Peneliti melihat kondisi fisik KR terlihat sehat sekarang. Hal itu terlihat saat KR asik bermain dengan teman-temannya. KR berjalan dengan normal, berlari-
larian, dan melompat-lompat. Terlihat jauh perbedaan ketika KR masih mengalami kejadian itu. Menurut penuturan Bapak KR:
“Sekarang sudah mendingan si KR ini dek. Masih bisa dia jalan, main-main, lompat- lompat. Kalau dulu, jalan pun agak susah dia. Semenjak dia opname di Rumah Sakit
Bhayangkara itu lah, uda agak segar badannya bapak liat. Kasihan saya lihat KR. Sakit hati bapak kalau ingat kejadian itu”.
Berdasarkan dari observasi yang dilakukan oleh peneliti dapat disimpulkan bahwa rehabilitasi secara fisik untuk KR berdampak positif untuk kesehatannya.
Dengan adanya Rahabilitasi fisik yang dilakukan oleh Pemerintah, maka KR mampu untuk menjalani kehidupannya tanpa harus menderita sakit.
2. Rehabilitasi Psikologis
Proses rehabilitasi psikologis yang dilakukan oleh Yayasan Pusaka Indonesia kepada AT dapat diberikan berkat kerjasama antara Pusaka dengan Fakultas
Psikologi USU. Yayasan Pusaka Indonesia telah menjalani kerja sama dengan Fakultas Psikologi USU telah dilakukan selama kurang lebih 5 Tahun. Selama 5
Tahun saling bekerjasama. Sangat banyak manfaat serta hubungan yang positif di antara kedua belah pihak. Pihak Yayasan Pusaka Indonesia merasa terbantu dengan
para Psikolog yang ada di USU untuk menangani korban eksploitasi seksual. Dan begitu juga dengan mahasisawa USU yang membutuhkan anak sebagai objek
penelitiannya guna untuk kepentingan penelitian. Jadi dapat dikatakan, bahwa kerjasama yang dilakukan saling menguntungkan kedua belah pihak. Berikut
Penuturan Bang Mitra sebagai Pendamping KR:
“Kami sudah lama juga bekerjasama dengan Fakultas Psikologi USU. Kami saling membutuhkan sebenarnya. Kami membutuhkan mereka untuk memberikan motivasi
Universitas Sumatera Utara
kepada korban. Dan mereka pun butuh kami untuk melakuka penelitian sama anak yang menjadi korban eksploitasi seksual. Biasanya, kalau anak USU datang ke Pusaka untuk
meneliti anak-anak yang menjadi korban eksploitasi seksual itu abang ikut mereka juga. Ya terkdang abang tinggalkan juga. Abang biarkan saja mereka berbicara. Kan mereka butuh
privasi sessama perempuan, ya abang harus mengerti kondisi itulah. Abang pun ngrasa terbantu kali sama mahasiswa-mahasiswa yang melakukan penelitian itu, abang pun jadi
sedikit tau mengenai ilmu mereka”.
Proses rehabilitas psikologis yang KR terima sangat bagus untuk memberikan ketenangan emosinya. KR dapat lebih termotivasi untuk melanjutkan hidup dan
harus segera bangkit dari keterpurukannya. Bapak KR menjelaskan kepada peneliti bahwa semenjak adanya psikolog yang terus memberikannya semangat dan motivasi,
semakin hari KR mengalami perubahan secara emosi. Penuturan dari Bapak KR “KR itu kalau gak diperharikan sedikit aja kadang-kadang dia mau gitu banting-banting
pintu. Kalau ada satu aja permintaan yang gak Bapak turutin, pasti langsung marah dan gak di cakapinya bapak. Karna sering pendampingnya ngajak KR untuk cerita-
cerita sama Psikolog itu, jadi lebih baik sekarang emosinya. Gak pernah lagi dia banting-banting pintu atau marah-marah lagi sama bapak. Bapak senang kali liat KR
sekarang karena uda makin dewasa dia Bapak tengok. Berterima kasih kali bapak sama Pendampingnya dan Psikoloh yang dari USU itu”.
Berdasarkan pemaparan yang telah di informasikan kepada peneliti, maka peneliti melihat upaya psikologis yang dilakukan oleh Yayasana Pusaka Indnonesia
telah berdampak positif bagi kejiwaan anak yang menjadi korban eksploitasi seksual. Seorang anak yang telah menjadi korban eksploitasi seksual membutuhkan
motivasi serta semangat yang tinggi agar ia mempunyai prinsip dalam kehidupannya.
3. Rumah Aman Shelter