3. Infeksi parasit : Protozoa, Entamoeba histolytica, Giardia lamblia,
Balantidium coli, Ascaris, Trichuris, Strongyloides, dan Candida. Gejala diare pada umumnya adalah mula-mula anak menjadi cengeng,
gelisah, suhu badan mungkin meningkat, nafsu makan berkurang, perut mulas, frekuensi BAB meningkat, tinja makin cair, mungkin mengandung darah atau
lendir, muntah, dan lain-lain Suharyono, 2008. Penyakit diare masih merupakan masalah global dengan derajat kesakitan
dan kematian yang tinggi di berbagai negara terutama di negara berkembang, dan sebagai salah satu penyebab utama tingginya angka kesakitan dan kematian anak
di dunia. Menurut data United Nations Childrens Fund UNICEF pada tahun 2009, diare merupakan penyebab kematian nomor 2 pada balita di dunia, nomor 3
pada bayi, dan nomor 5 bagi segala umur. Setiap tahunnya 1,5 juta anak meninggal dunia karena diare Agtini, 2011.
Tidak tersedianya sarana pembuangan sampah di dalam rumah juga merupakan faktor risiko terjadinya diare. Menurut Fauzi 2005, tempat sampah
terbuka dan tidak bebas dari vektor berpeluang meningkatkan kejadian diare pada anak.
2.5.2 ISPA
ISPA adalah infeksi saluran pernafasan akut yang menyerang tenggorokan, hidung, dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari. ISPA
mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan Muttaqin, 2008.
Universitas Sumatera Utara
Bakteri penyebab ISPA antara lain adalah dari genus Streptokokus, Stafilokokus, Pneumokokus, Hemofillus, Bordetelia, dan Korinebakterium. Virus
penyebab ISPA antara lain adalah golongan Miksovirus, Adnovirus, Koronavirus, Pikornavirus, Mikoplasma, Herpesvirus, dan lain-lain Suhandayani, 2007.
Salah satu penyebab ISPA yang lain adalah asap pembakaran bahan bakar kayu yang biasanya digunakan untuk memasak. Asap bahan bakar kayu ini
banyak menyerang lingkungan masyarakat, karena masyarakat terutama ibu-ibu rumah tangga selalu melakukan aktivitas memasak tiap hari menggunakan bahan
bakar kayu, gas, maupun minyak. Timbulnya asap tersebut tanpa disadari telah mereka hirup sehari-hari, sehingga banyak masyarakat mengeluh batuk, sesak
nafas, dan sulit untuk bernafas. Polusi dari bahan bakar kayu tersebut mengandung zat-zat seperti Dry basis, Ash, Carbon, Hidrogen, Sulfur, Nitrogen
yang sangat bebahaya bagi kesehatan Depkes RI, 2002. Klasifikasi ISPA menurut Depkes RI 2002 adalah :
a. ISPA ringan
Seseorang yang menderita ISPA ringan apabila ditemukan gejala batuk, pilek, dan sesak.
b. ISPA sedang
ISPA sedang apabila timbul gejala sesak nafas, suhu tubuh lebih dari 39˚C dan bila bernafas mengeluarkan suara seperti mengorok.
c. ISPA berat
Gejala meliputi kesadaran menurun, nadi cepat atau tidak teraba, nafsu makan menurun, bibir dan ujung nadi membiru sianosis dan gelisah.
Universitas Sumatera Utara
ISPA adalah suatu kelompok penyakit sebagai penyebab angka absensi tertinggi bila dibandingkan dengan kelompok penyakit lain. Lebih dari 50
absensi dari semua angka tidak masuk kerjasekolah disebabkan penyakit ini. Angka kekerapan kejadian ISPA, tertinggi pada kelompok-kelompok tertutup di
masyarakat, misalnya penghuni asrama, sekolah, atau sekolah yang juga menyelenggarakan pemondokan Alsagaff dan Mukty, 2010.
ISPA yang mengenai saluran napas bawah, misalnya bronkitis, bila menyerang kelompok umur tertentu, khususnya bayi, anak-anak dan orang tua,
akan memberikan gambaran klinik yang berat dan jelek dan seringkali berakhir dengan kematian Alsagaff dan Mukty, 2010.
ISPA dikenal sebagai salah satu penyebab kematian utama pada bayi dan anak balita di negara berkembang Denny dan Loda, 1986. Sebagian besar hasil
penelitian di negara berkembang menunjukkan bahwa 20-35 kematian bayi dan anak balita disebabkan oleh ISPA. Diperkirakan bahwa 2-5 juta bayi dan anak
balita di berbagai negara setiap tahun mati karena ISPA. Dua per tiga dari kematian ini terjadi pada kelompok usia bayi, terutama bayi pada usia 2 bulan
pertama sejak kelahiran WHO, 2008. Saluran pernapasan selama hidup selalu terpapar dengan dunia luar
sehingga dibutuhkan suatu sistem pertahanan yang efektif dan efisien dari sistem saluran pernapasan ini. Sudah menjadi suatu kecenderungan bahwa terjadinya
infeksi bakterial mudah terjadi pada saluran napas yang telah rusak sel-sel epitel mukosanya, yang disebabkan oleh infeksi-infeksi yang terdahulu. Keutuhan gerak
lapisan mukosa dan silia dapat terganggu karena asap rokok, gas SO
2,
pencemaran
Universitas Sumatera Utara
udara, dan lain-lain. Makrofag biasanya banyak terdapat di alveoli dan baru akan dimobilisasi ke tempat-tempat dimana terjadi infeksi. Asap rokok menurunkan
kemampuan makrofag membunuh bakteri, sedang alkohol menurunkan mobilitas sel-sel ini. Antibodi setempat pada saluran napas, adalah IgA yang banyak terdapt
di mukosa. Kurangnya antibodi ini akan memudahkan terjadinya infeksi saluran pernapasan Alsagaff dan Mukty, 2010.
Pada ISPA dikenal tiga cara penyebaran infeksi yaitu: melalui aerosol yang lembut terutama oleh karena batuk, melalui aerosol yang lebih kasar, terjadi
pada waktu batuk dan bersin-bersin, dan melalui kontak langsungtidak langsung dari benda yang telah dicemari jasad renik hand to hand transmission. Pada
infeksi virus, transmisi diawali dengan penyebaran virus ke daerah sekitar terutama melalui bahan sekresi hidung. Virus yang menyebabkan ISPA terdapat
10-100 kali lebih banyak di dalam mukosa hidung daripada mukosa faring Alsagaff dan Mukty, 2010.
2.5.3 Penyakit kulit