Rencana aksesibilitas kawasan pemanfaatan perikanan tradisional adalah blok yang

8.Persyaratan letak bangunan Persyaratan letak bangunan dalam kawasan yang diperkenankan dapat dibedakan atas beberapa kwalifikasi fungsi dari kawasan tersebut; a.Pada daerah lansekap terbatas. Perletakan bangunan pada lansekap terbatas tidak dapat membentuk ruang untuk bangunan karena permukaan tanah yang tidak memungkinkan. Hal ini dapat dihindari dengan menyebarkan bangunan dalam jarak tertentu untuk saling berinteraksi dengan kegiatan aktifitas wisatawan dan pengelolaan. b.Pada daerah lansekap intensif Perletakan bangunan di daerah lansekap intensif dapat dikumpulkan hingga membentuk ruang dengan memperhatikan garis kontur. Diusahakan dalam pembangunannya dapat mengikuti grade pada daerah daerah tertentu. Diusahakan untuk kumpulan massa bangunan dibuat dengan bangunan panggung guna memberikan kesan tradisional dan unik pada setiap massa bangunan. Pengelompokan massa bangunan dapat dimanfaatkan untuk memperoleh ruang untuk kegiatan kegiatan khusus untuk dapat menikmati pemandangan pesisir. Jika massa bangunan terpaksa dibuat pada kawasan dekat blok rimba atau blok inti maka diperlukan penanganan khusus dengan membangun sabuk rimba transisi dibagian dalam dan luar, guna memberikan kontinuitas pada lansekap elemen binaan sehingga massa bangunan tersebut tidak mempengaruhi habitat dan fauna yang berada dalam kawasan inti maupun kawasan rimba. Arsitektur bangunan diusahakan untuk mengikuti pola tradisional dan khas Indonesia.

7.6.5 Rencana aksesibilitas

Didalam kawasan asli telah terbentuk dengan sendirinya sirkulasi alamiah atau pergerakan elemen fauna yang bermanfaat bagi kelangsungan ekologis, sehingga terbentuk hidupan liar seperti kondisi alamiah. Untuk bentukan sirkulasi tersebut perencanaan sirkulasi manusia didalam kawasan tersebut harus dipertimbangkan agar sedapat mungkin tidak merusak sirkulasi satwa yang telah ada. Pengalokasian yang tepat bagi pergerakan manusia dalam kawasan tersebut harus dapat diawasi secara ketat dan dijadikan sebagai satuan sirkulasi bagi kawasan kawasan lainnya. Untuk itu terdapat beberapa hal yang perlu diperhatikan : 1. Jalan bagi pejalan kaki mengelilingi mata air atau air rawa diupayakan tidak bersingungan dan bila perlu untuk pengamatan wisatawan khususnya pengamatan perilaku satwa pada sudut pandang yang baik sehingga perlu dibuatkan menara pengawas. 2. Profil jalan tidak boleh menghambat drainase atau jalan tidak boleh lebih rendah dari permukaan tanah. Jalan diusahakan mengikuti topografi sehingga memudahkan pengaliran air drainase jalan dan mencegah kerusakan badan jalan. 3. Jalan menyusuri sungai ataupun aliran air lainnya melainkan cukup bersinggungan saja pada tempat tempat tertentu yang tidak menganggu perilaku dan tempat satwa meminum air. Sehubungan dengan fungsi pengelolaan dilakukan dengan memantau ekosistem yang ada dan memantau kegiatan wisatawan agar tidak menganggu kondisi alamiah kawasan. Pemantauan terhadap ekosistem yang ada, dapat menggunakan sirkulasi seperti lorong lorong yang digunakan oleh satwa liar. Dengan membentuk jalan setapak buatan manusia dan elemen binaan lansekap lainnya sebaiknya tidak menganggu habitat yang telah ada. Dilakukan pula pemantauan terhadap gangguan manusia yang berkunjung. sirkulasi untuk pemantauan wisatawan melalui track atau jalan yang telah disediakan untuk wisatawan tersebut sehingga arahan perencanaan untuk sirkulasi khusus perlu diperhatikan oleh pengelola guna memberikan kenyamanan bagi para wisatawan. Jalan melingkar sangat dibutuhkan dalam kawasan agar dapat memantau daerah sekeliling agar kawasan tersebut dapat dijaga dari penjarahan yang dilakukan oleh para pendatang. 1.Sirkulasi kegiatan wisatawan Sirkulasi kegiatan wisatawan dialokasikan di daerah lansekap penyangga intensif dan sirkulasi kegiatan pengunjung resmi terbatas dialokasikan pada blok rimba. Sirkulasi pada daerah intensif menggunakan jalan berbatu atau bentukan muka tanah lainnya yang khusus dipergunakan untuk kegitan kegiatan tertentu yang bersifat umum. dan dalam tiap jarak jarak tertentu terdapat naungan secukupnya seperti gazebo. Sedangkan sirkulasi pada blok rimba kebanyakan berupa jalan setapak dengan pengerasan tertentu dengan batu pecah. Penggunaan track ini dengan batu pecah akan sangat tergantung dari jumlah wisatawan atau manusia yang mempergunakannya sehingga perlu terus diperhatikan kapasitas kekuatan material transportasi tersebut sehingga tidak merusak kondisi lingkungan yang ada. Kondisi ini perlu diperhatikan agar tidak merusak suasana alamiah yang merupakan bagian dari obyek wisata. 2.Sirkulasi kegiatan pelayanan service Kegiatan pelayanan ialah kegiatan untuk memelihara dan meningkatkan sarana dan prasarana kawasan. Kegiatan ini membutuhkan jalan untuk keperluan sirkulasi dan untuk membawa peralatanbahan material lainnya. Diharapkan dengan sirkulasi ini pelayanan jasa tidak membuka jalan baru, tapi dapat menggunakan jalan yang diperuntukkan bagi kegiatan pengelola dan pengunjung dengan penjadwalan tertentu. 3.Orientasi dan intensitas Orientasi atau pengarahan pengunjung agar dapat terarah dengan baik dibuat dengan bentuk lansekap yang ditonjolkan tertentu. Penandaan tersebut dibentuk dengan warna tertentu agar tidak kehilangan arah atau dengan identitas tertentu yaitu ciri alamiah yang ada diperkuat dengan bentukan tertentu agar dapat dijadikan tanda bagi manusia. Identitas yang ditampilkan ialah suasana kawasan pesisir yang mempunyai keunikan tersendiri, pepohonan yang cukup banyak dan berbagai identitas lainnya sebagai dasar pembentukan lansekap makro. 4. Faktor keselamatan Faktor keselamatan perlu diperhatikan dengan seksama pada kawasan suaka margasatwa, karena banyak ditemui kawasan rawa. Pada umumnya topografi diareal pemanfaatan relatif datar dan landai, namun karena kondisi curah hujan yang cukup tinggi. Pada radius tertentu diperlukan shelter untuk menanggulangi dan menghindari kecelakaan yang mungkin ditimbulkan karena kelelahan atau peristiwa alam, juga untuk dievakuasi. penempatan shelter sebaiknya memperhatikan jarak daya jelajah pada medan tertentu dan memperhatikan faktor faktor kelelahan yang akan timbul sesuai dengan tingkat kesulitan tiap rute. Tabel 49. Jenis jenis sirkulasi di kawasan suaka margasatwa Kawasan No Kegiatan Lansekap terbatas Lansekap intensif 1 Pengelola Sirkulasi patroli untuk memantau keamanan dan pengunjung Sirkulasi diusahakan mengikuti sirkulasi alam asli yang ada Menghubungkan setiap kegiatan 2 Pengunjung Wisatawan Sirkulasi pengunjung resmi yang terbatas Jalan setapak tanah dengan perkerasan batu alam Konstruksi jalan mempertimbang- kan kemungkinan erosi Sirkulasi pengunjung resmi yang intensif Jalan berbatu atau berupa bentukan tanah Mengutamakan faktor keselamatan Arah tanda dengan jelas Jarak tertentu ada shelter 3 Pelayanan Service Sirkulasi untuk memelihara dan meningkatkan sarana dan prasarana kawasan Tidak membuka jalan baru dan memanfaatkan jalan pengelola pengunjung

