Tabel 1 Bagan Alur Pikir
Peranan Yayasan Pusaka Indonesia
Perlindungan Korban Eksploitasi Seksual pada Anak
Upaya Pendampingan Litigasi terdiri dari:
a. Pendampingan korban di Kepolisian
b. Pendampingan korban di pengadilan.
Upaya Pendampingan Non
Litigasi terdiri dari: a. Pelayanan Rehabilitasi
Psikososial dan Medis b. Upaya Reintegrasi
Universitas Sumatera Utara
2.5 Definisi Konsep dan Definisi Operasional 2.5.1 Definisi Konsep
Konsep didefinisikan sebagai suatu arti yang mewakili sejumlah objek yang mempunyai ciri-ciri yang sama. Konsep diartikan juga sebagai suatu abstraksi dari
ciri-ciri sesuatu yang mempermudah komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir. Konsep merupakan sarana yang merujuk ke dunia empiris,
dan bukan merupakan refleksi sempurna mutlak dunia empiris. Bahwa konsep bukanlah dunia empiris itu sendiri. Berdasarkan konsep tersebut peneliti dapat
menata hasil pengamatannya ke dalam suatu tata kepahaman yang menggambarkan dunia realitas sebagaimana yang dirasa, dialami, dan diamati Suyanto,2001:49.
Perumusan definisi konsep dalam suatu penelitian menunjukkan bahwa peneliti ingin mencegah salah pengertian atas konsep yang diteliti. Dengan kata lain, peneliti
berupaya mengiring para pembaca hasil penelitian itu untuk memaknai konsep itu sesuai dengan yang diinginkan dan dimaksudkan oleh si peneliti, jadi definisi konsep
adalah pengertian yang terbatas dari suatu konsep yang dianut dalam suatu penelitian Siagian, 2011: 136-138.
Batasan konsep dalam penelitian ini adalah: a.
Peranan adalah terciptanya serangkaian tingkah laku yang saling berkaitan yang dilakukan dalam suatu situasi tertentu serta berhubungan dengan
kemajuan perubahan tingkah laku. Peranan Yayasan Pusaka Indonesia dalam Proses Pendampingan Korban
Eksploitasi Seksual meliputi Upaya Pendampingan Litigasi dan NonLitigasi. b.
Upaya pendampingan Litigasi adalah cara penyelesaian sengketa atau konflik yang diselesaikan melalui pengadilan.
Universitas Sumatera Utara
c. Upaya pendampingan Non Litigasi adalah cara penyelesaian sengketa atau
konflik yang diselesaika tanpa jalur pengadilan. d.
Proses adalah urutan pelaksanaan atau kejadian yang terjadi secara alami atau didesain, dapat menggunakan waktu, ruang, keahlian atau sumber daya
lainnya, yang menghasilkan suatu hasil. e.
Pendampingan adalah suatu proses pemberian kemudahan fasilitas yang diberikan pendamping kepada klien dalam mengidentifikasi kebutuhan dan
memecahkan masalah serta mendorong tumbuhnya inisiatif dalam proses pengambilan keputusan, sehingga kemandirian klien secara berkelanjutan
dapat diwujudkan. f.
Korban adalah mereka yang menderita jasmani dan rohani sebagai akibat tindakan orang lain yang mencuri pemenuhan kepentingan diri sendiri atau
orang lain yang bertentangan dengan kepentingan dan hak asasi yang menderita. Korban suatu kejahatan tidaklah selalu harus berupa individu atau
orang perorangan, tetapi bisa juga berupa kelompok orang, masyarakat atau juga badan hukum.
g. Anak adalah seseorang yang belum berusia 18 tahun, termasuk anak yang
masih dalam kandungan. Kemudian Dalam konvensi hak anak pasal 1 menyatakan bahwa setiap orang yag berusia dibawah umur 18 tahun, kecuali
berdasarkan ketentuan yang berlaku bagi anak ditentukan bahwa usia dewasa dicapai lebih awal.
h. Eksploitasi Seksual adalah segala bentuk pemanfaatan organ tubuh seksual
atau organ tubuh lain dari korban untuk mendapatkan keuntungan dan bentuk penghisapan atau penggunaan serta pemanfaatan anak semaksimal mungkin
oleh orang lain dalam bentuk kenikmatan seksual yang dapat ditukarkan
Universitas Sumatera Utara
dengan benda-benda, materi dan uang atau sejenisnya yang mempunyai nilai jual.
2.5.2 Definisi Operasional
Ditinjau dari proses atau langkah-langkah penelitian, dapat dikemukan bahwa perumusan defenisi operasional adalah langkah lanjutan dari definisi konsep. Pada
perumusan operasioal ditujukan dalam upaya transformasi konsep ke dunia nyata sehingga penelitian dapat diobservasi Siagian, 2011: 141.
Definisi operasional dalam penelitian ini adalah Peranan Yayayasan Pusaka Indonesia dalam proses pendampingan korban eksploitasi seksual pada anak, yang
meliputi : 1.
Upaya Litigasi merupakan upaya penyelesaian sengketa atau konflik di pengadilan. Upaya Litigasi yang dilakukan oleh Yayasan Pusaka Indonesia
yaitu meliputi: a.
Pendampingan Korban di Kepolisian. Pendamping melakukan pencatatan kronologi kejadian, menghadirkan saksi-saksi dan alat-alat
bukti, mendampingi pada saat pemeriksaan kesehatan di rumah sakit, dan mendampingi sampai selesai pemeriksaan berkas perkara.
b. Pendampingan Korban di Pengadilan. Pendamping melakukan
pendampingan kepada korban saat di pengadilan, mempertemukan korban dengan saksi, melindungi korban dan saksi dari pers serta
pendamping memonitoring persidangan selanjutnya apabila korban tidak dapat menghadari persidangan selanjutnya.
Universitas Sumatera Utara
2. Upaya Non Litigasi merupakan upaya penyelesaian sengketa atau konflik di
luar pengadilan. Upaya Non Litigasi yang dilakukan oleh Yayasan Pusaka Indonesia yaitu meliputi:
Pelayanan rehabilitasi meliputi: a.
Rehabilitasi Fisik. Pendamping melakukan upaya pemulihan fisik apabila anak korban mengalami sakit, biasanya anak korban yang
sakit akan di rujuk ke Rumah Sakit Bhayangkara Medan. b.
Rehabilitasi Psikologis. Pendamping menyediakan Psikiater guna untuk membantu korban dalam mengatasi rasa ketakutannya.
Dalam hal ini, Yayasan Pusaka Indonesia bekerjasama dengan Fakultas Psikologi USU.
c. Rumah Aman Shelter. Pihak Yayasan Pusaka Indonesia
menyediakan rumah sementara agar korban dapat merasa lebih tenang dan nyaman. Dalam hal ini, Yayasan Pusaka Indonesia
bekerjasama dengan P2TP2A. Reintegrasi meliputi:
a. Penilaian Resiko. Pendamping dapat memperkirakan seberapa besar
resiko yang akan dihadapi oleh korban apabila ia di pulangkan ke daerah asalnya.
b. Membangun Motivasi Korban. Pendamping menjalin komunikasi
yang baik kepada korban, serta memberikan support atau dukungan kepada korban.
c. Menyusun Proses Reintegrasi. Pendamping memberikan kebebasan
kepada korban dalam penyusunan rencana proses pemlangannya. d.
Monitoring. Pendamping harus mampu untuk memonitoring korban agar ia dapat bersosialisasi dengan baik di daerah asalnya.
Universitas Sumatera Utara
BAB III METODE PENELITIAN
3.1 Jenis Penelitian
Jenis Penelitian ini adalah penelitian kualitatif dengan sebuah model Studi Kasus. Metode penelitian kualitatif adalah salah satu metode yang digunakan peneliti
dalam ilmu sosial, dengan penekanan objek penelitinya terhadap keunikan manusia atau gejala sosial yang tidak dapat di analisa dengan metode statistik Sumber:
http:yaniqiute.wordpress.com20130412metode-penelitian-kualitatif, Diakses
pada tanggal 8 November 2013 Pukul 14.10 WIB. Strauss dan Corbin menyebutkan bahwa Penelitian kualitatif adalah jenis
penelitian yang menghasilkan penemuan-penemuan yang tidak dapat dicapai diperoleh dengan menggunakan prosedur-prosedur statistik atau cara-cara lain dari
kuantifikasi pengukuran. Pendekatan kualitatif secara umum dapat digunakan untuk penelitian tentang kehidupan masyarakat, sejarah, tingkah laku, fungsionalisasi
organisasi, aktivitas sosial, dan lain-lain. Salah satu alasan menggunakan pendekatan kualitatif adalah pengalaman para peneliti dimana metode ini dapat digunakan untuk
menemukan dan memahami apa yang tersembunyi dibalik fenomena yang kadangkala merupakan sesuatu yang sulit untuk dipahami Sumber:
http:fatonipgsd071644221.wordpress.com20091220penelitiankualitatif, Diakses pada tanggal 8 November 2013, Pukul 12.20 WIB.
Studi Kasus adalah metode penelitian yang menggunakan berbagai sumber data sebanyak mungkin data yang bisa digunakan untuk meneliti, menguraikan, dan
menjelaskan secara komprehensif berbagai aspek individu, kelompok, suatu program, organisasi atau peristiwa secara sistematis. Tujuannya untuk mempelajari
Universitas Sumatera Utara
secara mendalam mengenai keadaan kehidupan korban pada saat sekarang dengan latar belakangnya dalam interaksi dengan lingkungannya dari suatu unit sosial.
Sumber: http:repository.usu.ac. idbitstream12345678929067 3Chapter20III- V.pdf, Di Akses pada tanggal 9 November 2013, Pukul 14.07 WIB.
Penelitian ini diharapkan agar penulis mampu dalam menggambarkan secara jelas dan mendalam mengenai Peranan Yayasan Pusaka Indonesia Dalam Proses
Pendampingan Anak Yang Menjadi Korban Eksploitasi Seksual yang didampingi oleh Yayasan Pusaka Indonesia Provinsi Sumatera Utara.
3.2 Lokasi Penelitian