2. Nilai Ra
Ra merupakan selisih antara total PDRB Provinsi pada tahun akhir analisis dengan total PDRB Provinsi pada tahun dasar analisis dibagi total PDRB Provinsi
pada tahun dasar analisis. Rumusnya adalah sebagai berikut: Ra =
.. ..
..
Y Y
Y
−
dimana:
Y .. = Total PDRB Provinsi pada tahun akhir analisis,
Y.. = Total PDRB Provinsi pada tahun dasar analisis. 3.
Nilai ri merupakan selisih antara PDRB kotakabupaten dari sektor i pada wilayah
ke j pada tahun akhir analisis dengan PDRB kotakabupaten dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis dibagai PDRB kotakabupaten dari sektor i
pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis. Rumusnya adalah sebagai berikut ri =
ij ij
ij
Y Y
Y
−
dimana:
ij
Y = PDRB kotakabupaten sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir analisis,
ij
Y = PDRB kotakabupaten sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar analisis.
3.2.4 Analisis Komponen Pertumbuhan Wilayah
Nilai komponen PR, PP, dan PPW didapat dari perhitungan nilai Ri, Ra, dan ri. Dari ketiga komponen tersebut apabila dijumlahkan akan didapat nilai
perubahan PDRB.
1. Komponen Pertumbuhan Regional
Komponen PR adalah perubahan produksi suatu wilayah yang disebabkan oleh perubahan produksi regional secara umum, perubahan kebijakan ekonomi
regional, atau perubahan dalam hal-hal yang mempengaruhi perekonomian suatu sektor dan wilayah. Bila diasumsikan bahwa tidak ada perbedaan karakteristik
ekonomi antar sektor dan antar wilayah, maka adanya perubahan akan membawa dampak yang sama pada semua sektor dan wilayah. Akan tetapi pada
kenyataannya beberapa sektor dan wilayah tumbuh lebih cepat dari pada sektor dan wilayah lainnya. Komponen pertumbuhan regional dapat dirumuskan sebagai
berikut
ij
PR =
a
R
ij
Y ..................................................................................... 2
dimana:
ij
PR = Komponen pertumbuhan regional sektor i pada wilayah ke j,
ij
Y = PDRB kotakabupaten dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar
Analisis,
a
R = Persentase perubahan PDRB kotakabupaten yang disebabkan oleh
komponen pertumbuhan regional. Apabila persentase total perubahan PDRB suatu wilayah lebih besar dari
pada persentase komponen pertumbuhan regional, maka pertumbuhan sektor- sektor ekonomi wilayah tersebut kota lebih besar dari pada pertumbuhan sektor-
sektor ekonomi wilayah di atasnya provinsi. Apabila persentase total perubahan PDRB lebih kecil dibandingkan dengan nilai komponen pertumbuhan regional,
maka pertumbuhan sektor-sektor ekonomi suatu wilayah kota lebih kecil bila
dibandingkan dengan pertumbuhan sektor-sektor ekonomi wilayah di atasnya provinsi.
2. Komponen Pertumbuhan Proporsional
Komponen PP terjadi karena perbedaan sektor dalam permintaan produk akhir, perbedaan dalam ketersediaan bahan mentah, perbedaan dalam kebijakan
industri dan perbedaan dalam struktur dan keragaman pasar. Komponen pertumbuhan proporsional dapat dirumuskan sebagai berikut
ij
PP =
a i
R R
−
ij
Y ................................................................................ 3
dimana:
ij
PP = Komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah ke j,
ij
Y = PDRB kotakabupaten dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun
dasar analisis
a i
R R
−
= Persentase perubahan PDRB kotakabupaten yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan proporsional.
Apabila
ij
PP 0, menunjukkan bahwa sektor i pada wilayah ke j laju
pertumbuhannya lambat. Sedangkan apabila
ij
PP 0, menunjukkan bahwa sektor
i pada wilayah ke j laju pertumbuhannya cepat. 3.
