perdagangan seks komersial atau datang dari budaya di mana anak-anak lebih terbuka dan berpengalaman seksual pada usia yang lebih dini, dan bahwa
mereka membantu anak-anak tersebut dengan memberi uang. d.
Penyalahgunaan Internet Pornografi anak, informasi mengenai wisata seks dan mempelai yang dapat
dipesan melalui surat secara terbuka tersedia di internet. Forum-forum seperti chat rooms memfasilitasi geng dan jaringan perdagangan dan telah mejadi
ajang pertemuan bagi para mucikari dan para pemangsa predator yang membuntuti anak-anak.
e. Pecahnya atau Tidak Berfungsinya Keluarga
Banyak keluarga berada dalam keadaan yang sangat sulit. Orang tua yang mungkin menderita penyakit mental atau fisik, ketagihan obat-obatan
terlarang, atau alkohol, menyebabkan anak-anak meninggalkan rumah pada usia yang sangat bersinggungan dengan resiko eksploitasi seksual. Juga, bagi
banyak anak, kekerasan seksual terjadi di rumah dan diberlakukan oleh saudara atau teman Riyanto, 2006: 61.
2.1.3.2 Bentuk-Bentuk Eksploitasi Seksual pada Anak
5 bentuk Eksploitasi seksual yang dapat di uraikan yaitu: 1.
Prostitusi Anak Merupakan tindakan menawarkan pelayanan atau pelayanan langsung
seorang anak untu melakukan tindakan seksual demi mendapatkan uang atau imbalan lain. Bukan anak-anak yang memilih untuk terlibat dalam pelacuran
agar dapat bertahan hidup atau untuk membeli barang-barang konsumtif, tetapi mereka didorong oleh keadaan, struktur sosial dan pelaku-pelaku
individual kedalam situasi-situasi dimana orang-orang dewasa memanfaatkan
Universitas Sumatera Utara
kerentanan mereka serta mengeksploitasi dan melakukan kekerasan seksual kepada mereka.
2. Pornografi Anak
Merupakan pertunjukan apapun atau dengan cara apa saja yang melibatkan anak di dalam aktivitas seksual yang nyata atau yang
menampilkan bagian tubuh anak demi tujuan-tujuan seksual. Pornografi anak termasuk foto-foto, pertunjukan visual dan audio, tulisan yang dapat
disebarkan melalui majalah, buku, gambar, film, dan lain sebagainya. Pornografi anak mengeksploitasi anak dalam berbagai cara. Anak-anak
dapat ditipu atau dipaksa untuk melakukan tindakan seksual untuk pembuatan bahan-bahan pornografi atau mungkin gambar-gambar tersebut dibuat dalam
proses pengeksploitasian seseorang anak secara seksual tanpa sepengetahuan anak tersebut.
Penyebaran global pornografi anak melalui internet tanpa adanya payung hukum untuk melindungi anak-anak membuat para penegak hukum nasional
kesulitan untuk menghukum para pelaku lokal. Internet juga dibatasi oleh batas-batas negara maka harmonisasi perundang-undangan, kerjasama polisi
internasional dan tanggung jawab industri IT Teknologi Informasi diutuhkan untuk menangani masalah tersebut.
3. Perdagangan Anak Untuk Tujuan Seksual
Merupakan proses perekrutan, pemindah-tanganan atau penampungan dan penerimaan anak untuk tujuan eksploitasi seksual. Perdagangan anak bisa
terjadi tanpa atau dengan menggunakan paksaan, kekerasan atau pemalsuan karena anak-anak tidak mampu memberikan ijin atas eksploitasi terhadap diri
Universitas Sumatera Utara
mereka. Anak-anak diperdagangkan untuk tujuan eksploitasi seksual atau perburuhan, tetapi tidak semua anak korban trafficking telah dibuat sangat
rentan terhadap kekerasan dan eksploitasi seksual karena mereka dipindahkan dari struktur-struktur pendukung yang sudah dikenal seperti keluarga dan
masyarakat mereka. Aksi untuk memerangi perdagangan anak harus menangani kondisi-kondisi yang membuat anak-anak rentan dan menghukum
para pelaku bukan korban. 4.
Wisata Seks Anak Merupakan eksploitasi seksual yang dilakukan oleh orang-orang yang
melakukan perjalanan dari suatu tempat ke tempat lain, dan di tempat tersebut mereka berhubungan seks dengan anak-anak. Mereka seringkali melakukan
perjalanan dari sebuah negara kaya ke negara yang berkembang. Para wisatawan seks anak berasal dari semua alur kehidupan. Mereka bisa saja
orang yang telah menikah atau bujangan, laki-laki atau perempuan, para wisatawan kaya atau pelancong yang psa-pasan.
5. Perkawinan Anak atau Pernikahan Dini
Merupakan pernikahan degan anak, yakni dibawah umur 18 tahun yang memungkinkan anak menjadi korban eksploitasi sebab tujuan menikahi anak
tersebut untuk menjadikan anak sebagai objek seks untuk menghasilkan uang atau imbalan lainnya.
Sebagian anak dipaksa untuk menikah oleh orang tua atau keluarga mereka, sedangkan anak-anak masih terlalu muda untuk membuat keputusan
yang benar dan izin diberikan oleh orang lain atas nama anak tersebut tidak memiliki kesempatan untuk menggunakan haknya untuk memilih. Banyak
Universitas Sumatera Utara
anak perempuan yang dipaksa menilah mengalami kekerasan dalam rumah tangga mereka. Pernikahan dini juga sering terkait dengan penelantaran istri
dan menjerumuskan anak perempuan muda kedalam kemiskinan yang luar biasa dan meningkatkan resiko untuk memasuki industri perdagangan seks
untuk dapat bertahan hidup PKPA Medan, Yayasan Setara, Kakak, YKAI, LA , Badan Pemberdayaan Masyarakat Manado, 2008: 6.
2.1.4 Definisi Proses Pendampingan Korban