dengan benda-benda, materi dan uang atau sejenisnya yang mempunyai nilai jual.
2.5.2 Definisi Operasional
Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari definisi konsep. Pada
perumusan operasioal ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga penelitian dapat diobservasi Siagian, 2011: 141.
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Peranan Yayayasan Pusaka Indonesia dalam proses pendampingan korban eksploitasi seksual pada anak, yang
meliputi : 1.
Upaya Litigasi merupakan upaya penyelesaian sengketa atau konflik di pengadilan. Upaya Litigasi yang dilakukan oleh Yayasan Pusaka Indonesia
yaitu meliputi: a.
Pendampingan Korban di Kepolisian. Pendamping melakukan pencatatan kronologi kejadian, menghadirkan saksi-saksi dan alat-alat
bukti, mendampingi pada saat pemeriksaan kesehatan di rumah sakit, dan mendampingi sampai selesai pemeriksaan berkas perkara.
b. Pendampingan Korban di Pengadilan. Pendamping melakukan
pendampingan kepada korban saat di pengadilan, mempertemukan korban dengan saksi, melindungi korban dan saksi dari pers serta
pendamping memonitoring persidangan selanjutnya apabila korban tidak dapat menghadari persidangan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Upaya Non Litigasi merupakan upaya penyelesaian sengketa atau konflik di
luar pengadilan. Upaya Non Litigasi yang dilakukan oleh Yayasan Pusaka Indonesia yaitu meliputi:
Pelayanan rehabilitasi meliputi: a.
Rehabilitasi Fisik. Pendamping melakukan upaya pemulihan fisik apabila anak korban mengalami sakit, biasanya anak korban yang
sakit akan di rujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan. b.
Rehabilitasi Psikologis. Pendamping menyediakan Psikiater guna untuk membantu korban dalam mengatasi rasa ketakutannya.
Dalam hal ini, Yayasan Pusaka Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Psikologi USU.
c. Rumah Aman Shelter. Pihak Yayasan Pusaka Indonesia
menyediakan rumah sementara agar korban dapat merasa lebih tenang dan nyaman. Dalam hal ini, Yayasan Pusaka Indonesia
bekerjasama dengan P2TP2A. Reintegrasi meliputi:
a. Penilaian Resiko. Pendamping dapat memperkirakan seberapa besar
resiko yang akan dihadapi oleh korban apabila ia di pulangkan ke daerah asalnya.
b. Membangun Motivasi Korban. Pendamping menjalin komunikasi
yang baik kepada korban, serta memberikan support atau dukungan kepada korban.
c. Menyusun Proses Reintegrasi. Pendamping memberikan kebebasan
kepada korban dalam penyusunan rencana proses pemlangannya. d.
Monitoring. Pendamping harus mampu untuk memonitoring korban agar ia dapat bersosialisasi dengan baik di daerah asalnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian