Pemanfaatan blok pada kawasan suaka margasatwa

pada kawasan lindung, kawasan terbuka, kawasan binaan serta kawasan budaya ” Sekartjakrarini, 2004, akan dapat memberikan dampak positif bagi kelestarian kawasan. Untuk dapat melihat secara utuh dapat dijabarkan dalam tabel berikut : Tabel 5. Hubungan keterkaitan antara unsur ekowisata dan fungsi kawasan suaka margasatwa. Unsur Ekowisata dalam Renstra Fungsi dan kegiatan yang dapat dilakukan pada kawasan suaka margasatwa Kelestarian dan perlindungan terhadap kawasan Adapun tujuan pokok dari penunjukan sebuah kawasan suaka margasatwa adalah upaya perlindungan terhadap kelestarian dan keunikan kawasan yang mempunyai ciri khas tertentu terutama satwa Partisipasi aktif masyarakat Untuk dapat mempertahankan unsur pelestarian dalam kawasan Undang undang 411999 tentang kehutanan mensyaratkan adanya unsur pelibatan masyarakat dalam usaha perlindungan Pendidikan Salah satu fungsi yang mungkin dilakukan dalam kawasan suaka margasatwa adalah fungsi pendididkan dan penelitian Dampak negatif minimum Dengan adanya upaya perlindungan dan kelestarian kepada kawasan maka diupayakan untuk dapat menekan dampak negatif minimun yang terjadi dalam kawasan suaka margasatwa Pembangunan ekonomi daerah Sistem penyanggah kehidupan yang terdapat dalam salah satu fungsi kawasan suaka margasatwa bukan hanya berupa penyangga kehidupan ekologis, akan tetapi juga menjadi penyanggah kehidupan ekonomis dimana masyarakat sekitarnya akan mendapatkan manfaat yang cukup agar usaha perlidungan pada kawasan tersebut dapat dilakukan secara bersama sama dengan masyarakat sekitar. Sumber : PP no. 68 tahun 1998, UU no. 5 tahun 1990 Berdasarkan hasil tabel diatas terlihat bahwa konsep ekowisata dapat dilakukan sebagai bagian dalam pengembangan kawasan suaka margasatwa, karena unsur unsur ekowisata yang menjadi standar minimum dalam menjaga kelestarian kawasan SM dapat dipenuhi.

2.3.2. Pemanfaatan blok pada kawasan suaka margasatwa

Suaka margasatwa mempunyai tujuan pengelolaan usaha konservasi. Hal ini sering menimbulkan masalah konflik pemanfaatan ruang dalam konteks UU no. 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah. Untuk mengatasi hal ini diperlukan adanya inovasi sistem pengelolaan yang meningkatkan sistem perlindungan sumberdaya alam dengan meningkatkan kesejahteraan masyarakat disekitar kawasan. Menurut undang-undang no. 5 tahun 1990 tentang konservasi sumberdaya alam, terdapat beberapa blok yang dimungkinkan terdapat dalam suatu suaka margasatwa adalah blok rimba dan, blok inti. Blok rimba adalah suatu daerah dalam kawasan suaka margasatwa yang menjadi pusat kegiatan wisata terbatas. Pendayagunaan potensi sumberdaya alam, baik sumberdaya alam hayati maupun sumberdaya alam fisik semata- mata ditujukan untuk mengoptimalkan fungsi wisata pada blok tersebut. Pengelolaan blok rimba sepenuhnya menjadi tugas dan dan wewenang pengelola suaka margasatwa untuk mendapatkan jasa rekreasi alam seoptimal mungkin. Wisata terbatas yang dapat dilakukan pada blok rimba dibatasi terhadap luasan yang minimum 10 dari luasan blok rimba dengan kegiatan terbatas yang tidak merusak habitat dan ekosistem yang ada. Hal ini tentunya memerlukan pembatasan terhadap kedekatan potensi wisata yang dimiliki oleh kawasan suaka margsatwa. Pembatasan terhadap jumlah wisatawan juga merupakan hal penting dalam rangka menjaga daya dukung dari kawasan suaka margasatwa. Blok inti adalah bagian dari kawasan suaka margasatwa yang mutlak untuk dilindungi. Kegiatan pengelolaan diarahkan untuk melindungi alam serta memelihara proses-proses alamiah agar diperoleh contoh ekologis lingkungan alam. Kegiatan yang dapat dilakukan di daerah ini adalah penjagaan dan kegiatan pendidikan, penelitian yang dilakukan dengan izin khusus, dengan demikian kegiatan pengelolaan kawasan ini adalah mutlak menjadi tanggung jawab balai konservasi sumber daya alam BKSDA. Sedangkan daerah penyangga adalah wilayah-wilayah yang berada di luar kawasan suaka margasatwa yang penggunaan tanahnya terbatas untuk lapisan perlindungan tambahan bagi kawasan suaka margasatwa dan sekaligus bermanfaat bagi masyarakat sekitarnya. Karenanya pengoptimalan pemanfaatan daerah penyangga yang berada diluar atau diperbatasan kawasan konservasi menjadi penting bagi masyarakat lokal dalam rangka peningkatan ekonomi lokal, sehingga tidak merusak kawasan suaka margasatwa Mac Kinnon et al. 1986. Pengelolaan suaka margasatwa mencakup kegiatan yang beraneka ragam sehingga organisasi pengelola suaka margasatwa tidak mungkin untuk melaksanakan sendiri seluruh kegiatan tersebut karena berbagai macam keterbatasan. Untuk keberhasilan pengelolaan suaka margasatwa, maka partisipasi masyarakat sangat dibutuhkan. Ungkapan pentingnya partisipasi masyarakat tersebut sejalan dengan pendapat McNelly 1988 yang menyatakan bahwa partisipasi masyarakat sekitar kawasan suaka margasatwa perlu dikembangkan dan memperoleh prioritas di dalam kawasan tersebut, karena masyarakat sekitar memberikan sumbangan yang besar bagi kesinambungan sumberdaya alam yang terdapat dalam kawasan. Dengan memberikan alternatif pembangunan bagi masyarakat lokal tentunya akan dapat memberikan nilai tambah terhadap upaya pelestarian kawasan disamping meningkatkan kemampuan ekonomi lokal.

2.3.3 Konsep daya dukung dalam pengembangan kawasan wisata