VI. KONDISI EKSISTING PENGEMBANGAN EKOWISATA
Pada bab ini akan dijabarkan berbagai kriteria dan indikator yang akan dipergunakan dalam pengembangan ekowisata. Tujuannya adalah untuk
mengidentifikasi dan mengevaluasi berbagai kriteria ekowisata yang mempengaruhi pengembangan kawasan termasuk menghitung daya dukung
wisata khususnya pada kawasan wisata Mampie- lampoko. Kriteria ekowisata yang akan dievaluasi merupakan penjabaran dari
RENSTRA ekowisata nasional diantaranya aspek: perlindungan terhadap kelestarian lingkungan dan budaya setempat; dampak negatif minimum;
konstribusi ekonomi lokal; pamberdayaan masyarakat termasuk pendidikan dan penelitian; serta potensi pasar wisata.
Untuk dapat
menjabarkan kriteria kunci tersebut, maka kondisi eksisting kawasan sebagai
kondisi awal dari kawasan T yang merupakan titik awal benchmark bagi
pengembangan kawasan selanjutnya. Sehingga dapat dijadikan standar evaluatif bagi konsistensi pengembangan wisata ke depan. Adapun analisis dari masing
masing kriteria tersebut sebagai berikut:
6.1 Kelestarian Sumber Daya Alam dan Budaya
Keunikan dan kelestarian kawasan menjadi salah satu faktor yang mempunyai nilai penting dalam pengembangan kawasan suaka margasatwa Mampie lampoko.
Jabaran indikator mengenai upaya untuk menjaga kelestarian kawasan tersebut dapat dilihat dengan memetakan kondisi fisik- kimia, biologis, sosial-budaya dan
persepsi pengunjung mengenai keunikan budaya serta mengukur daya dukung wisata tourism carrying capacity.
6.1.1 Kondisi fisik– kimia
Berdasarkan parameter fisik dari perairan, maka kondisi perairan masih sangat baik sesuai baku mutu lingkungan Kep.Men LH no. 51 tahun 2004. Hal ini
ditandai dengan tranmisi sinar yang masih mencapai 10 meter dengan nilai lebih dari 61 . Sedangkan tingkat kekeruhan pada daerah karang dan pulau masih
sangat kecil yaitu sekitar 5 NTU. Sedangan kondisi suhu rata rata sekitar 27-28 C
dengan salinitas rata rata ± 34 PSU. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Tabel 23.
Tabel 23. Kondisi fisik perairan
Kedalaman Nilai
Salinitas PSU
Suhu C
Transmisi Tubiditas
NTU
0 meter Maksimum
34,65 29,43
76,05 9,89
Minimum 33,92
27,75 41,12
5,12 Rerata
34,44 28,50
68,68 6,69
Simpangan baku 0,157
0,50 9,55
0,98 5 meter
Maksimum 34,69
28,49 75,93
9,15 Minimum
34,42 27,57
47,23 5,86
Rerata 34,55
27,95 70,12
6,81 Simpangan baku
0,063 0,23
6,44 0,79
10 meter Maksimum
34,65 28,11
76,55 9,03
Minimum 34,50
27,53 50,25
5,86 Rerata
34,56 27,74
68,92 6,99
Simpangan baku 0,036
0,14 8,10
0,94 Sumber : data lapangan LIPI Agustus 2005.
Adapun parameter kimia perairan kabupaten Polewali- mandar menunjukkan bahwa tingkat derajat keasaman menjurus kearah garam-basa.
Berdasarkan parameter kimia tersebut semuanya berada dibawah ambang baku mutu berdasarkan Kep.Men LH no. 51 2004 untuk keperluan sektor wisata
bahari. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Tabel 24.
Tabel 24. Parameter kimia perairan Polewali- mandar
Lapisan permukaan Lapisan dasar
Parameter Kisaran
Rata rata Kisaran
Rata rata Fosfat
µ gAl
0,16- 0,75 0,47
0,32-0,84 0,6
Nitrat µ
gAl 0,049 – 0,14
0,08 0,05 – 0,19
0,11 Oksigen terlarut mll
3,72 – 4,35 4,05
3,61 – 4,37 4,02
Derajat keasaman ph 7,41- 8,16
7,97 7,55- 8,16
8,01 Sumber: Data lapangan LIPI bulan Agustus 2005
6.1.2 Kondisi biologis.
Berdasarkan potensi biologis, kawasan pesisir kabupaten Polewali- mandar terdiri atas hutan bakau ditandai dengan ditemukan sebanyak 29 jenis tanaman
mangrove dimana, 18 jenis merupakan penyusun utama hutan mangrove sedangkan 11 jenis lainnya merupakan tumbuhan berasosiasi dengan mangrove.