Komponen Pertumbuhan Pangsa Wilayah Timbul karena peningkatan atau penurunan PDRB atau kesempatan kerja
dalam suatu wilayah dibandingkan wilayah lainnya. Cepat lambatnya pertumbuhan ditentukan oleh keunggulan komparatif, akses pasar, dukungan
kelembagaan, prasarana sosial dan ekonomi serta kebijakan ekonomi regional
pada wilayah tersebut. Komponen pertumbuhan pangsa wilayah dirumuskan sebagai berikut
ij
PPW =
i i
R r
−
ij
Y ............................................................................ 4
dimana:
ij
PPW = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah ke j,
i i
R r
− = Persentase perubahan PDRB kotakabupaten yang disebabkan oleh
komponen pertumbuhan pangsa wilayah. Apabila
ij
PPW 0, maka sektor i pada wilayah ke j tidak dapat bersaing
dengan baik bila dibandingkan dengan wilayah yang lainnya, sedangkan apabila
ij
PPW 0, maka wilayah ke j mempunyai daya saing yang baik untuk
perkembangan sektor ke i bila dibandingkan dengan wilayah lainnya. Berdasarkan nilai PR, PP, dan PPW, maka akan didapat nilai perubahan
PDRB, seperti yang dirumuskan pada persamaan 1. Selain itu, perubahan PDRB juga dapat dirumuskan sebagai berikut:
∆
ij
Y =
ij ij
Y Y
− ................................................................................... 5
Apabila persamaan 2, 3, 4, dan 5 disubtitusikan ke persamaan 1, maka didapat
∆
ij
Y =
ij ij
ij
PPW PP
PR +
+
ij ij
Y Y
− =
ij i
i ij
a i
ij a
Y R
r Y
R R
Y R
− +
− +
dimana: ∆
ij
Y = Perubahan PDRB sektor i pada wilayah ke j,
ij
Y = PDRB kotakabupaten dari sektor i pada wilayah ke j pada tahun dasar
analisis,
ij
Y = PDRB kotakabupatendari sektor i pada wilayah ke j pada tahun akhir
analisis,
R
a
= Persentase perubahan PDRB kotakabupaten yang disebabkan oleh komponen pertumbuhan regional,
a i
R R
− = Persentase perubahan PDRB kotakabupaten yang disebabkan oleh
komponen pertumbuhan proporsional,
i i
R r
− = Persentase perubahan PDRB kotakabupaten yang disebabkan oleh
komponen pertumbuhan pangsa wilayah.
3.2.5 Analisis Profil Pertumbuhan PDRB dan Pergeseran Bersih Analisis profil pertumbuhan PDRB bertujuan untuk mengidentifikasi
pertumbuhan PDRB sektor ekonomi di suatu wilayah pada kurun waktu yang ditentukan dengan cara mengekspresikan persentase perubahan komponen
pertumbuhan proporsional
j .
PP dan pertumbuhan pangsa wilayah
j .
PPW .
Data-data yang telah dianalisis akan diinterpretasikan dengan cara memplotkan persentase perubahan komponen pertumbuhan proporsional PP dan
pertumbuhan pangsa wilayah PPW ke dalam sumbu vertikal dan horizontal. Komponen pertumbuhan proporsional PP diletakkan pada sumbu horizontal
sebagai absis, sedangkan komponen pertumbuhan pangsa wilayah PPW pada sumbu vertikal sebagai ordinat. Profil pertumbuhan PDRB disajikan pada
Gambar 3 berikut ini.
1. Kuadran I menunjukkan bahwa sektor-sektor di wilayah yang bersangkutan
memiliki pertumbuhan yang cepat, demikian juga daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik apabila dibandingkan dengan wilayah-wilayah
lainnya. Hal ini menunjukkan bahwa sektorwilayah yang bersangkutan merupakan wilayah progresif maju.
Kuadran IV Kuadran I
PP
Kuadran III Kuadran II
PPW Gambar 3. Profil Pertumbuhan PDRB
Sumber: Budiharsono, 2001. 2.
Kuadran II menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi yang ada di wilayah yang bersangkutan pertumbuhannya cepat, tetapi daya saing wilayah untuk
sektor-sektor tersebut dibandingkan dengan wilayah lainnya tidak baik. 3.
Kuadran III menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi di wilayah yang bersangkutan memiliki pertumbuhan yang lambat dengan daya saing yang
kurang baik jika dibandingkan dengan wilayah lain. Hal ini menunjukkan
bahwa sektorwilayah yang bersangkutan tergolong pada wilayah yang memiliki pertumbuhan yang lambat.
4. Pada kuadran IV menunjukkan bahwa sektor-sektor ekonomi pada wilayah
yang bersangkutan memiliki laju pertumbuhan yang lambat, tetapi daya saing wilayah untuk sektor-sektor tersebut baik jika dibandingkan dengan wilayah
lainnya. 5.
Pada kuadran II dan kuadran IV terdapat garis miring yang membentuk sudut 45
o
dan memotong kedua kuadran tersebut. Bagian atau garis tersebut menunjukkan bahwa sektorwilayah yang bersangkutan merupakan
sektorwilayah yang progresif, sedangkan di bawah garis berarti sektorwilayah yang bersangkutan menunjukkan sektorwilayah yang lambat.
Berdasarkan nilai
persen
j .
PP dan
j .
