Teori Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah

dalam wilayah perencanaan dikelompokkan atas sektor-sektor. Selanjutnya setiap sektor dianalisis satu persatu. Setiap sektor dilihat potensi dan peluangnya, menetapkan apa yang dapat ditingkatkan dan di mana lokasi dari kegiatan peningkatan tersebut. Salah satu pendekatan sektoral yang sekaligus melihat kaitan pertumbuhan antara satu sektor dengan sektor lainnya dan sebaliknya, dikenal dengan nama analisis masukan-keluaran input-output analysis . 2 Pendekatan Regional. Lebih bersifat spatial dan merupakan jembatan untuk mengaitkan perencanaan pembangunan dengan rencana tata ruang. Pendekatan regional dalam pengertian sempit adalah memperhatikan ruang dengan segala kondisinya. Sedangkan pengertiannya secara luas selain memperhatikan penggunaan ruang untuk kegiatan produksijasa juga memprediksi arah konsentrasi kegiatan dan memperkirakan kebutuhan fasilitas untuk masing-masing konsentrasi serta merencanakan jaringan- jaringan penghubung sehingga berbagai konsentrasi kegiatan dapat dihubungkan secara efisien.

2.1.4 Teori Kebijaksanaan Pembangunan Wilayah

Hanafiah 1993, secara sederhana dapat dikatakan bahwa kebijaksanaan pembangunan wilayah KPW adalah usaha-usaha yang dilakukan pemerintah di tingkat nasional dalam rangka alokasi sumberdaya pembangunan untuk seluruh atau sebagian tataruang dalam perencanaan pembangunan. Hal yang sama dapat dilakukan pada tingkat daerah, yaitu adanya suatu KPW dalam perencanaan pembangunan di tingkat provinsi. Salah satu contohnya adalah undang-undang otonomi daerah. Faktor yang menyebabkan penentu kebijaksanaan di tingkat nasional menaruh perhatian pada pembangunan wilayah adalah terdapatnya ketimpangan-ketimpangan antara wilayah dalam demografis, sumberdaya, pendapatan, pengangguran dan kesempatan kerja, migrasi, tingkat pertumbuhan daerah, perbedaan permintaan, perubahan struktural dan sosial, polarisasi, mekanisme kemampuan swa-sembada dan lain-lain sebagainya. Kebijaksanaan pembangunan wilayah KPW mempunyai ruang lingkup dan makna yang berbeda tergantung pada tingkat penentuan kebijaksanan nasional atau regional, yaitu pada tingkat mana kebijaksanan tersebut ditetapkan dan bagaimana hubungan antara kedua tingkat tersebut Hanafiah, 1993. KPW di tingkat nasional, antara lain akan berkisar pada kebijaksanaan spesialisasi wilayah, mengatasi ketimpangan antar wilayah, penyebaran prasarana transportasi seperti pelabuhan, lapangan terbang dan sebagainya dalam tata ruang nasional. Sedangkan KPW di tingkat regional, yang dirumuskan oleh para politisi dan perencana daerah, akan berpedoman pada kebijaksanaan tersebut dan menjabarkannya sesuai dengan pengalaman pelaksanaan pembangunan dan potensi sumberdaya daerah yang bersangkutan. Tampaknya, kesesuaian diantara kepentingan sektoral terhadap suatu daerah dan sebaliknya merupakan hal yang penting disamping otonomi dan kemampuan serta kapasitas daerah dalam memformulasikan KPW dan penyusunan rencana pembangunan wilayah. KPW ditingkat regional dengan prioritas di bidang ekonomi, dalam jangka panjang terutama bertujuan untuk integrasi ekonomi wilayah melalui peningkatan produktivitas dan diversifikasi sektor pertanian, perluasan dan pengembangan sektor industri terutama industri pengolahan hasil pertanian, pengolahan bahan setengah jadi menjadi produk akhir dan pengembangan sektor jasa. Disamping itu terdapat juga kebijaksanaan untuk memenuhi kebutuhan dasar basic needs untuk kesejahteraan penduduk. Dalam memformulasikan KPW tersebut, ada beberapa kendala yang telah diidentifikasikan, yaitu: 1. Kepadatan penduduk; kepadatan dapat merupakan masalah bagi pembangunan pertanian bila terlalu padat dan sebaliknya bila terlalu sedikit dan menyebar tidak efisien bagi penyediaan fasilitas pelayanan. 2. Kekayaan sumberdaya alam yang tersebar secara tidak merata dan dalam jumlah yang berbeda disamping tingkat dan skala eksploitasi atau pemanfaatan yang berbeda karena lokasi geografi-ekonomi. Perkembangan ekonomi mengacu pada masalah negara terbelakang atau negara berkembang sedangkan pertumbuhan ekonomi mengacu pada masalah negara maju Jhingan, 2002. Adisasmita 2005, pembangunan ekonomi didefinisikan dalam tiga pengertian, yaitu: 1 Pembangunan ekonomi harus diukur dalam arti kenaikan pendapatan nasional riil dalam suatu jangka waktu yang panjang. Definisi ini tidak memuaskan karena tidak mempertimbangkan berbagai perubahan misalnya pertumbuhan penduduk. Jika suatu kenaikan dalam pendapatan nasional riil dibarengi dengan pertumbuhan penduduk yang lebih cepat, maka yang terjadi bukan kemajuan tetapi adalah sebaliknya yaitu kemunduran. 2 Prof. Meier mendifinisikan pembangunan ekonomi sebagai proses kenaikan pendapatan riil per kapita dalam suatu jangka waktu yang panjang. Definisi ini menekankan bahwa pembangunan ekonomi dicerminkan oleh tingkat kenaikan pendapatan riil lebih tinggi dibandingkan tingkat pertumbuhan penduduk. 3 Ada kecenderungan untuk mendefinisikan pembangunan ekonomi dilihat dari tingkat kesejahteraan ekonomi. Misalnya pendapatan nasional riil per kapita dibarengi dengan penurunan kesenjangan pendapatan dan pemenuhan kebutuhan masyarakat secara keseluruhan. Definisi ini mempunyai keterbatasan, yaitu a kenaikan pendapatan nasional atau per kapita riil, si kaya bertambah kaya dan si miskin bertambah miskin, berarti kesenjangan bertambah lebar; b dalam mengukur kesejahteraan ekonomi harus hati-hati, output dapat dinilai berdasarkan harga pasar, sedang kesejahteraan ekonomi diukur dengan kenaikan pendapatan nasional riil, dan c harus dipertimbangkan tidak saja barang apa yang di produksi, tetapi juga bagaimana barang tersebut di produksi. Menurut Jhingan 2002, pertumbuhan ekonomi merupakan perubahan jangka panjang yang terjadi secara bertahap adjusment yang terjadi melalui kenaikan tabungan dan jumlah penduduk serta menurunnya tingkat pengangguran. Sedangkan definisi perkembangan ekonomi antara lain: 1 perkembangan ekonomi harus diukur dalam arti kenaikan pendapatan nasional nyata dalam suatu jangka waktu yang panjang, 2 berkaitan dengan kenaikan pendapatan nyata perkapita dalam jangka panjang, 3 di lihat dari titik kesejahteraan ekonomi, dipandang sebagai suatu proses dimana pendapatan nasional nyata perkapita naik diiringi dengan penurunan kesenjangan pendapatan dan pemenuhan keinginan masyarakat secara keseluruhan

2.1.5 Analisis Shift