Analisis Nilai Norma Subyektif

tentang penilaian terhadap peubah keyakinan normatif disajikan dalam Tabel 35. Tabel 35. Penilaian peubah keyakinan normatif Peubah Keterangan Keyakinan normatif NB j A Anggota keluarga 4,21 B Pacar 3,87 C Teman 4,22 D Tenaga penjual 3,75 Total rataan 16,06 Penilaian selanjutnya setelah penilaian peubah keyakinan normatif adalah melakukan penilaian terhadap peubah motivasi. Peubah motivasi mengukur besarnya kemungkinan responden mengikuti pengaruh pihak eskternal dalam pengambilan keputusan pembelian. Tabel 36 menyajikan penilaian terhadap peubah motivasi responden dalam pengambilan keputusan pembelian kartu simPATI Tabel 36. Penilaian peubah motivasi Peubah Peubah Motivasi MC j A Anggota keluarga 4,21 B Pacar 3,84 C Teman 4,12 D Tenaga penjual 3,80 Total rataan 15,96 Nilai norma subyektif SN selanjutnya dicari setelah nilai peubah keyakinan dan peubah motivasi diketahui. Nilai norma subyektif merupakan perkalian antara skor pengukuran keyakinan normatif dan motivasi. Tabel 37 menyajikan nilai norma subyektif responden. Tabel 37. Nilai norma subyektif Peubah Keyakinan normatif NB j Motivasi MC j NB j × MC j A 4,21 4,21 17,74 B 3,87 3,84 14,84 C 4,22 4,12 17,39 D 3,75 3,80 14,26 Total NB j × MC j SN 64,24 Pihak eksternal yang paling berpengaruh dalam pembelian kartu simPATI adalah keluarga seperti yang ditunjukkan Tabel 37 diatas. Pengaruh kedua berasal dari teman, ketiga berasal dari pacar dan terakhir berasal dari tenaga penjual.

4.7.3. Analisis Nilai Perilaku Konsumen

Analisis nilai perilaku konsumen dilakukan setelah nilai sikap konsumen dan nilai norma subyektif diketahui. Dalam penelitian ini, nilai maksud perilaku ekuivalen dengan nilai perilaku konsumen karena faktor lain tidak diperhitungkan. Nilai perilaku konsumen didapatkan dari nilai sikap AB dan nilai norma subyektif SN. Nilai sikap dapat dilihat pada Tabel 34 sedangkan nilai norma subyektif SN dapat dilihat pada Tabel 37. Nilai perilaku konsumen tidak didapat begitu saja dari nilai sikap dan nilai norma subyektif tetapi harus ditentukan dahulu bobot untuk nilai sikap w 1 dan nilai norma subyektif w 2 . Dengan menggunakan rumus Fishbein maka didapatkan nilai w 1 sebesar 0,75 dan nilai w 2 0,25. Nilai w 1 yang lebih besar dari nilai w 2 menunjukkan bahwa perilaku konsumen dalam pembelian kartu simPATI lebih dipengaruhi oleh diri sendiri. Dalam proses pengambilan keputusan pembelian kartu simPATI dapat dilihat bahwa mayoritas responden membeli kartu simPATI atas keinginan sendiri Tabel 20. Nilai perilaku didapatkan dari rumus Fishbein sebagai berikut : B ~ BI = w 1 AB + w 2 SN = 0,75 140,94 + 0,25 64,24 = 118,02 Penelitian ini hanya mengkaji satu merek saja, maka untuk mengintepretasikan hasilnya digunakan interval dengan lima selang yaitu : 1. 10 ≤ B ~ BI ≤ 45 : kategori sangat negatif atau buruk 2. 45 B ~ BI ≤ 91 : kategori negatif atau buruk 3. 91 B ~ BI ≤ 137 : kategori netral atau biasa 4. 137 B ~ BI ≤ 183 : kategori positif atau baik 5. B ~ BI 183 : kategori sangat positif atau sangat baik Skor penilaian yang didapatkan dari pengukuran nilai perilaku konsumen di atas adalah 118,02. Berdasarkan interval di atas, maka perilaku konsumen dapat dikategorikan biasa.

4.8. Implikasi Hasil Penelitian

Penelitian mengenai perilaku konsumen di Institut Pertanian Bogor tidak hanya untuk mengetahui proses keputusan pembelian dan preferensi konsumen terhadap atribut-atribut kartu simPATI, namun juga dapat digunakan sebagai dasar dalam penetapan strategi perusuhaan khususnya strategi bauran pemasaran yang meliputi produk, harga, promosi dan tempat. Strategi pemasaran yang tepat dapat digunakan perusahaan dalam mempertahankan pangsa pasarnya maupun untuk mendapatkan pangsa pasar baru.

4.8.1. Produk

a. Evaluasi Hasil Penelitian

Produk merupakan bauran pemasaran yang paling mendasar karena produk merupakan penawaran nyata oleh perusahaan pada konsumen. Pada studi perilaku konsumen dalam pengambilan keputusan pembelian kartu simPATI ini dilakukan analisis terhadap atribut-atribut yang melekat apada kartu simPATI yaitu atribut harga kartu perdana, tarif percakapan maupun SMS, sinyal dan jaringan, fitur dan pelayanan, promosi, bonus dan hadiah, kepopuleran merek, kemudahan membeli dan isi ulang, harga isi ulang dan jangka waktu sesuai dengan keinginan dan kebutuhan konsumen di Institut Pertanian Bogor yang dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat sarjana. Tingkat kepercayaan konsumen pada kesepuluh atribut tersebut dapat dilihat pada Tabel 32. Berdasarkan Tabel 32 dapat dilihat bahwa atribut sinyal dan jaringan merupakan atribut dengan nilai yang tertinggi yaitu 4,64 yang berarti atribut ini