PPW , maka dapat diidentifikasi
pertumbuhan suatu sektor atau suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Kedua komponen tersebut apabila dijumlahkan akan didapat nilai pergeseran bersih
j .
PB yang mengidentifikasikan pertumbuhan suatu wilayah.
j .
PB dapat
dirumuskan sebagai berikut
j .
PB =
j .
PP +
j .
PPW
adapun,
j .
PP =
j 1
PP +
j 2
PP +
j 3
PP +...+
nj
PP ,
j .
PPW =
j 1
PPW +
j 2
PPW +
j 3
PPW +...+
nj
PPW ,
Dimana:
j .
PB = Pergeseran bersih wilayah ke j,
j .
PP = Komponen pertumbuhan proporsional dari seluruh sektor untuk wilayah
ke j,
j .
PPW = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah dari seluruh sektor untuk
wilayah ke j. Pergeseran bersih sektor i pada wilayah ke j dapat dirumuskan sebagai berikut
ij
PB =
ij
PP +
ij
PPW
Dimana:
ij
PB = Pergeseran bersih sektor i pada wilayah ke j,
ij
PP = Komponen pertumbuhan proporsional sektor i pada wilayah ke j,
ij
PPW = Komponen pertumbuhan pangsa wilayah sektor i pada wilayah ke j.
Persentase perubahan PDRB,
j .
PR ,
j .
PP ,
j .
PPW , dan
j .
PB akan
mengidentifikasi pemerataan suatu sektor atau suatu wilayah dalam hal pertumbuhan. Adapun rumusannya adalah sebagai berikut:
∆
j .
PDRB =
100 dasar
tahun PDRB
dasar tahun
PDRB akhir
tahun PDRB
−
j .
PR =
100 dasar
tahun PDRB
PN
j .
j .
PP =
100 dasar
tahun PDRB
PP
j .
j .
PPW =
100 dasar
tahun PDRB
PPW
j .
j .
PB =
100 dasar
tahun PDRB
PPW PP
j .
j .
+
Apabila
ij
PB
≥ 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah ke j termasuk ke dalam kelompok progresif maju. Sedangkan apabila
ij
PB
≤ 0, maka pertumbuhan sektor i pada wilayah ke j termasuk dalam pertumbuhan lambat.
Begitu pula apabila
j .
PB
≥ 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut termasuk ke dalam pertumbuhan progresif, sedangkan apabila
j .
PB
≤ 0, maka pertumbuhan wilayah tersebut termasuk pertumbuhan yang lambat.
Analisis pertumbuhan sektor-sektor ekonomi dengan menggunakan analisis shift share dapat dipermudah dengan menggunakan software komputer,
program Microsoft Excel. Hasil perhitungan tersebut dapat dijadikan dasar untuk mengidentifikasi atau menganalisa pertumbuhan sektor-sektor perekonomian di
Provinsi Banten dan Provinsi Jawa Barat sebelum dan pada masa otonomi daerah.
IV. GAMBARAN UMUM WILAYAH
4.1 Gambaran Umum Wilayah Provinsi Banten
4.1.1 Kondisi Geografis Provinsi Banten
Bapeda 2003, Provinsi Banten secara astronomis terletak pada 105 1’ 11” – 106
7’ 12” BT, dan memiliki luas sekitar 8.800 km
2
dimana wilayah utara berbatasan dengan Laut Jawa, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera
Hindia, sebelah barat berbatasan dengan Selat Sunda dan Provinsi Lampung dan sebelah timur berbatasan dengan Provinsi DKI dan Lampung. Berdasarkan
ekosistem wilayahnya, lingkungan Pantai Utara terdapat sawah irigasi teknis dan kawasan pemukiman dan industri; bagian tengah terdapat irigasi terbatas,
perkebunan dan kawasan pedesaan; bagian barat Padeglang dan Serang bagian barat kaya akan potensi air dan kawasan pertanian; Ujung Kulon terdapat taman
nasional konservasi badak jawa dan di daerah DAS Cibaliung – Malingping terdapat daerah cekungan air yang belum dimanfaatkan secara efektif. Iklim
wilayah dipengaruhi oleh angin muson dan gelombang La Nina El Nino. Pada bulan Nopember sampai Maret merupakan musim penghujan dan Juni sampai
Agustus merupakan musim kemarau. Temperatur pantainya sekitar 22-32 C dan
temperatur pegunungannya sekitar 18-29 C.
Provinsi Banten terdiri dari empat kabupaten yakni kabupaten Padeglang, Lebak, Tangerang Serang, dua kota yakni Kota Tangerang dan Kota Cilegon.
Pusat pemerintahan Provinsi Banten terletak di Kabupaten Serang yang dikembangkan menjadi kawasan perkantoran tingkat kota.