007. Penyakit sesak nafas juga disebabkan bau sampah yang menyengat yang mengandung
Amonia Hydrogen, Solfide dan Metylmercaptan. Hasil penelitian menunjukkan sebelas sampel balita yang menderita ISPA tinggal di dalam rumah yang tidak
memiliki sarana pembuangan sampah. Efek tidak langsung lainnya berupa penyakit bawaan vektor yang
berkembang biak di dalam sampah. Sampah bila ditimbun sembarangan dapat menjadi tempat peistirahatan lalat. Dimana lalat adalah vektor berbagai penyakit
perut, salah satunya diare Slamet, 2014. Insidensi penyakit kulit juga dapat meningkat karena penyebab
penyakitnya hidup dan berkembang biak di tempat pembuangan dan pengumpulan sampah yang kurang baik. Penularan penyakit ini dapat melalui kontak langsung
ataupun melalui udara. Hasil penelitian menunjukkan enam sampel balita yang menderita penyakit kulit tinggal di dalam rumah yang tidak memiliki sarana
pembuangan sampah.Tidak tersedianya sarana pembuangan sampah juga merupakan faktor risiko terjadinya diare. Menurut Fauzi 2005, tempat sampah
terbuka dan tidak bebas dari vektor berpeluang meningkatkan kejadian diare pada anak.
Universitas Sumatera Utara
5.3 Deskripsi Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Balita