Analisis PDRB Provinsi Banten dan PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 1997-1999

pertumbuhan yang progresif maju. Ketujuh sektor lainnya memiliki nilai pergeseran bersih yang negatif PB 0. Hal ini berarti pertumbuhan sektor-sektor tersebut termasuk dalam kelompok pertumbuhan lambat. Tabel 9. Pergeseran Bersih Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Banten Sebelum Otonomi Daerah Tahun 1994-1996 Pergeseran Bersih No Sektor Rp 1 Pertanian -68.761 -5 2 Pertambangan -5.360 -16 3 Industri Pengolahan -204.495 -3 4 Listrik, Gas dan Air Bersih -13.671 -3 5 Bangunan -25.047 -4 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -193.131 -8 7 Pengangkutan dan Komunikasi -83.467 -7 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 17.349 4 9 Jasa-jasa -136.893 -18 Total -713.476 -60 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 1994-1996. Apabila nilai PB dari setiap sektor PBij dijumlahkan, maka akan diperoleh total nilai PB Provinsi Banten PB.j, yaitu sebesar -60 persen. Ini mengindikasikan bahwa perekonomian Provinsi Banten termasuk dalam kelompok yang lambat.

5.2 Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Banten Pada

Saat Krisis Ekonomi Sebelum Otonomi Daerah Tahun 1997-1999

5.2.1 Analisis PDRB Provinsi Banten dan PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 1997-1999

Awal tahun 1997, kondisi perekonomian Indonesia mulai menunjukkan ketidakstabilan, tepatnya pada tahun 1998 perekonomian Indonesia mengalami krisis. Kondisi krisis tersebut berpengaruh terhadap perekonomian Provinsi Banten. Pada kurun waktu 1997 sampai 1999, krisis ekonomi sangat berpengaruh terhadap perkembangan sektor-sektor perekonomian di Provinsi Banten. Tidak ada satu sektorpun yang memberikan kontribusi positif terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Tabel 10, semua sektor-sektor perekonomian yang ada di Provinsi Banten memiliki tingkat pertumbuhan yang negatif. Sektor pertambangan merupakan sektor yang paling terpuruk akibat adanya krisis, dengan tingkat pertumbuhan negatif sebesar -57,03 persen atau kontribusi terhadap PDRB menurun sebesar Rp 22.420. Pada tahun sebelumnya sektor ini juga mengalami tingkat pertumbuhan yang menurun apalagi dengan adanya krisis di Indonesia semakin memperpuruk sektor ini. Dengan tingkat inflasi yang tinggi menyebabkan sulitnya sektor ini dalam menyediakan alat-alat yang dibutuhkan dalam pertambangan ataupun penggalian karena harga yang sulit dijangkau. Sektor bangunan mengalami hal yang sama, dengan kontribusi terhadap PDRB menurun sebesar Rp 442.174 atau sebesar -52,90 persen. Urutan ketiga ditempati oleh sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan dengan tingkat pertumbuhan negatif sebesar -39,29 persen. Ini berarti kontribusi sektor keuangan, persewan dan jasa perusahaan terhadap PDRB mengalami penurunan sebesar Rp -266.693. Seperti ketiga sektor yang telah dijelaskan di atas, sektor yang lain juga mengalami penurunan. Sektor pengangkutan dan komunikasi mengalami penurunan sebesar -30,40 persen, sektor listrik, gas dan air bersih menurun sebesar -28,20 persen, sektor industri pengolahan menurun sebesar -27,35 persen, sektor perdagangan, hotel dan restoran menurun sebesar -15,44 persen, sektor pertanian menurun sebesar -6,8 persen dan sektor jasa-jasa menurun sebesar -4,31 persen. Secara total, PDRB Provinsi Banten mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp -4.601.851 atau sebesar -24,39 persen. Tabel 10. PDRB Provinsi Banten Sebelum Otonomi Daerah Tahun 1997-1999 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 PDRB Provinsi Banten Lapangan Usaha 1997 1999 PerubahanPDRB Provinsi Banten 1997-1999 Persen Pertanian 1,652,766 1,540,393 -112,373 -6,8 Pertambangan dan Penggalian 39,312 16,892 -22,421 -57,03 Industri Pengolahan 9,474,917 6,883,695 -2,591,222 -27,35 Listrik, Gas dan Air Bersih 627,988 450,868 -177,120 -28,20 BangunanKonstruksi 836,093 393,919 -442,174 -52,90 Perdagangan, Hotel dan Restoran 3,089,368 2,612,476 -476,891 -15,44 Pengangkutan dan Komunikasi 1,558,884 1,085,000.23 -473,883.46 -30,40 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 678,829 412,136 -266,693 -39,29 Jasa-Jasa 906,232 867,159 -39,074 -4,31 Total 18,864,389 14,262,538 -4,601,851 -24,39 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 1997-1999 Kondisi krisis ekonomi juga