VIII. KESIMPULAN DAN SARAN

8.1 Kesimpulan

Dari hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa 1. Berdasarkan RENSTRA ekowisata nasional terdapat beberapa kriteria dan indikator yang dipergunakan dalam menilai kondisi eksisting ekowisata pada kawasan SMLL. Dari beberapa indikator tersebut memperlihatkan nilai positif seperti: kelestarian-keunikan ODTW yang terlihat dari kondisi lingkungan ekologis dan budaya kawasan yang masih terjaga; dampak baik lingkungan maupun sosial budaya masih sangat minimum; pola permintaan pasar wisata yang semakin tinggi. Dilain pihak terlihat masih kurangnya partisipasi masyarakat dan kondisi peningkatan perkonomian lokal dari sektor pariwisata yang belum dikelola secara baik aka tetapi potensi untuk penguatan ekonomi lokal dengan melihat tingginya willingness to pay dari para wisatawan terhadap kawasan yang cukup tinggi menyebabkan kemungkinan sektor pariwisata untuk dikembangkan dimasa depan 2. Berdasarkan daya dukung kawasan maka kawasan Mampie lampoko, daya dukung fisik kawasan maksimal dapat dikunjungi sebesar 25.000 wisatawan per tahun, sedangkan daya dukung nyata dengan melihat beberapa faktor seperti kondisi curah hujan, iklim, waktu penutupan kawasan, pengaruh flora dan fauna, maka secara nyata kawasan ini dapat menampung 10.787 wisatawan per tahun. Selanjutnya dengan mempertimbangkan kondisi efektif pengelolaan kawasan sekarang ini maka daya dukung efektif sebesar 2.696 wisatawan per tahun. 3. Untuk dapat mengembangkan sebuah kawasan wisata berdasarkan hasil simulasi dari teknik prospektif terdapat beberapa faktor yang diidentifikasi sebagai faktor utama diantaranya faktor keamanan, faktor kelestarian dan keunikan ODTW, dan pengembangan institusi menjadi faktor pendorong sedangkan faktor aksesibiltas dan faktor dampak minimum menjadi faktor penghubung. Sehingga dapat dirumuskan 3 strategi utama diantaranya : a. Skenario progresif, faktor keamanan yang terjaga, adanya kebijakan pemerintah untuk memajukan ekowisata dengan pembentukan kelembagaan dan peraturan daerah yang mendukung upaya pelestarian