Strategi pengembangan progresif Penyusunan Strategi Pengembangan Ekowisata

4. Dampak minimum Kondisi ini diperlihatkan oleh jumlah polusi dalam kawasan wisata sebagai akibat dari penggunaan kawasan sebagai kawasan wisata. Untuk itu yang paling penting diperhatikan adalah jumlah buangan sampah dan limbah cair. Disamping itu pengaruh yang paling dominan selanjutnya adalah kerusakan habitat burung endemis sebagai akibat dari jumlah wisatawan yang merusak flora dan fauna serta kondisi budaya masyarakat yang mulai mengarah ke konsumerisme dan menimbulkan efek kemahalan sebagai akibat dari meningkatnya pendapatan dari sektor wisata. Untuk dapat menjaga kondisi biofisik kawasan tersebut maka dipergunakan mutu lingkungan sebagai acuan standar. Sedangkan untuk mencegah terjadinya tingkat kerusakan budaya dilakukan penguatan kelembagaan lokal masyarakat adat dan kerjasama antar stakeholder. 5.Aksesibilitas Faktor aksesibilitas sangat dipengaruhi oleh sarana dan prasarana transportasi dalam bentuk jumlah kendaraan, panjang jalan dan jumlah sarana pelabuhan laut serta jumlah perahu yang dapat dipergunakan untuk mengakses kedalam kawasan. berdasarkan hasil workshop prospektif pengembangan aksesibilitas sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah daerah, dimana diperkirakan pertumbuhan moderat setiap tahunnya dapat bertumbuh sebesar 10 sedangkan apabila arahan pengembangan sangat tinggi maka dapat bertumbuh sebesar 25. Berdasarkan asumsi dari faktor faktor penting diatas maka penjabaran dari strategi yang akan dilakukan, berdasarkan kondisi state yang terjadi maka dapat dijabarkan dalam Tabel 41. Tabel 41. Rancangan strategi pengembangan ekowisata NO SKENARIO URUTAN FAKTOR 1 Pengembangan Progresif 1A-2A-3A-4A-5A 2 Pengembangan Moderat 1B-2B-3B-4B-5B 3 Pengembangan Pesimis 1C-2C-3C-4C-5C

