jasa sebesar 5.39 persen. Dilihat dari kontribusi sektor-sektor perekonomian Provinsi Banten, sektor industri, sektor perdagangan, sektor pengangkutan dan
sektor pertanian menjadi sektor yang memberi kontribusi terbesar terhadap pembentukan PDRB.
4.2 Gambaran Umum Wilayah Provinsi Jawa Barat
Provinsi Jawa Barat secara geografis terletak diantara 5°50’-7°50’ Lintang Selatan dan 104°48’-108°48’ Bujur Timur, dimana wilayah utara berbatasan
dengan Laut Jawa dan DKI Jakarta, sebelah timur berbatasan dengan Provinsi Jawa Tengah, sebelah selatan berbatasan dengan Samudera Indonesia dan sebelah
barat berbatasan dengan Provinsi Banten. Kondisi geografis Jawa Barat yang strategis merupakan keuntungan bagi daerah Jawa Barat terutama dari segi
komunikasi dan perhubungan. Kawasan utara merupakan daerah berdataran rendah, sedangkan kawasan selatan berbukit-bukit dengan sedikit pantai serta
dataran tinggi bergunung-gunung ada di kawasan tengah. Selain itu, Jawa barat yang memiliki lahan yang subur yang berasal dari
endapan vulkanis serta banyaknya aliran sungai menyebabkan sebagian besar dari luas tanahnya digunakan untuk pertanian. Provinsi Jawa Barat ditetapkan sebagai
lumbung pangan nasional. Jawa Barat beriklim tropis dengan curah hujan rata-rata 161.0 mm.
Provinsi Jawa Barat meliputi 16 kabupaten dan 9 kota, mencakup sekitar 592 kecamatan, 1.799 kelurahan dan 4.006 desa. Jumlah penduduk Jawa Barat
pada tahun 2001 mencapai 36,08 juta orang, meningkat lagi menjadi 36,91 juta
orang pada tahun 2002, sedangkan pada tahun 2003 menjadi 37,98 juta orang. Pada tahun 2004 jumlah penduduk Jawa Barat mencapai 38,47 juta orang.
Menurut statistika penduduk Provinsi Jawa Barat, tingkat pendidikan angkatan kerja yang tamat SD sebesar 3,6 persen, tamat SLTP sebesar 10,2 persen, tamat
SLTA sebesar 11,6 persen, tamat Sarjana sebesar 5,3 persen tahun 2004. Disimpulkan bahwa dari semua pengangguran terbuka yang ada di Jawa Barat,
sebagian besar berpendidikan rendah. Dari sisi tenaga kerja, sektor pertanian merupakan lapangan usaha yang
paling banyak menyerap tenaga kerja walaupun dari tahun ke tahun persentasenya mengalami penurunan. Dari 15,01 juta penduduk Jawa Barat tahun 2005, yang
bekerja di sektor pertanian sekitar 29,65 persen, 22,39 persen di sektor perdagangan, 18,28 persen di sektor industri, 12,45 persen di sektor jasa, dan
sebesar 17,23 persen tersebar diberbagai sektor yang lain. Dibandingkan dengan tahun 2004, terjadi penurunan penyerapan tenaga kerja di sektor pertanian, namun
disisi lain terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja di sektor industri.
V. HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Pertumbuhan Sektor-sektor Perekonomian Provinsi Banten Sebelum
Otonomi Daerah Tahun 1994-1996 Sebelum otonomi daerah, Provinsi Banten masih berada dalam wilayah
Provinsi Jawa Barat. Namun untuk melihat seberapa besar PDRB diantara Provinsi Banten sebelum dipisahkan dari Provinsi Jawa Barat, maka akan
diadakan pemisahan kabupaten dan kota dalam Provinsi Jawa Barat berdasarkan bagian dari Provinsinya masing-masing.
5.1.1 Analisis PDRB Provinsi Banten Terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat Tahun 1994-1996
Pada kurun waktu 1994-1996, perekonomian Indonesia berada pada kondisi yang stabil, begitu juga halnya yang terjadi di Provinsi Jawa Barat
Banten masih berada dalam wilayah Jawa Barat. Pada Tabel 3 akan disajikan gambaran PDRB Provinsi Banten sebelum otonomi daerah setelah diadakan
beberapa pemisahan kabupaten dan kota dari Provinsi Jawa Barat. Adapun kabupaten dan kota yang menjadi bagian dari Provinsi Banten adalah Kabupaten
Padeglang, Kabupaten Lebak, Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang dan Kota Tangerang.
Pada Tabel 3, Sektor yang memiliki tingkat pertumbuhan terbesar di Provinsi Banten adalah sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan sebesar
34,21 persen. Pada tahun 1994 kontribusi sektor keuangan, persewaan dan jasa perusahaan terhadap PDRB Provinsi Jawa Barat karena Banten masih berada
dalam Provinsi Jawa Barat sebesar Rp 433.742 meningkat menjadi Rp 582.132 pada tahun 1996. Besarnya laju pertumbuhan sektor keuangan, persewaan dan