Dari seluruh jenis tumbuhan yang ada pada kawasan tersebut Rhizopora stylosa dan Sonneratia alba merupakan jenis yang paling dominan dan memiliki sebaran
yang merata hampir pada setiap daerah. Hal disebabkan oleh kemampuan kedua tanaman tersebut untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang ada dalam
kawasan tersebut. Berdasarkan nilai konservasi untuk mangrove maka kondisi tersebut
termasuk dalam kategori sangat baik dimana terdata lebih dari 4 spesifik jenis mangrove dengan kerapatan jenis 100 individum
2
denga n nilai penting rata rata lebih30 . Sehingga dapat dinyatakan bahwa kondisi kawasan masih terlindungi
dan mempunyai kemampuan memberikan pelayanan sosial serta dapat memberikan manfaat kepada masyarakat disekitarnya. Untuk lebih jelasnya dapat
dilihat pada Tabel 25 dibawah ini:
Tabel 25. Karakteristik jenis mangrove di perairan teluk Mandar
Jenis Mangrove No
Uraian Avicenna
marina Bruguiera
gymnorhiza Rhizopora
stylosa Sonneratia
alba Jumlah
1 Kerapatan jenis
Pulau Karamasang 100
1420 180
1700 Binuang
350 1533
283 2166
Pulau Panampeang 125
113 825
1063 Pulau Battoa
88 125
616 300
1129 Pulau Salamah
16 283
783 400
1482 2
Nilai Penting Pulau Karamasang
31.84 202,19
65,97 300
Binuang 76.81
168,28 54,90
299,9 Pulau Panampeang
35.8 32,62
231,58 300
Pulau Battoa 31.84
46.56 118,57
102,94 299,91
Pulau Salamah 7.64
62.55 129,47
100,32 299,98
3 Basal Area m2Ha
Pulau Karamasang 0.18
15,3 3,45
18,93 Binuang
6.80 14,94
1,91 23,65
Pulau Panampeang 0.8
0,48 25,34
26,62 Pulau Battoa
0.78 1.62
11,75 12,40
26,55 Pulau Salamah
0.13 3.04
13,19 11,21
27,57
Sumber: Data lapangan LIPI bulan Agustus 2005
Kondisi ekosistem padang lamun yang berada pada teluk Mandar khususnya pada teluk Polewali maka dapat dijabarkan sebagai berikut. Dari hasil
pengamatan pada 5 lokasi yaitu tanjung Bauru, tanjung Karama, pasir putih, Taka Tidung dan Taka Ali ditemukan 9 jenis lamun yang cukup dominan diantaranya:
Halodule uninervis, H. pinifolia, Cymodocea rotundata, Cymodocea serrulata, Syringodium ositifolium, Thalassodendron ciliatum, Enhalus acorroides,
Thallasia hemprichi dan Halophilia ovalis. Untuk lebih jela snya dapat dilihat
pada Tabel 26.
Tabel 26. Nilai kerapatan jenis lamun diperairan teluk Mandar
Lokasi Jenis
Kerapatanm
2
Tanjung Bauru Halodule pinifolia
992 ±
152 H. uninervis
224 ±
46 Cyomodocea rotundata
960 ±
148 Cyomodocea serrulate
304 ±
57 Thalassia hemprichi
192 ±
36 Halophilia ovalis
1664 ±
224 Syringoidum isoetifolium
160 ±
27 Tanjung Karama
Halodule pinifolia 1888
± 316
H. uninervis 320
± 64
Cyomodocea rotundata 112
± 28
Cyomodocea serrulate 320
± 52
Thalassia hemprichi 336
± 52
Halophilia ovalis 320
± 60
Pasir putih Thalassodendron ciliatum
320 ±
60 Cyomodocea rotundata
2752 ±
520 Thalassia hemprichi
576 ±
134 Enhalus Acroides
240 ±
52 Taka Tidung
H. uninervis 112
± 20
Cyomodocea rotundata 248
± 48
Cyomodocea serrulate 320
± 62
Enhalus Acroides 144
± 44
Thalassia hemprichi 240
± 52
Halophilia ovalis 804
± 110
Taka Ali ali Enhalus acroides
128 ±
42 Cyomodocea rotundata
160 ±
28 Cyomodocea serrulate
182 ±
34 Thalassia hemprichi
384 ±
74 Syringoidum isoetifolium
320 ±
64
Sumber : Data lapangan LIPI bulan Agustus 2005
Berdasarkan data padang lamun yang berada disekitar lokasi memperlihatkan jumlah spesies 5 spesies, dan kerapatan 100 individum
2
. Hal ini menyatakan kondisi tutupan padang lamun masih sangat baik dengan nilai konservasi 5.