7.3.1 Strategi pengembangan progresif

Dalam menyusun strategi progresif dibangun dengan asumsi bahwa dukungan maksimal dari berbagai stakeholder untuk dapat menjadikan konsep ekowisata sebagai konsep yang lestari dalam pembangunan kawasan. Strategi ini dibangun dengan kondisi state dari faktor penentu: 1. Terbangunnya institusi dan regulasi Pemerintah daerah PEMDA dan Dewan Perwakilan Rakyat DPR bersama sama dengan dinas terkait menyusun sebuah Rencana Pembangunan Jangka Menengah Kawasan RPJMk dan evaluasi terhadap Rencana Induk Pengembangan Pariwisata Daerah RIIPDA yang disusun bekerjasama seluruh stakeholder pariwisata. Balai Konservasi Sumberdaya Alam BKSDA Sulawesi Selatan II yang merupakan wakil pemerintah pusat dan pengelola kawasan diharapkan untuk berperan aktif dalam menyediakan berbagai informasi dan sosialisasi kepada masyarakat mengenai pentingnya nilai konservasi serta mensosialisasikan batasan batasan kegiatan yang dapat dilakukan pada kawasan konservasi. Disamping itu diperlukan sebuah pedoman ya ng dipergunakan untuk pengelolaan pengunjung dimana pedoman ini secara garis besar akan memberikan informasi mengenai kondisi dari kawasan, kegiatan yang dapat dan tidak dapat dilakukan dalam kawasan, termasuk aturan aturan lokal yang disepakati oleh masyarakat lokal. Pembentukan peraturan daerah PERDA yang menetapkan kawasan konservasi dan daerah penyangga yang dapat dipergunakan sebagai kawasan wisata terbatas, sebagai acuan aturan dan kebijakan regulasi bagi masyarakat yang berada pada daerah penya ngga untuk dapat meningkatkan pendapatan dan menggerakkan ekonomi masyarakat. Dalam penetapan PERDA tersebut peran masyarakat dalam menjaga kelestarian diikutsertakan dengan penguatan kelembagaan lokal yang berbasis pada kearifan lokal. Dalam upaya tersebut juga dilakukan pembentukan sebuah lembaga merupakan representase dari stakeholder , dimana tugas utama dari lembaga tersebut adalah mempromosikan dan membantu pemerintah daerah dalam mengelola kawasan yang dikhususkan untuk sektor pariwisata. 2. Kelestarian dan keunikan ODTW Kelestarian dan keunikan ODTW menjadi penting untuk dijaga mengingat keunikan dari budaya dan lingkungan menjadi obyek utama dalam menarik jumlah wisatawan. Identifikasi terhadap budaya lokal dan pengembangan potensi kesenian daerah menjadi hal utama dalam pengembangan ekowisata, faktor sosial budaya seni pertujukan masyarakat digali dan dikembangkan untuk dapat mempertahankan kelestarian budaya. Norma norma dan kearifan lokal terhadap alam dan lingkungan kemudian dijaga oleh pema ngku adat dengan aturan adat. Penguatan peran masyarakat baik dalam bentuk lembaga maupun secara individu dalam menjaga kawasan konservasi menjadi penting dalam menjaga keunikan kawasan. 3.Dampak minimum terhadap lingkungan rendah Upaya untuk dapat menjaga kelestarian lingkungan dengan meminimalisir dampak lingkungan yang mungkin terjadi dengan berbagai program, diantaranya dengan melakukan berbagai kegiatan seperti membuat tempat sampah pada lokasi lokasi tertentu, pembuatan sistim drainase dan sanitasi yang baik yang tidak merusak kondisi ekosistem, pengenalan teknologi tepat guna untuk mengubah sampah menjadi bahan kerajinan. Khususnya mengenai dampak sosial budaya dimana masyarakat dan wisatawan diwajibkan untuk dapat mengikuti tata aturan yang dihasilkan tatanan hukum rules-punishment dan nilai norma norma adat. Sehingga sanksi dan aturan hukum yang jelas akan menghasilkan ketertiban dalam pemanfaatan kawasan. 4.Kondisi keamanan yang terjaga Kondisi keamanan menjadi hal yang sangat penting unt uk dijaga, terutama yang berhubungan dengan keamanan internal dalam kawasan, dimana potensi untuk mencegah terjadinya kecelakaan diperhitungkan dan diminimalisir. sehingga menimbulkan rasa aman dan nyaman bagi wisatawan. Kondisi keamanan eksternal berhubungan kondisi keamanan yang berada diluar kawasan menjadi bagian dari keamanan negara dan tidak menimbulkan publikasi negatif yang menyebabkan menurunnya jumlah wisatawan. 5.Aksesibiltas ke dalam kawasan kuat Peningkatan aksesibilitas pada kawasan perlu diperhatikan mengingat bahwa wisatawan yang datang bukan hanya untuk menikmati keunikan sumber daya alam dan budaya akan tetapi batasan waktu dalam melakukan kegiatan wisata sehingga kemudahan untuk mencapai kawasan menjadi petimbangan khusus. 6. Berdasarkan hasil analisis terhadap faktor faktor penting maka rekomendasi strategi pengembangan progresif, diantaranya: a. Menetapkan kawasan suaka margasatwa Mampie- lampoko dan daerah penyangga sebagai kawasan wisata terbatas melalui peraturan daerah dan pembuatan pedoman wisata. b. Menjaga kelestarian kawasan dengan mengikutsertakan masyarakat lokal. c. Membangun beberapa sarana penunjang minimum pada daerah penyangga seperti jalan setapak, penginapan sederhana yang sesuai dengan arsitektur daerah dan toilet umum, tempat pembuangan sampah untuk mencegah dampak negatif terhadap lingkungan fisik. d. Sosialisasi program pariwisata sekaligus meningkatkan capacity building masyarakat untuk dapat melakukan beberapa kegiatan sederhana seperti membuat merchandaise, pemandu wisata . dan sebagainya e. Mengirimkan masyarakat lokal pada sekolah pariwisata dan magang pada industri pariwisata didaerah yang telah berkembang. Disamping itu memasukkan ilmu pariwisata, bahasa asing dan pengetahuan lingkungan sebagai bagian dari kurikulum lokal f. Meningkatkan peran kelembagaan adat untuk menjaga struktur sosial budaya masyarakat dan menjaga kelestarian kawasan. g. Menjalin kerjasama dengan industri wisata untuk melakukan promosi pada pasar wisata dan kerjasama dengan kawasan wisata lainnya unt uk membentuk sebuah destinasi unggulan dalam suatu kawasan. 7. Implikasi yang mungkin terjadi dari pengembangan strategi progresif adalah : a. Potensi untuk tidak terkontrolnya baik jumlah dan kegiatan yang dilakukan wisatawan sehingga menyebabkan terganggunya habitat satwa liar yang menyebabkan terjadinya perpindahan satwa tersebut. b. Hal yang paling sensitif terjadi adalah perubahan norma norma ketimuran dan munculnya budaya instant dan efek kemahalan dimana masyarakat selalu berupaya untuk menarik keuntungan dari setiap wisatawan. c. Pola budaya masyarakat yang berubah menjadi budaya konsumerisme sebagai akibat bertumbuhnya wisatawan sangat tinggi, dan terjadinya perubahan pola kerja masyarakat sebagai akibat dari kebutuhan tenaga kerja untuk wisata, sehingga kehilangan identitas sebagai masyarakat pertanian. Berdasarkan berbagai kondisi diatas maka dampak yang paling mungkin terjadi dengan berkembangnya strategi progresif hingga tahun 2025 berdasarkan hasil analisis model dinamik dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut: Tabel 42. Implikasi skenario progresif time Wisatawan Tenaga kerja pendapatan kebutuhan lahan indeks polusi 2000 570 125 955892280 2001 640 182 1073282560 14256 0.219 2002 718 246 1204088872 14256 0.445 2003 805 318 1349988220 14256 0.681 2004 903 399 1514334612 14256 0.925 2005 1012 489 1697128048 14257 1.18 2006 1133 591 1900045532 14257 1.44 2007 1268 705 2126441072 14257 1.72 2008 1418 832 2377991672 14258 2.01 2009 1584 974 2656374336 14258 2.31 2010 1769 1133 2966620076 14259 2.63 2011 1974 1310 3310405896 14259 2.97 2012 2201 1501 3691085804 14260 3.32 2013 2451 1729 4110336804 14261 3.7 2014 2722 1975 4564804888 14262 4.1 2015 3032 2249 5084676128 14263 4.52 2016 3367 2553 5646472468 14264 4.97 2017 3734 2890 6261932936 14266 5.45 2018 4137 3265 6937765548 14268 5.96 2019 4578 3680 7677324312 14271 6.53 2020 5058 4134 8482286232 14274 7.09 2021 5581 4646 9359359324 14278 7.72 2022 6147 5206 10308543588 14282 8.4 2023 6760 5823 11336547040 14287 9.13 2024 7420 6561 12443369680 14294 9.91 2025 8129 7245 13632365516 14301 10.76

7.3.2 Strategi pengembangan moderat