V. KONSEP MODEL EKOWISATA
Bab ini bertujuan untuk menjabarkan dan merancang model dinamik pengembangan ekowisata pada kawasan suaka margasatwa. Metode yang
dipergunakan adalah pendekatan sistem, dimana jabaran analisis yang telah dijabarkan dalam bab IV metodologi penelitian.
5.1 Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem dilakukan untuk dapat menghasilkan sebuah model operasional dari pengembangan ekowisata. Dalam pendekatan sistem terdapat
beberapa tahapan analisis yang dilakukan oleh peneliti diantaranya adalah; analisis kebutuhan, formulasi masalah, identifikasi sistem, pembuatan pemodelan,
verifikasi dan validasi model serta implementasi. Sehingga untuk dapat menyusun sistem ekowisata perlu diketahui elemen atau faktor penting yang menyusunnya.
Fokus dalam penyusunan model ekowisata adalah mengoptimalkan potensi sumberdaya yang ada dalam sebuah kawasan untuk dapat melestarikan atau
mempertahankan kondisi habitat dan ekosistem yang menjadi syarat minimum bagi keberlanjutan suaka margasatwa
Analisis kebutuhan merupakan awal dari pengkajian dari sebuah sistem, dalam melakukan analisis ini dicoba untuk mendata kebutuhan dari para stakeholder.
Hal yang pertama dilakukan adalah mengidentifikasi stakeholder utama dalam sistem ekowisata. Kemudia n dilakukan tahap identifikasi terhadap kebutuhan
masing masing stakeholder tersebut. Dalam analisis ini telah ditetapkan penge lompokkan stakeholder atas:
1. Pemerintah didefinisikan sebagai pemerintah pusat diwakili ole h balai konservasi sumberdaya alam BKSDA mengingat skala penelitian pada
kawasan suaka margasatwa, sedangkan pemerintah daerah diwakili oleh pemerintah daerah kabupaten Polewali- mandar serta beberapa instansi terkait
diantaranya; BAPEDA, Dinas perkebunan dan kehutanan, BAPEDALDA.
2. Pelaku wisata diwakili oleh Asosiasi Tours and Travel ASITA, Perhimpunan Hotel Republik Indonesia PHRI, Asosiasi Kerajinan Nasional
AKN, Perhimpunan Pemandu wisata Indonesia PGI. 3. Masyarakat adalah masyarakat lokal yang berada dalam kawasan, dan terkait
dengan pengembangan wisata, termasuk didalamnya Lembaga Sosial
Masyarakat LSM setempat yang menfasilitasi kegiatan wisata dan pelestarian lingkungan.
4. Wisatawan dalam hal ini akan terbagi atas aktual wisatawan yang datang langsung ke ODTW dan shifting tourist atau wisatawan yang berada dalam
kawasan wisata lainnya pada daerah tujuan wisata Sulawesi Selatan yang mempunyai minat terhadap kegiatan yang berbasis ekowisata.
Berdasarkan hasil wawancara terbatas dihasilkan analisis kebutuhan stakeholder stakeholder need analysis
seperti yang terdapat pada Tabel 14 dibawah ini:
Tabel 14. Analisis kebutuhan stakeholder.
Stakeholder Analisa kebutuhan
Masyarakat Lokal Peningkatan pendapatan masyarakat,
Perluasan lapangan kerja Kelestarian lingkungan- sosial budaya
Keamanan – Kepastian hukum Pemerintah pusat
Pemerintah daerah Peningkatan devisa negara
Kelestarian lingkungan dan budaya Pengawetan dan perlindungan satwa dan habitat
Partisipasi masyarakat dalam pembangunan Peningkatan lapangan kerja
Keamanan Wisatawan
Pelayanan yang baik Aksesibiltas yang baik ke kawasan
Informasi yang akurat dan terpercaya Keamana n dan kenyamanan berwisata
Fasilitas minimum yang cukup Industri pariwisata: travel
agent Kesinambungan usaha
Keuntungan yang layak Keamanan
Diversifikasi usaha dan ODTW Sumber: diolah dari data primer
Setelah mengindentifikasi kebutuhan dari masing masing stakeholder utama kemudian dicoba mengkasifikasikan masing masing kebutuhan tersebut
untuk dapat memfokuskan kebutuhan utama seperti dalam Tabel 15.
Tabel 15. Matriks analisa kebutuhan sistem ekowisata Stakeholder
Analisis Kebutuhan Masyarakat Pemerintah Wisatawan Industri
wisata Kelestarian lingkungan
Faktor pendapatan Lapangan kerja
Keamanan Partisipasi masyarakat
Diversifikasi ODTW Sumber: diolah dari data primer
Keterangan : = mempunyai kepentingan rendah = mempunyai kepentingan tinggi
Dengan adanya keinginan dan kebutuhan yang berbeda beda dari para stakeholder maka akan menimbulkan konflik kepentingan sebagai akibat dari
terbatasnya sumberdaya. Karenanya ruang lingkup model ekowisata ya ng akan dibangun, merupakan bagian dari pendekatan sistem dinamik melalui
pengembangan konseptual dari sistem ekowisata. Ruang lingkup model didasarkan pada hasil wawacara pada beberapa stakeholder kepariwisataan di
Sulawesi Selatan dan pemerintah daerah kabupaten Polewali- mandar. Dalam wawancara tersebut juga terkaitkan beberapa aspek dalam pengambilan kebijakan
pengembangan kawasan. Berdasarkan wawancara ditemukan beberapa isu pokok diantaranya;
1. Potensi dampak lingkungan dan sosial budaya sebagai akibat pengembangan wisata.
2. Potensi konflik sosial dalam pemanfaatan ruang sebagai akibat tidak terkontrolnya penggunan lahan pada kawasan.
3. Lemahnya kemampuan dari sumberdaya manusia SDM dan partisipasi masyarakat mengelola dan mengembangan daerah tujuan wisata DTW.