berpengaruh terhadap perekonomian Provinsi Jawa Barat. Berdasarkan Tabel 11, sektor bangunan merupakan sektor yang paling terpuruk akibat adanya krisis ekonomi, dengan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat yang menurun sebesar Rp -1.447.346,1 atau sebesar -40,29 persen. Dengan adanya inflasi, komponen-komponen yang dibutuhkan untuk membangun tidak dapat terjangkau harganya sehingga banyak kegiatan pembangunan konstruksi ditunda atau tidak dilanjutkan. Selain itu, rumahbangunan termasuk dalam kredit jangka panjang, ketika krisis banyak bank-bank yang colaps sehingga menjadi kredit macet pada sektor bangunan. Sektor jasa-jasa masih memberikan kontribusi terbesar terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat, yaitu sebesar Rp 223.949,3 atau 4,40 persen. Sektor listrik, gas dan air bersih juga masih memberikan kontribusi terhadap PDRB sebesar 2,25 persen dan sektor pengangkutan dan komunikasi sebesar 0,27 persen. Secara total, PDRB Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan, yaitu sebesar Rp -9.728.883,42 atau sebesar -15,25 persen. Tabel 11. PDRB Provinsi Jawa Barat Sebelum Otonomi Daerah Tahun 1997-1999 Atas Dasar Harga Konstan Tahun 1993 PDRB Provinsi Jawa Barat Lapangan Usaha 1997 1999 PerubahanPDRB Provinsi Jawa Barat 1997-1999 Persen Pertanian 8,954,830.60 8,202,701.86 -752,128.74 -8,40 Pertambangan dan Penggalian 3,175,868.74 2,253,275.07 -922,593.67 -29,05 Industri Pengolahan 23,001,067.36 18,817,932.05 -4,183,135.31 -18,19 Listrik, Gas dan Air Bersih 1,267,356.23 1,295,910.97 28,554.74 2,25 BangunanKonstruksi 3,592,176.35 2,144,830.25 -1,447,346.10 -40,29 Perdagangan, Hotel dan Restoran 12,556,316.39 11,027,976.11 -1,528,340.28 -12,17 Pengangkutan dan Komunikasi 3,067,771.23 3,076,114.58 8,343.35 0,27 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan 3,110,669.81 1,954,483.10 -1,156,186.71 -37,17 Jasa-Jasa 5,085,168.80 5,309,118.10 223,949.30 4,40 Total 63,811,225.51 54,082,342.09 -9,728,883.42 -15,25 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 1997-1999. Pada masa krisis ekonomi, nilai Ra untuk semua sektor di seluruh kabupatenkota yang ada di Provinsi Jawa Barat sebesar -0,15. Nilai Ra yang negatif menunjukkan bahwa dalam kurun waktu 1997 sampai 1999 kondisi perekonomian Provinsi Jawa Barat mengalami penurunan. Nilai Ra didasarkan pada selisih total PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 1999 dengan total PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 1997 dibagi total PDRB Provinsi Jawa Barat pada tahun 1997. 5.2.2 Rasio PDRB Provinsi Banten dan PDRB Provinsi Jawa Barat Nilai Ra, Ri dan ri Tahun 1997-1999 Nilai Ri diperoleh dari selisih antara PDRB Provinsi Jawa Barat sektor i pada tahun 1999 dengan PDRB Provinsi Jawa Barat sektor i pada tahun 1997 dibagi PDRB Jawa Barat sektor i pada tahun 1997. Berdasarkan Tabel 12, diketahui bahwa ada enam sektor yang memiliki nilai Ri negatif, yaitu sektor pertanian, sektor pertambangan, sektor industri pengolahan, sektor bangunan, sektor perdagangan, hotel dan restoran dan sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan. Hal ini berarti bahwa keenam sektor tersebut mengalami penurunan kontribusi terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat. Nilai Ri terbesar dimiliki sektor jasa-jasa, yaitu sebesar 0,04, sedangkan nilai Ri terkecil dimiliki sektor bangunan, yaitu sebesar -0,40. Tabel 12. Nilai Ra, Ri dan ri Sebelum Otonomi Daerah Tahun 1997-1999 No Sektor Ra Ri ri 1 Pertanian -0,15 -0,08 -0,07 2 Pertambangan -0,15 -0,29 -0,57 3 Industri Pengolahan -0,15 -0,18 -0,27 4 Listrik, Gas dan Air Bersih -0,15 0,02 -0,28 5 Bangunan -0,15 -0,40 -0,53 6 Perdagangan, Hotel dan Restoran -0,15 -0,12 -0,154 7 Pengangkutan dan Komunikasi -0,15 0,003 -0,30 8 Keuangan, Persewaan dan Jasa Perusahaan -0,15 -0,37 -0,39 9 Jasa-jasa -0,15 0,04 -0,04 Sumber: BPS Provinsi Jawa Barat, 1997-1999. Nilai ri dihitung berdasarkan selisih antara PDRB Provinsi Banten sektor i pada tahun 1999 dengan PDRB Provinsi Banten sektor i pada tahun 1997 dibagi PDRB Provinsi Banten sektor i pada tahun 1997. Pada kurun waktu 1997 sampai 1999, semua sektor-sektor perekonomian di Provinsi Banten memiliki nilai ri yang negatif. Sektor pertambangan memiliki nilai ri terkecil, yakni sebesar -0,57.

5.2.3 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah Tahun 1997-1999