5.3 Deskripsi Penyakit Berbasis Lingkungan Pada Balita
Gambaran riwayat penyakit berbasis lingkungan pada balita yang tinggal di desa Sihonongan Kecamatan Paranginan Kabupaten Humbang Hasundutan
dengan jumlah sampel 60 balita yang terdiri dari 33 laki-laki dan 27 perempuan adalah sebagai berikut:
5.3.1 ISPA
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 11 balita yang mengalami ISPA. Sebagian besar balita penderita ISPA berjenis kelamin laki-laki yaitu 8 balita
72,73. Sebagian besar balita yang mengalami ISPA adalah balita dengan golongan umur 4 tahun yaitu delapan balita 72,73. Sebagian besar balita
yang menderita ISPA tinggal di dalam rumah yang tidak memiliki langit-langit yaitu delapan orang 72,73. Hal ini mungkin disebabkan debu yang berasal dari
atap tidak terhalang dan langsung jatuh menuju ruangan rumah. Debu-debu yang berterbangan dapat menggangu pernafasan. Balita yang menderita ISPA pada
umumnya tinggal di dalam rumah yang tidak memiliki ventilasi yaitu sembilan orang 81,82. Hal tersebut dapat menjadi faktor risiko ISPA disebabkan karena
proses pertukaran aliran udara dari luar ke dalam rumah tidak lancar, dan terjadi peningkatan kelembaban ruangan karena terjadinya proses penguapan cairan dari
kulit sehingga akan menjadi media yang baik untuk perkembangbiakan bakteri penyebab penyakit ISPA. Seluruh balita yang menderita ISPA tinggal di dalam
rumah yang tidak memiliki lubang asap dapur. Hal ini juga diperparah oleh aktivitas memasak yang masih menggunakan kayu untuk membakar. Pertukaran
udara yang tidak berlangsung dengan baik ini dapat mengakibatkan asap dapur
Universitas Sumatera Utara
terkumpul dalam rumah sehingga balita yang sering menghisap asap tersebut di dalam rumah lebih mudah terserang ISPA. Sampel balita yang menderita ISPA
lebih banyak tinggal di dalam rumah dengan kondisi pencahayaan yang tidak terang yaitu 6 orang 54,55. Kurangnya cahaya matahari yang masuk ke dalam
rumah membuat rumah terasa sumpek, pengap, panas. Selain berguna untuk penerangan, sinar ini juga mengurangi kelembaban ruangan dan membunuh
bakteri penyebab penyakit tertentu, misalnya bakteri penyebab ISPA.
5.3.2 Diare
Hasil penelitian menunjukkan terdapat 5 balita yang mengalami diare. Sebagian besar balita penderita diare berjenis kelamin laki-laki yaitu tiga balita
60. Balita yang mengalami diare pada umumnya terjadi pada balita dengan golongan umur 4 tahun yaitu 4 balita 80. Berdasarkan hasil penelitian dapat
dilihat bahwa seluruh rumah tidak memiliki saluran pembuangan air limbah sehingga air tergenang tidak teratur di halaman rumah. Air limbah banyak
mengandung mikroorganisme patogen. Salah satu penyakit yang disebabkan mikroorganisme yang ada pada air limbah adalah diare. Mikroorganisme ini akan
dibawa oleh vektor atau serangga yang akan diinfeksikan kepada manusia melalui makanan dan minuman. Menurut Fauzi 2005, Limbah rumah tangga yang
dibuang ke sarana pengelolaan air limbah yang terbuka dan tidak bebas dari vektor berpeluang meningkatkan risiko diare pada anak. Hasil penelitian
menunjukkan bahwa pada umumnya responden tidak memiliki sarana pembuangan sampah, yaitu 55 91,67. Tidak tersedianya sarana pembuangan
sampah juga merupakan faktor risiko terjadinya diare. Menurut Fauzi 2005,
Universitas Sumatera Utara
tempat sampah terbuka dan tidak bebas dari vektor berpeluang meningkatkan kejadian diare pada anak.
5.3.3 Penyakit kulit