4. Lemahnya manajemen kepariwisataan regional sebagai akibat tidak adanya koordinasi antar stakeholder.
Untuk itu diperlukan pemetaan permasalahan dalam pengembangan ekowisata seperti yang terlihat pada Tabel 16.
Tabel 16. Analisa formulasi masalah Stakeholder
para-pihak Masalah
Masyarakat Lokal Dampak negatif terhadap lingkungan dan sosial budaya
Efek kemahalan Pemerintah dalam hal ini pemerintah
pusat dan daerah Biaya yang sangat besar terutama untuk biaya promosi
dan pembangunan infrastruktur . Pengaruh suku bunga serta nilai tukar rupiah
Kurangnya koordinasi antar stakeholder Pemanfaatan ruang dalam kawasan
Wisatawan Lemahnya kualitas sarana dan prasarana wisata,
keamanan Informasi dan Aksesibilitas ke kawasan yang cukup jauh
Industri pariwisata: travel agent, travel wholeseller
Rendahnya kualitas sumberdaya manusia Manajerial yang sangat kurang
Mentalitas pemandu yang sangat lemah Sumber: diolah dari data primer
Secara garis besarnya, variabel yang mempengaruhi kinerja suatu sistem ada 6 enam bagian yakni: 1 variabel output yang dikehendaki; ditentukan
berdasarkan hasil analisis kebutuhan, 2 variabel input terkontrol; variabel yang dapat divariasikan untuk menghasilkan prilaku sistem sesuai dengan yang
diharapkan, 3 variabel output yang tidak dikehendaki; merupakan hasil sampingan atau dampak yang ditimbulkan bersama-sama dengan output yang
diharapkan, 4 variabel input lingkungan; varabel yang berasal dari luar sistem yang mempengaruhi sistem tapi tidak dipengaruhi oleh sistem, dan 6 variabel
kontrol sistem; merupakan pengendali terhadap pengoperasian sistem dalam
menghasilkan output yang dikehendaki Eriyatno 2003. Variabel-variabel yang mempengaruhi kinerja sistem tersebut disajikan pada diagram input-output
Gambar 9. Konsep input -output model pengembangan ekowisata
5.2 Ruang Lingkup Kajian Model Ruang lingkup dari penelitian ini dibuat dengan berdasarkan beberapa asumsi ;
1. Model ini hanya difokuskan untuk tujuan pengembangan ekowisata pada kawsan suaka margasatwa yang didasarkan pada kriteria dalam RENSTRA
ekowisata nasional yaitu : a. perlindungan dan kelestarian yang diwakili oleh sub model perlindungan
b. dampak negatif minimum yang diwakili oleh sub model polusi c. partisipasi masyarakat yang diwakili oleh sub model tenaga kerja
Input tidak terkendali Pemandangan alam
Potensi wilayah Iklim Demografi
Pasar wisata Keamanan
Kelestarian Flora dan Fauna
Sistem Lingkungan
• Undang Undang dan
Peraturan pemerintah •
Hubungan dengan negara lain
• Keamanan
Output yang dikehendaki Peningkatan pendapatan masyarakat,PAD
dan devisa Partisipasi masyarakat
Terjaganya daya dukung lingkungan Diversifkasi ODTW
Sistem Pengembangan Ekowisata
Input terkendali Penduduk dan tenaga kerja
Hotel dan restaurant Transpotasi wisata
Travel agent Sanitasi dan kesehatan
Luasan lahan yang digunakan wisatawan
Sampah Output yang tidak dikehendaki
Polusi dan kerusakan lingkungan Degradasi budaya local tradisional
Efek kemahalan Kualitas sarana dan prasarana yang
kurang
Manajemen pengendalian sistem Ekowisata
d. pendapatan lokal yang diwakili oleh sub model pendapatan lokal dan wisatawan yang juga memperhitungkan jumlah kunjungan aktual yang
dihubungkan dengan sub model tenaga kerja. 2. Dengan melihat kompleksitas dari pengembangan ekowisata, dalam penelitian
ini hanya difokuskan pada potensi sediaan wisata pada kawasan suaka margasatwa diantaranya: areal lahan untuk melakukan kegiatan wisata,
transportasi sedangkan pada daerah penyangga diperuntukkan untuk akomodasi dan konsumsirestaurant, transportasi, telekomunikasi dan lain
sebagainya. 3. Dalam model tersebut tidak diperhitungkan isu politik, pertahanan dan
keamanan wilayah serta faktor pendidikan dan pembelajaran mengingat hal ini sangat dinamik tergantung pada persepsi, sikap dan perilaku wisatawan.
Mengingat tingkat kesulitan yang tinggi untuk dapat memprediksi kondisi tersebut, walaupun dalam kenyataannya hal ini sangat berpengaruh teradap
jumlah actual wisatawan.
5.3 Integrasi Model