Selanjutnya, kondisi tutupan karang hidup pada perairan pantai kabupaten Polewali- mandar berkisar antara 28,2 – 60,6 . Berdasarkan Baku Mutu yang
dikeluarkan oleh Kep.Ka Bapedal no. 47 tahun 2001, sebahagian besar terumbu karang dalam kondisi “sedang” dan pada beberapa tempat tertentu kondisinya
“kurang baik ”. Namun demikian pada perairan dalam, kondisi karang “cukup baik ” dengan tingkat keaneka ragaman karang berkisar antara 2,2 –3,7 kategori
sedang hingga tinggi. Dari 35 genus yang teridentifikasi, terdapat beberapa genus diantaranya mempunyai nilai ekonomis tinggi diantaranya Dendrophylia soft
koral dan Euphilia hard coral. Berdasarkan pengamatan karang diperoleh
tutupan karang hidup di pulau Battoa dan Pulau Salamah berdasarkan Baku Mutu sangat tinggi adalah 50- 55, sedangkan pulau Karamasang dan pulau Landea
baku mutu rendah sekitar 5-25. Untuk pecahan karang rubbel nilainya mencapai 25 dipulau Battoa; 10-30 dipulau Karamasang dan Landea.
Organisme yang berasosiasi dengan terumbu karang seperti ikan dan molusca; Tridacna sp, Bivalia, Diadema sp, bintang laut, anemone dan bulu babi
. Adapun kondisi flora dan fauna yang teridentifikasi pada kawasan suaka
margasatwa Mampie- lampoko mempunyai diversifikasi yang “cukup” tinggi. Walaupun diketahui pengaruh masyarakat yang mengubah fungsi lahan menjadi
daerah perkebunan dan pertambakan menyebabkan berkurangnya biodiversity dari kawasan adapun komposisi flora pada suaka margasatwa Mampie- lampoko dapat
dilihat pada Tabel 27.
Tabel 27. Flora pada suaka margasatwa Mampie-lampoko
No Class Family
Genus NamaSpesies
Indonesia 1
Dicotyledonae Clusiceae
Calophyllum C.inophyllum
Nyamplung Malvaceae
Hibiscus H.tiliaceus
Waru laut Casuarinaceae
Casuarina C.equisetifolia
Cemara laut Verbenaceae
Avicennia Avicennia sp.
Api api Rhizophoraceae
Rhizophora R.mucronata
Bakau Convolvulaceae
Ipomea I. serrata
2 Monocotyledonae Pandanaceae
Pandanus Pandanus sp.
Pandan Nelumboceae
Nelumbo N. nucifera
Kelapa Sumber : BKSDA Sulawesi II .
Selain flora yang khas pada daerah pesisir yang ditemukan pada daerah sekitar suaka margasatwa Mampi- lampoko, terdapat pula berbagai jenis fauna
yang didominasi class Aves dan Reptilia seperti dalam tabel sebagai berikut;
Tabel 28. Daftar fauna di suaka margasatwa Mampie-lampoko
No Class
Family Genus
Nama Spesies Nama Indonesia
1 Aves
Pelecanidae Pelecanus
p.conspicillatus Pelican Australia
Threskiomithidae Pledgadis
P.falcinellus Ibis roko roko
Ardea A.purpures
Cagak merah Ardeola
Aredeol.sp Blewok sawah
Bubulcus B. ibis
Kuntul kerbau Butorides
B. striatus Kokokan laut
Egrettia E. intermedia
Kuntul Perak Cicomideae
Mycteria M. cinerea
Bluwok bluwok putih
Analidae Anas
A. querquedule Itik alis putih
Accipitridae Haliastur
H. indus Elang Bondol
Rallidae Amouromis
A. poenicurus Kareo
Aramodopsis A. plateni
Ibis mandar Scolopacidae
Actitis A.hypoleucos
Trinil Pantai Sternidae
Sterna S. albitrons
Dara laut Sterna sp.
Dara Laut Colombidae
Streptopelia S. chinensis
Tekukur Psittacidae
Loriculus L. stygmatus
Serindit Apodidae
Collokalia C. infuscofa
Walet Alcedinidae
Halcyon H. sancta
Raja udang Zosteropidae
Zosterops Z. cloris
Kacamata laut Ploceidae
Longchura L. mallaca
Bondol hitam 2
Reptilia Varinidae
Varanus V, aalvator
Biawak air tawar Chelonidae
Chelonia C. mydas
Penyu Hijau Python
P. reticulus Ular phyton
Emoia E. Cyanura
Mabyua M. multifasciata
Buaya darat Reptiles CITES in blue, Red List species in red, on both lists: purple
Sumber : BKSDA Sulawesi II
6.1.3 Kondisi sosial budaya masyarakat